Chereads / World Of Spirit / Chapter 2 - Chapter 1, Part 1 - Anak Tanpa Bakat

Chapter 2 - Chapter 1, Part 1 - Anak Tanpa Bakat

Mata anak laki-laki itu langsung melebar, ia segera menunduk kepada gadis tersebut walaupun dirinya lebih tua satu tahun. Mengapa dia menundukkan kepalanya? Karena dirinya sadar bahwa ia hanyalah seorang pelayan milik keluarga dilayaninya—Vailvidra, dan gadis di depannya adalah putri dari kepala keluarga Vailvidra, yaitu Litia Vailvidra.

"No-nona Litia, maafkan sikap pelayanmu ini sampai membuat nona Litia sendiri membangunkan pelayan kecil seperti saya."

Namanya Shin, seorang bocah berumur 8 tahun dan satu-satunya orang tanpa bakat di dunia yang mana semua orang memiliki bakat magis serta rekan berbentuk makhluk (umumnya hewan) yang disebut dengan 'Spirit'. Shin memiliki rambut hitam berantakan dengan warna dari irisnya sama dengan rambutnya, meski sebagai laki-laki wajahnya seimut seorang anak gadis, mungkin karena dirinya masih muda, siapa yang tahu akan menjadi apa Shin saat sudah besar.

Shin sedikit terbata-bata saat mengatakannya. Di sisi lain, wajah Litia tampak tidak senang dengan sikap anak laki-laki di depannya yang sedang tertunduk kepadanya. Litia memiliki bakat yang besar di keluarganya, karena hal itu banyak orang yang mendekatinya untuk meraih keuntungan seperti; para orang dewasa yang memperkenalkan putra mereka pada Litia, berharap putra mereka dapat menikahinya dan menjadi bagian dari keluarga Vailvidra hanya untuk mendapatkan untung seperti sumber daya, kekuatan, dan tentunya uang.

Litia tidak menyukai orang-orang seperti mereka itu, para penjilat alami. Walau dirinya adalah seorang gadis berumur 7 tahun, dia sudah dapat mengetahui pola pikir licik para orang dewasa pada umumnya. Selain itu, dia juga merasa tidak nyaman memiliki teman boneka, tahu maksudnya? Teman boneka, berteman karena terpaksa yang pada akhirnya hanya ingin meraup keuntungan.

Sejak Shin datang menjadi pelayan di keluarganya, Litia terus menguntitnya. Kadang dia berpura-pura berjalan melewati Shin yang sedang menyapu halaman lalu terjatuh dengan sengaja. Berbeda dengan orang lain, Shin tidak menolongnya untuk berdiri tapi dia bersikap acuh tak acuh dan mengatakan untuk lebih berhati-hati ketika berjalan. Lalu saat Litia memberitahu tentang dirinya adalah putri dari kepala keluarga, Shin tidak terkejut sama sekali dan tidak merubah sikap padanya.

Tapi suatu hari, melihat kedekatan Litia dengan Shin menimbulkan anak-anak lain jadi membully Shin. Hampir setiap hari ketika Shin sedang mengerjakan tugasnya sebagai pelayan, anak-anak itu selalu datang mengganggunya dan membullynya. Apa Shin melawan mereka? Jawabannya, Tidak. Jika kalian bertanya mengapa, itu karena dia mengetahui posisinya, melawan balik mereka sama saja dengan menambah masalah baru untuknya.

"Mohhh, Shin. Akhir-akhir ini kenapa kamu jadi bersikap seperti ini padaku?!"

"Apa maksud Nona? Pelayan ini tidak mengerti."

Mendengar balasan dari anak laki-laki itu, Litia mulai mengembungkan pipinya seperti balon. Litia mengamati anak laki-laki di depannya dari ujung kepala sampai ujung kaki—belum selesai ia mengamati sampai ke ujung kaki, pandangannya berhenti di sekitar bagian dada anak itu.

"Apa itu?"

Litia memegang pakaian kain tipis yang dikenakan oleh Shin, dia sedikit menarik bagian kerahnya dan dapat terlihat beberapa luka lebam pada tubuh anak itu.

"No-nona Litia, apa yang anda lakukan?!"

"Diamlah!"

Shin sedikit berontak ketika dirinya dilecehkan oleh seorang gadis yang mencoba melepas paksa pakaiannya, tapi siapa yang menyangka gadis kecil itu memiliki kekuatan yang besar sampai membuat Shin tidak dapat melawan gadis itu, pada akhirnya gadis kecil itu berhasil membuka setengah pakaian Shin yang menunjukkan tubuh Shin yang sedikit terlatih tetapi memiliki banyak sekali luka lebam.

"Siapa yang melakukan ini?"

Shin langsung menarik pakaiannya kembali dan menutup tubuhnya, dia merapikan pakaiannya lalu melihat pada gadis berambut merah gelap di depannya dengan wajah datar.

"Ini bukan urusan anda, nona."

PLAK!

Suara tamparan itu mengisi ruangan yang beberapa saat kemudian menjadi hening setelahnya. Pipi Shin menjadi merah akibat tamparan yang keras itu, bahkan sampai meninggalkan bekas di pipinya, matanya sedikit melebar selagi irisnya berada di sudut matanya melihat pada pipi merahnya. Disaat dia memindahkan pandangannya pada gadis berambut merah gelap, sebuah tangan mendatanginya dan meraih kerah pakaiannya yang baru saja dirapikan.

"Bukan urusanku, kau bilang?"

Shin menaikkan alisnya dan melihat dengan wajah yang datar ke gadis berambut merah gelap yang pandangannya mengarah ke bawah, suara dari gadis itu terdengar seperti kesal di telinganya, padahal dia tidak melakukan kesalahan apapun pada gadis tersebut, pikirnya.

"Tentu saja itu urusanku! Kau adalah pelayan keluarga Vailvidra, yang berarti kau adalah milikku! Dan orang yang berani menghancurkan atau mencuri sesuatu yang menjadi milikku, maka mereka harus menerima akibatnya! Jadi, cepat katakan padaku siapa yang melakukan ini padamu?!"

Shin membuka mulutnya tapi tidak mengatakan sepatah kata apapun, melainkan mulutnya itu berubah menjadi senyuman tipis.

"Aku ingin sekali memberitahu nona, tapi tolong lepaskan aku dulu, ya?"

Litia melepaskan cengkramannya dari kerah pakaian Shin seperti yang diminta, entah kenapa sepertinya posisi kedua anak itu saling tertukar untuk sesaat?

Setelah dilepaskan Shin merapikan kembali kerahnya, karena dia melakukannya dengan santai sambil memasang wajah datar, hal itu sedikit membuat Litia merasa bersalah. Litia berpikir kalau Shin sedang kesal dan marah, namun perasaan itu dia sembunyikan dengan memasang wajah seperti itu. Setelah selesai, Shin memberitahu semuanya pada Litia dan perburuan pun dimulai.

Target pertama, seorang anak laki-laki berumur 9 tahun, berambut biru gelap yang selalu tampil eksentrik, terlepas dari usia mudanya bocah ini sudah menjadi playboy. Terlihat dari pengikutnya kebanyakan seorang anak gadis lugu, dan satu gadis dengan rambut coklat dikuncir dua hingga ujung ekornya mencapai atas pinggang yang selalu menemaninya.

"Oh ya? Tuan Putri Litia, kah? Apa kamu akhirnya memutuskan untuk bergabung ke haremku—?!"

Litia memukulnya begitu saja ketika berjalan melewatinya, bocah playboy itu tumbang ke tanah langsung dikerumuni gadis-gadis lugu pengikutnya. Bersamaan setelah itu, gadis yang selalu berada di sampingnya berseru pada Litia yang diikuti oleh Shin di belakangnya.

"Beraninya kamu memukul Azae— waaa?!!"

Sama seperti bocah playboy tadi, Litia melempar gadis itu ke langit beberapa meter—tidak terlalu jauh untuk menghindari cidera—menggunakan kekuatan magisnya, sebelum gadis itu menyelesaikan kalimatnya.

Dengan itu, target pertama berhasil ditumbangkan dalam sekejap. Litia dan Shin melakukan perburuan lain pada anak-anak yang telah membully Shin selama ini, gadis berambut merah gelap itu sedang dalam puncak amarahnya. Target-target selanjutnya yang tidak terlalu penting, dikalahkan dengan mudah olehnya hanya dengan satu kali pukulan saja. Sudah sekitar tiga belas orang anak—tidak termasuk pengikutnya—yang telah diburu oleh Litia, sekarang dirinya sedang berdiri berhadapan dengan seorang anak berambut merah, bermata kuning emas, dan memiliki tipe wajah anak nakal dengan mata tajam dan kekuatan yang tinggi namun kecerdasan yang rendah.

"Hoo, apa ini? Si pelayan akhirnya mengadu pada tuannya? Hahahaha!!" Anak itu tertawa lantang.

"Tutup mulutmu."

Litia langsung menyerang anak itu dengan cepat, meluncurkan pukulannya yang sudah menumbangkan puluhan anak-anak yang membully Shin kepada anak berambut merah. Tapi dengah mudahnya, anak tersebut menahan pukulan Litia hanya dengan tiga jari saja mengakibatkan terciptanya sebuah ledakan angin ketika kulit mereka bersentuhan.

"Ow, ow, sepertinya aku terlalu meremehkanmu karena kamu seorang gadis," ucap anak itu, mengibaskan jarinya yang sedikit terasa sakit.

Setelah serangan pembuka dari Litia tadi, mereka berdua mengambil jarak kembali. Litia tersenyum masam dan menatap anak itu dengan tajam, sementara anak berambut merah tersenyum lebar seperti memandang mereka dengan rendah. Di sisi lain, Shin yang memasang wajah datar, sebenarnya jiwa dan hatinya sedang diserang dengan rasa takut akan kekuatan anak berambut merah yang berhasil menghentikan pukulan Litia hanya dengan tiga jari, selama ini Shin selalu menganggap Litia adalah anak yang terkuat dari generasinya karena gadis itu seorang putri dari kepala keluarga Vailvidra, namun pemikirannya itu ternyata salah setelah melihat kejadian tadi.

Di dalam hatinya dia terus berharap, 'Apapun yang terjadi, Litia harus memenangkan ini. Kalau tidak, aku akan mendapat masalah besar.'