Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Shady Yellow Cloud

🇮🇩Bang_JAI
--
chs / week
--
NOT RATINGS
5.9k
Views
Synopsis
Kelly Vanesa adalah seorang gadis SMA yang pernah memiliki sahabat masa kecil. Semua kerapuhan dan kesepian yang ia alami berawal dari lembah perpisahan hingga membuat jarak antara dirinya dan Nathan Oktavian, sahabat kecilnya. Hingga suatu saat bocah bermata teduh itu datang di saat semuanya tak baik baik saja. Waktu merubahnya menjadi seorang pria. Benih-benih yang lama tertanam di hati Kelly bergerak merekah untuk tumbuh, mekar menjadi cinta. Namun, semua menjadi sia-sia di saat ia terlalu naïf menyebut Nathan adalah cinta. Nathan tak lagi menatapnya sebagai seorang sahabat. Seketika ia hina untuk menyentuhnya. "Kau kutemukan dengan senyum lama yang pernah terlukiskan. Tipis, merdu, dan sukar diartikan. Berbendung rindu yang tak tertahankan atau mengulum untuk sebuah perpisahan." ─Kelly Vanesa "Semua cinta itu sama. Tuhan menciptakan cinta itu hanya satu. Tergantung cinta itu diperuntukkan untuk siapa." ─Nathan Oktavian Semuanya ada batasnya, termasuk persahabatan itu sendiri. Sesuatu yang aku sesalkan, aku melanggar batas itu.
VIEW MORE

Chapter 1 - Prolog

Prolog

Rindu hanyalah sebagian kecil dari bunga menunggu. Tak peduli ia tumbuh di hati yang rapuh, ia tetap merengkuh hingga begitu lekat menyakiti hati. Tak peduli waktu yang mengikis dalam perjuangan menanti sebuah nama, menanti sorot mata yang acap kali membuatnya terpana, rindu tetap kental dalam setiap tarikan napas tatkala menunggu.

Ia tak tahu masa lalu apa yang membentangkan jarak hingga terpisah jauh dari yang namanya cinta. Kelly hanya diam, waktu tak kunjung menjawab. Sorot mata teduh itu tak kunjung menepati janji yang pernah terucap: mereka akan selalu bersama.

Langkahnya lemah tatkala akhir, sepucuk surat berwangikan tinta hitam yang menyesap dalam setiap seratnya, kembali menggoreskan luka memanjang hingga ke sudut hati. Retak, terburai menjadi keping-keping kenangan yang tak diinginkan. Tangannya lemah untuk bergerak menyentuh halusnya permukaan surat itu. Hatinya rapuh tak bersisa.

Kelly Vannesa, sepenggal nama yang begitu indah melekat padamu. Sepenggal nama yang memanggilku tatkala pagi, menerjang udara ketika senja, dan yang mengingatkanku indahnya senyum bintang berkemilau manja. Aku mencintaimu lebih dari yang kamu tahu. Aku menunggumu tatkala kita berpisah jauh, tersudutkan oleh kerinduan yang kurasakan. Tidak sedetik pun tak terbesit namamu dalam rinduku. Aku takut, Kelly. Aku takut kamu tersakiti lagi oleh lembah yang pernah memisahkan kita. Yang menumbuhkan benih-benih kerinduan, yang membuat kita sakit karena pedih, hancur karena rapuh. Aku tidak bisa menyambut untaian cinta yang pernah kamu ucapkan. Aku sadar bahwa persinggahan singkatku di sini adalah sebentar. Aku akan pergi jauh atas nama mimpi. Dan di saat itu aku sadar, lebih baik aku tidak memilikimu daripada jarak dan rindu membuat hatiku mati.

Temui aku di saat senja itu memanggilku seperti biasanya. Tidak ada kata terlambat untuk senja memanggilku. Dan di saat senja tak menemukanku, di situlah aku telah benar-benar pergi.

Hatinya terhenyak tak bisa menerima. Cinta itu selalu pergi dan hanya tinggal sementara untuk bersinggah.

***