Chereads / I Can Live in London / Chapter 3 - 02. Bad

Chapter 3 - 02. Bad

"Eits aku ke sana memang karena pijatannya enak. Tapi kebetulan Seouli memiliki paras dan bentuk tubuh yang sama-sama cantik membuatku semakin betah dengan pijatannya. Astaga Fei, Seouli itu benar-benar luar biasa ukuran dadanya sangat jumbo." goda Yifan. Seperti biasa Yifan akan mulai mengatakan hal-hal berbau mesum pada Fei dengan maksud sengaja menggoda remaja laki-laki tersebut.

"Memangnya berapa ukuran cup dadanya Seouli? Apakah sangat besar sampai-sampai kau bisa memendamkan wajahmu di dadanya, hm...." Kali ini tidak seperti biasanya Fei tampaknya sudah mulai terbiasa dengan godaan mesum yang dilontarkan oleh Yifan karena itu ia dengan santainya juga menanggapinya.

Cukup terjekut dengan reaksi Fei yang terlihat santai Yifan pun pada akhirnya hanya membalas seadanya untuk menutup percakapan kotor seperti ini. "Sangat-sangat besar. Sampai-sampai dua wajah sekaligus dapat ditampung

oleh dadanya." balas Yifan dengan kotornya. Yifan kemudia mengibaskan tangannya sekali lalu berusaha membuka topik pembicaraan yang lain. Mau bagaimana pun juga kemontokan dada Seouli bukanlah prioritas yang patut dibicarakan untuk saat ini.

Yifan berdehem memberi jeda sebentar. "Ehem. Dengar sebaiknya kita tidak usah membahas ukuran dada Seouli dulu karena ada hal yang jauh lebih penting yang perlu kubahas denganmu."

"Ah iya…iya silahkan." Mendadak Fei menjadi canggung. Fei sadar rupanya otak mesum Yifan juga telah ikut menular pada dirinya.

Yifan berdehem sekali-lagi lalu menyerahkan salah satu lembaran kertas di tangannya untuk diserahkan pada Fei. "Coba baca baik-baik isinya!" suruh Yifan.

Fei mengambil kertas tersebut kemudian membacanya sesuai atas suruhan Yifan. Dan betapa terkejutnya dirinya setelah selesai membaca lembaran kertas tersebut.

"Kau serius dengan hal ini?" tanyanya dengan rasa tidak percaya.

Yifan mengerutkan keningngya lalu menjawab. "Tentu saja." jawabnya heran.

Fei membuang kertas tersebut lalu menatap Yifan dengan jengkel. "Yang seperti ini harusnya kau abaikan saja. Tidak penting sama sekali. Buang-buang waktu!" ujarnya seenaknya.

Yifan hanya bisa mengelus dada berusaha menahan emosinya agar tidak ikut tersulut. "Jaga etikamu Fei. Aku selalu memperingatkanmu bahwa kau itu sangat bermasalah dalam pengambilan sikap terutama terhadap orang lain. Haih bisa-bisanya kau bersikap meremehkan perkara seperti ini." keluhnya dengan nada yang terdengar kecewa.

Fei mendengus. "Seharusnya kau lebih memahami kejiwaan anak remaja itu seperti itu apa. Bukannya mengeluh tidak jelas seperti ini."

"Ya ampun bocah kau ini egois sekali. Seharusnya kau bersyukur karena aku di sini sebagai walimu sangat peduli denganmu. Aku hanya mencoba menegurmu karena kelakuanmu yang buruk itu. Ya…ya…ya aku tahu kondisi

mentalmu seperti apa tapi tolong kau juga harus mau merubahnya jangan menjadikan kondisimu itu sebagai alasan karena kau tidak mau berubah." keluh Yifan.

Fei bangkit dari kursinya dan hendak pergi meninggalkan Yifan, sebelum akhirnya Yifan terlebih dahulu mencegahnya untuk pergi.

Dengan wajah yang terlihat sangat marah Yifan mencegah Fei dengan cara menahan tangan remaja laki-laki tersebut. "Kau kira ini hanya masalah sepele? Fei tolong jangan menganggap remeh suatu perkara!" ujarnya penuh penekanan di kalimat terakhir.

Fei mendegus mendorong tubuh Yifan agar sedikit menjauh darinya. "Lepas! Aku tak butuh nasihatmu." Fei menghempas tangan Yifan berusaha melepaskan genggaman tangan kuat yang dimiliki oleh Yifan.

Yifan mengeraskan rahangnya. Dengan tidak sabaran pria dewasa itu kemudian menarik dagu Yifan agar ia bisa menatap lekat wajah remaja laki-laki tersebut.

"Mau kuhukum hm?" ucap Yifan sembari mengusap ujung bibir Fei.

Fei merinding ketakutan bagaimana pun juga ia merasa sangat geli dengan tingkah laku Yifan yang tampak seperti seorang pedofil gay.

Fei akhirnya hanya bisa melotot dan memasang wajah sangar untuk menggertak pria dewasa tersebut.

Yifan tersenyum. Lalu memajukan wajahnya dan membuat jarak wajah diantara keduanya semakin dekat sekaligus menipis. "Menggertakku manis?"

"JIJIK!" jerit Fei.

Yifan memasang ekspresi wajah malas. "Kau kira aku juga tak jijik ketika melakukan ini?"

"Agar kau jera. Lebih baik melakukan ini dengan Seouli saja, sudah cantik perempuan asli juga." kata Yifan.

Mendengar perkataan Yifan, seketika itu juga Fei memasang ekspresi wajah cumi. "Sama. Lebih baik yang menggodaku adalah Hanami-san ketimbang batangan sepertimu." tuturnya kesal.

Yifan berdecih. "Ya sudah makanya lain kali jangan memancingku, geli juga tahu kalau aku harus menggodamu terus-terusan seperti itu." katanya tidak sudi.

"Idiiih siapa suruh kau harus melakukan itu. Resikomu sendiri bodoh." umpat Fei kesal.