Rindu adalah namanya, dia cantik, tinggi, manis dengan rambut panjang yang begitu lurus dan menarik. Tubuhnya mengeluarkan aroma melati membuat semua orang nyaman didekatnya. Seluruh keluarganya sangat menyayanginya bagaimana tidak, dia sangat baik, lembut, sopan dan juga penuh kehangatan.
Kafkha adalah pria tampan dengan tingkah laku dingin dan juga cenderung tidak mau dekat dengan siapapun, berbeda dengan sikapnya pada yang lain Kafkha justru selalu memaksa Rindu untuk selalu berada disampingnya.
####
Jalan yang dilaluinya penuh dengan keramaian, Rindu berjalan dengan penuh semangat yang berapi-api, jalanan ramai dan penuh sesak tak menjadi alasan untuknya menyerah menyelip diantara puluhan manusia yang berlalu lalang tanpa henti itu.
"Aduh!" Suara seruan seorang ibu-ibu yang terjatuh membuat Rindu menghentikan langkah kakinya yang tadi begitu penuh semangat, dia melihat kiri dan kanan mencari keberadaan suara itu.
Setelah melihat dan memperhatikan dengan seksama Rindu akhirnya menemukan sumber suara tersebut. "Ibu kenapa? bagian mana yang sakit Bu? sini biar Rindu bantu ibu untuk duduk istirahat." Senyumnya sungguh manis, membuat hati siapapun yang melihat menjadi tersentuh.
"Kaki ibu terasa sakit, mungkin karena terkena kayu itu." Tunjuknya pada sebuah kayu yang terjatuh dari lantai atas bangunan tempatnya lewat.
"Oh, sini Rindu bantu ibu duduk dulu ya!" Rindu menolong ibu itu berdiri, meski agak susah dikarenakan posisinya yang tak nyaman dan juga luka yang mengenai kakinya, ibu itu perlahan mampu berdiri, mereka pun mencari tempat duduk yang dekat agar luka yang diderita ibu tersebut tak bertambah parah.
"Nama kamu siapa nak?" Tanya ibu itu saat mereka berhasil duduk.
"Rindu Bu" Ujarnya dengan senyum, perlahan ia mengeluarkan obat merah dan tisu yang selalu dibawanya kemanapun.
"Kamu anak baik, terima kasih sudah mau menolong ibu ya," Wanita itu membelai kepala Rindu.
"Rindu ke ingat ibu dirumah, kalo ibu rindu yang kayak gitu dan ngak ada yang nolongin kan kasihan Bu!" Dia membersihkan luka ibu itu, dan setelah merasa bersih ia meneteskan obat merah ditepi luka, tanpa menyentuh luka itu sedikitpun.