Seno langsung meraih air mineral yang ada di atas meja, ia berusaha mengalihkan pikiran Viana agar tidak bertanya tentang siapa orang yang telah mendonorkan darahnya untuknya.
"Kamu minum dulu ya, setelah itu makan buahnya" ujar Seno.
"Mas" panggil Viana lirih.
"Iya sayang, ada apa?"
"Tadi dokter bilang, katanya ada pendonor untuk aku. Memangnya aku membutuhkan berapa kantong darah? sampai-sampai harus ada pendonor juga?" tanya Viana lirih.
Seno menghela nafas. "Kamu butuh 2 kantong darah, Vi. Dan kebetulan stok darah di Bank Darah rumah sakit ini sedang kosong, sampai pada akhirnya aku membuat pesan status di whatsapp jika aku butuh pendonor"
"Lalu siapa yang mendonorkan darahnya padaku, Mas?" tanya Viana penasaran.
Seno terpaku tak mampu menjawab ucapan Viana, ia bingung harus menjelaskan apa dengan Viana.
"Mas, kenapa kamu diam?"
"Hah? nggak kok, yaudah ini di minum dulu ya"
"Mas, siapa yang sudah mendonorkan darahnya untukku?" tanya Viana sekali lagi.