___________________________________________________________________
Chapter sebelumnya :
Hari pernikahan Lisa dan pangeran semakin dekat, dan itu membuat Remi menjadi gelisah. Ia tidak tau apa yang akan ia katakan nanti saat bertemu Lisa. Ia pun memutuskan untuk pergi berkeliling festival. Remi juga di temani oleh Zelda saat berkeliling festival. Dan di perjalanan Zelda mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Remi.
___________________________________________________________________
Setelah sampai di mansion, kami di sambut oleh Fiona yang terlihat kesal di ruang tamu.
"Remi!"
Fiona berteriak dengan cukup keras. Aku pun terkejut dengan teriakan Fiona yang tiba-tiba.
"Uwah...!, Ada apa Fiona-sama?"
Aku memasang wajah heran.
"Kalian ini dari mana saja!?"
Fiona berjalan mendekati kami.
"Eh.... Kami habis berkeliling festival."
Zelda menjawab dengan sedikit gugup.
"Kenapa kau tidak mengajaku? Zelda."
Fiona mendekatkan wajahnya ke wajah Zelda.
"Tapi, bukankah kau tadi pagi pergi ke suatu tempat?"
"I-i-itu.... Kenapa kalian tidak menunggu ku."
Fiona mencoba mengganti topik.
"Yah, itu tidak mungkin Fiona."
"E.....Kenapa? Zelda?"
Fiona memasang wajah melas.
"Hahaha..... Sepertinya disini sangat ramai."
Ayah memasuki ruangan dengan tertawa.
"Ayah."
"Yo, Remi. Sepertinya kau habis bersenang-senang dengan Zelda ya."
"Ya, begitulah."
Zelda sepertinya sedikit tersipu malu setelah mendengar perkataan ayah.
"Begitukah, bagus lah kalau begitu."
Ayah memegang kedua pundak ku.
"Ngomong-ngomong kau dari mana saja ayah? Aku tidak melihatmu tadi pagi."
Aku menyingkirkan tangan ayah dari pundakku.
"Aku pergi ke guild petualang."
"Guild petualang?"
Aku sedikit terkejut.
"Ya, aku hanya melihat-lihat. Dan ternyata tempat itu tidak terlalu berubah."
"Eh..memangnya kau sudah pernah kemari? Ayah."
"Hahaha, apa kau lupa Remi, dulu aku adalah seorang petualang. Aku sudah berpergian ke banyak tempat, kau tahu."
Ayah berbicara dengan nada meledek.
"Hooo.... Kau dulu adalah seorang petualang ya, Colt."
Fiona yang tadi murung, tiba-tiba kembali seperti biasa kembali.
"Iya, aku dulu bekerja sebagai petualang. Memangnya ada apa?"
"Tidak, tidak apa-apa. Ngomong-ngomong apa peringkat mu dulu, tuan Colt."
"Aku dulu peringkat A."
Ayah menjawab dengan ragu. Sepertinya ia merasakan firasat buruk.
"A, katamu?!"
Fiona tiba-tiba berteriak dan itu membuat ku kaget.
"Ehh.... Y-ya."
Fiona pun langsung menghampiri ayah dan...
"Tuan Colt, tolong berduel lah denganku."
"Eh...!"
Ayah sepertinya terkejut dengan ajakan duel Fiona yang tiba-tiba. Aku dan Zelda juga terkejut.
"Apa yang kau katakan Fiona. Bisakah kau berhenti mengajak orang untuk berduel dengan tiba-tiba."
Zelda yang berada di samping memarahi Fiona.
"Ehh..... Tapi kan....."
"Jangan banyak alasan. Bukankah kau kalah saat melawan Remi. Jadi apa yang membuatmu berfikir bisa mengalahkan tuan Colt."
Zelda memotong kalimat Fiona.
"Itu kan Remi, bukan tuan Colt."
Fiona bicara dengan suara pelan dan memonyongkan mulutnya.
"Sudahlah kemari, Fiona."
Zelda pun langsung menarik tangan Fiona menuju kamar. Aku dan ayahpun hanya bisa memasang senyum kecil. Tak lama kemudian aku dan ayah kembali ke kamar.
....
Saat malam hari, sehabis makan malam. Ayah tiba-tiba menanyakan pertanyaan kepadaku.
"Remi, apa kau sudah benar-benar siap."
Kata ayah dengan serius.
Aku terkejut dengan pertanyaan ayah yang tiba-tiba. Aku pun terdiam.
"Bukankah lebih baik kau menerima kenyataan dan melakukan hal lain. Lagipula bukankah kau sudah mengerti, fakta bahwa Lisa menerima pernikahan itu, berarti memang ia sendiri yang menginginkannya."
Ayah menatap ku. Aku hanya bisa menunduk diam.
"Huhh....."
Ayah mengela nafas.
"Remi, pikirkanlah baik-baik apa yang akan kau lakukan kedepannya."
Ayah pun langsung pergi menuju tempat tidur dan langsung tiduran di sana. Sedangkan aku masih merenung di kursi.
....
Keesokan harinya.
Seperti biasa matahari bersinar terang benderang di atas sana. Aku bangun dari tidur dan menyadari bahwa aku masih berada di kursi, Sepertinya aku ketiduran. Aku melihat ke arah kasur dan ayah sudah tidak ada di sana. Aku segera bangun dan pergi untuk mencuci mukaku dan langsung menuju ke ruang makan.
Saat sampai di sana, aku hanya melihat Marie yang sedang menyiapkan makanan di meja makan. Aku pun segera menyapa Marie.
"Selamat pagi, Marie."
"Selamat pagi, Remi-sama."
"Sepertinya kau sudah sibuk pagi-pagi begini."
"Iya, itu memang tugasku untuk mengurus ini."
Seperti biasa Marie menjawab dengan senyum di wajahnya. Dengan Rambut hitam pendek, dengan mata biru langit dan bibir yang mungil, ditambah dengan pakaian maidnya. Ia benar-benar terlihat sangat cantik. Aku sampai heran bagaimana ia bisa menjadi pelayan dengan wajah secantik itu?
"Oh ya, apa kau melihat ayah?"
"Tuan colt? Aku melihatnya sedang berlatih di halaman."
"Berlatih?"
"Ya, ayah mu sangatlah hebat, Remi-sama. Dia sudah berlatih sejak pagi sekali."
"iya, ia memang sangat hebat. Apa aku bisa menjadi seperti ayah."
Aku memasang wajah murung.
"Tenang saja Remi-sama. Kau pasti bisa."
Marie sedikit menghiburku, dan itu membuatku sedikit membaik.
"Apa kau ingin minum teh, Remi-sama."
"Eh...ya."
Aku dengan reflek menjawabnya. Marie pun menuangkan teh yang sudah ia siapkan sebelumnya, dan mengantarkan kepadaku.
"Ini tehnya. Silahkan dinikmati."
Ia menyodorkan gelas berisi teh tersebut kepadaku. Aku pun mengambilnya dan langsung meminumnya.
*Slurrrp
Aku sedikit terkejut dengan rasa teh ini. Rasanya begitu ringan dan menenangkan. Di tambah rasa manis yang pas, dengan aroma yang begitu harum. Membuat ku merasakan ketenangan.
"Apa kau yang membuat teh ini Marie?"
"Tentu."
"Ini benar-benar nikmat."
Aku tersenyum sambil melihat ke arah Marie.
"Senang mendengarnya."
Marie membalas senyumanku.
Marie pun melanjutkan pekerjaannya. Tak beberapa lama kemudian, Zelda dan Fiona datang. Tampaknya mereka baru bangun. Aku dan Marie langsung menyapa mereka.
"Selamat pagi Zelda-sama, Fiona-sama."
"Selamat pagi."
Dan mereka berdua langsung duduk di kursi. Selang beberapa waktu ayah pun datang ke ruang makan. Kami pun menikmati makanan yang sudah disiapkan.
"Oh ya Remi, apa kau punya pakaian untuk menghadiri acara besok?"
Zelda membuka percakapan.
"Pakaian? Aku masih punya pakaian ganti, memangnya ada apa?"
"Bukan itu maksud ku."
"Yang di maksud Zelda adalah apa kau akan menghadiri pesta besok dengan baju desa mu itu, Remi."
Ucap Fiona.
"Memangnya kenapa?"
Aku memasang wajah bingung.
"Huh.., dasar kampungan."
Fiona meledekku.
"Eh..... Apa itu tidak di perbolehkan?"
"Tentu saja, dasar bodoh. Apa kau tau acara apa besok itu. Itu adalah acara pernikahan sang pahlawan dan merayakan keberhasilannya atas perjuangannya dalam mengalahkan raja iblis. Dan disana akan di hadiri oleh para bangsawan, kau tau. Apa kau tidak malu pergi ke acara itu menggunakan pakaian itu?"
Fiona berbicara dengan sangat panjang dan lebar. Aku terdiam mendengar penjelasan Fiona.
"Kalau begitu, bagaimana kalau kita pergi untuk membelinya Remi."
Zelda menawarkan bantuan.
"Oh... Aku ikut, aku ikut."
Setelah mendengar Zelda, Fiona langsung mengajukan diri untuk ikut sambil mengangkat tangan kanannya.
"Ide bagus, pergilah Remi. Kau masih tidak punya pakaian formal kan."
"Eh.... Bagaimana denganmu, ayah?"
"Ah soal itu, sebenarnya aku sudah membelinya kemarin saat sedang berjalan-jalan. Hehehe....."
Ayah tertawa kecil.
"Baiklah, kalau kalian tidak keberatan."
Aku pun menerima ajakan Zelda dan segera menyelesaikan makan. Setelah itu aku pergi untuk mengganti baju. Begitu pula dengan Zelda dan Fiona.
Setelah beberapa lama aku akhirnya selesai mengganti baju dan menunggu Zelda dan Fiona. Mereka benar-benar lama. Setelah cukup lama menunggu mereka akhirnya selesai dan kami langsung bergegas menuju toko.
"Jadi, kemana kita akan pergi?"
Tanya ku.
"Hmmm..... Apa kau ada rekomendasi tempat Fiona?"
"Eh...aku?"
"Memangnya siapa lagi."
Zelda berbicara dengan nada datar.
"Hmm.... Aku tidak tau. Aku tidak pernah membeli pakaian sebelumnya."
"Eh.....serius?"
Aku kaget mendengar bahwa Fiona yang seorang bangsawan tidak pernah membeli pakaian.
"Iya, ibuku yang selalu membelikan baju untuk ku."
"Apa kau benar-benar seorang bangsawan Fiona-sama."
"Kasarnya kau ini."
Fiona mencubit pinggangku. Aku pun sedikit menjerit.
"Hahahaha..."
Zelda hanya tertawa melihat kejadian ini.
"Sebenernya Fiona memang tidak suka hal-hal seperti itu."
Zelda menjelaskan.
"Ya, benar. Kenapa para wanita menyukai hal-hal seperti itu. Aku sungguh tidak paham."
Fiona pun menyetujui nya.
"Orang ini, apakah ia benar-benar bangsawan." Ucapku dalam hati, sambil melihat ke arahnya.
"Kalau begitu hal seperti apa yang kau suka Fiona-sama?"
"Hmm..... Aku suka bertarung dengan orang yang kuat."
"Eh.....serius?"
"Ya, super serius."
Fiona menjawab sambil tersenyum.
"Kalau boleh tau, kenapa kau suka bertarung dengan orang-orang kuat?"
"Hmmmm.... Mungkin karena kita akan merasakan adrenalin yang membara."
Aku mencoba mencerna perkataan nya.
"Aku masih tidak mengerti."
"Heehh... Padahal kau seorang lelaki tapi kau tidak mengerti itu."
Fiona berbicara dengan nada yang membuat ku sedikit kesal.
"Hehehe.... Kau benar-benar tidak berubah ya Fiona."
Ucap Zelda tiba-tiba.
"Ya begitulah, hehehe..."
Aku benar-benar tidak mengerti dengan kedua bangsawan ini. Lebih tepatnya mereka benar-benar menghancurkan bayangan ku tentang bangsawan.
"Jadi kemana kita akan pergi?"
"Bagaimana kalau kita pergi ke toko yang kemarin kita kunjungi, Remi."
"Ide bagus, Zelda-sama."
"Baiklah, sudah di putuskan."
Kami pada akhirnya memutuskan untuk pergi ke toko baju yang kemarin aku dan Zelda kunjungi.
.....
Sesampainya di sana kami langsung mencoba berbagai baju yang di rekomendasikan. Lebih tepatnya hanya aku sendiri yang mencoba pakaian. Lagipula mereka berdua juga terlihat senang.
Setelah cukup lama memilih kami akhirnya memutuskan 1 setel baju dan langsung membelinya. Walaupun harganya dapat membuat dompet ku menangis.
Setelah belanja baju kami memutuskan untuk beristirahat di toko La'panzuela, toko yang menjual perfait kemarin.
"Ah.... Menyenangkan sekali."
Ucap Zelda.
"Iya, tidak kusangka akan semenyenangkan ini."
Sepertinya mereka berdua terlihat puas dan setelah berdiskusi kami pun memutuskan memesan perfait berukuran super besar yang kemarin tidak sempat Zelda coba.
"Apa kalian yakin dapat menghabiskannya."
"Tenang saja Remi, asal kau tau nafsu makan Zelda sangat lah besar. Mungkin perfait ini hanyalah camilan baginya."
"Apa yang kau katakan Fiona! Aku tidaklah serakus itu."
Zelda tersipu malu mendengar ucapan Fiona dan mencoba membantahnya.
"Hahahaha..."
Fiona menertawakan Zelda yang sedang malu.
Tak lama kemudian perfait pesanan kami pun tiba. Aku benar-benar terkejut saat melihatnya. Perfait ini bukan hanya besar, ini sungguh besar. Setelah melihat ini aku berfikir bukankah kita tidak mungkin menghabiskannya.
"Ini dia!"
Ucap Fiona dengan keras.
"Akhirnya tiba juga."
Zelda pun menyusul setelah Fiona.
Ntah kenapa mereka malah menjadi bersemangat.
"Apa kalian yakin bisa menghabiskannya?"
Aku ragu apakah kita bisa menghabiskannya. Melihatnya saja bahkan sudah membuatku muak.
"Tenang saja Remi."
Fiona mengucapkan dengan penuh percaya diri.
"Sebenarnya aku sudah lama sekali ingin memesan ini. Tapi aku sendiri tidak mungkin bisa menghabiskan nya. Tapi kali ini berbeda karena disini ada teman baikku. Aku menjadi percaya diri untuk menghabiskannya."
Fiona memberi jempol kepadaku. Zelda pun sepertinya sudah tidak sabar untuk memakannya.
"Baiklah, kalau begitu."
Ucapku dengan tidak semangat.
"Selamat makan."
Kami pun langsung menyantap perfair jumbo itu. Walaupun ini besar ternyata perfait ini memang benar-benar enak. Rasa manisnya benar-bensr enak, di tambah dengan setiap tingkatnya dengan rasa yang berbeda membuat kita menjadi tidak terlalu mual.
Setelah 15 menit, Fiona pun yang pertama menyerah karena kekenyangan. Kemana hilangnya semangatnya yang tadi? Aku pun juga sudah mulai kekenyangan dan masih tersisa cukup banyak disini.
Tak lama kemudian akupun menyerah untuk memakannya. Sekarang hanya tersisa Zelda yang masih lahap memakannya. Melihat Zelda yang sedang makan sebanyak itu benar-benar menghancurkan image ku terhadap bangsawan.
Disaat aku sedang memperhatikan Zelda yang sedang makan. Ntah kenapa aku merasa seperti sedang di awasi oleh seseorang. Aku pun melihat ke sekitar tapi disini hanya ada sekumpulan pasangan disini.
"Pasangan?"
Aku langsung kaget dan memperhatikan sekitar. Ntah kenapa banyak orang melihat ke arah ku.
"Oy oy oy, ada apa ini? Kenapa mereka seperti melihatku? Tidak lebih tepatnya kenapa mereka melihat ke arah kami." Ucapku dalam hati.
"Ada apa Remi?"
Fiona yang melihat ku tiba-tiba bertingkah aneh menanyai ku.
"T-tidak, tidak apa-apa."
"Begitukah. Oh.... Ada sisa makanan di wajah mu."
Fiona mengambil sisa perfait yang berada di pipiku dan langsung memakannya.
"Apa kau tidak bisa menjaga cara makan mu agar tidak berantakan."
Keluh Fiona.
Seketika aku merasakan tatapan yang lebih dingin dari tadi dan aku melihat seseorang di pojok yang duduk sendiri menatap dengan tajam ke arah kami. Lebih tepatnya aku. Aku langsung membuang mukaku.
"Fiona-sama, aku akan pergi ke toilet sebentar."
Aku mencoba untuk menghindar dari tatapan orang-orang.
"Baiklah, jangan terlalu lama."
Akupun segera berjalan ke arah toilet. Aku pun menunggu sedikit lama di toilet agar bisa menghindari tatapan orang-orang. Setelah beberapa lama aku memutuskan kembali, berharap Zelda susah menyelesaikan perfaitnya.
Saat aku sampai aku minat wadah perfait yang tadinya penuh sekarang sudah habis bersih dan aku melihat Zelda yang merasa sangat puas.
"Kau lama sekali Remi."
Fiona menegurku.
"Y-ya, maaf."
"Terserah lah."
"Apa kau sudah puas Zelda-sama."
"Ya, perfait ini benar-benar enak."
Wajah Zelda benar-benar terlihat senang.
"Baiklah kalau begitu, sebaiknya kita cepat pergi. Kita sudah terlalu lama disini."
Aku mengajak mereka agar cepat-cepat meninggalkan toko ini.
"Mungkin kau benar, baiklah."
Kami pun membayar perfait yang kami makan dan segera keluar toko. Syukurlah aku bisa menghindari tatapan orang-orang.
"Baiklah apa yang akan kita lakukan selanjutnya, Remi."
"Hmm....mungkin sebaiknya kita kembali. Lagipula besok akan ada sebuah perayaan besar. Jadi sebaiknya kita menyimpan energi kita."
"Mungkin kau benar, Remi. Sebenarnya aku merasa sedikit mual setelah makan perfait itu."
Fiona sepertinya menyetujuinya.
"Baiklah kalau begitu, mari kita kembali."
Ucap Zelda.
Kami pun segera berjalan pulang ke mansion dengan perut yang benar-benar kenyang.
Dan satu hari yang menyenangkan pun terlewatkan.
Chapter 07 END