Chapter 32 - PEMBUKTIAN CINTA

"Jangan Hanin, aku akan malu." ucap Hasta dengan wajah semakin memerah dengan pujian-pujian Hanin yang tak berhenti dari tadi.

"Jadi, kamu percaya padaku kan Mas?" ucap Hanin dengan tersenyum sangat gemas dengan wajah merah Hasta.

Hasta menganggukkan kepalanya menjadi salah tingkah.

"Syukurlah kalau kamu percaya Mas. Aku berharap... aku bisa membahagiakanmu Mas." ucap Hanin dengan sungguh-sungguh menatap lembut wajah Hasta.

Hasta menganggukkan kepalanya lagi.

"Hanin, tidurlah...kamu pasti lelah setelah seharian menjagaku." ucap Hasta tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan untuk melewati malam pertamanya.

"Aku tidak lelah Mas, hanya saja aku sedikit mengantuk," ucap Hanin sedikit berbohong agar bisa bersandar di dada Hasta. Pandangan Hanin tak lepas dari wajah Hasta yang terlihat tampan.

Mendengar jawaban Hanin yang sudah mengantuk, segera Hasta menggeser tubuhnya memberikan tempat yang lebih banyak buat Hanin, namun Hanin segera menahannya.

"Jangan menjauh dariku Mas, aku ingin tidur dalam pelukanmu. Aku ingin kita tidur seperti layaknya suami istri." ucap Hanin dengan suara pelan menggenggam pergelangan tangan Hasta.

Hasta menelan salivanya.

"Baiklah Nin, aku tidak akan menjauh darimu." ucap Hasta berusaha menenangkan hatinya yang semakin berdebar-debar kencang.

"Kita tidur bersama mulai sekarang Mas." ucap Hanin dengan tersenyum semakin merapatkan tubuhnya pada tubuh Hasta.

Hasta semakin salah tingkah dengan sikap Hanin, yang telah membuat jantungnya semakin berdetak dengan kencang.

"Hanin, apa yang kamu lakukan?" tanya Hasta saat Hanin semakin merapatkan tubuhnya.

"Sudah aku katakan, aku ingin tidur dalam pelukanmu Mas, aku sangat mengantuk sekali." ucap Hanin dengan nada sedikit manja mulai menyandarkan kepalanya di dada Hasta kemudian memejamkan matanya.

Detak jantung Hasta semakin tak beraturan saat tangan lembut Hanin melingkar di pinggangnya.

Perlahan Hasta memberanikan diri untuk merengkuh kepala Hanin yang berada di dadanya.

Hanin memejamkan matanya semakin merapatkan tubuhnya dan menenggelamkan kepalanya ke dalam dada Hasta dengan tangannya berada di atasnya. Sentuhan kulit tubuh Hanin bagaikan arus listrik masuk ke aliran darah Hasta.

"Hanin." panggil Hasta dengan suara hampir tercekat menatap wajah cantik Hanin.

"Ya Mas." sahut Hanin mengangkat wajahnya seiring kedua matanya terbuka. Hati Hanin berdesir menatap lembut wajah teduh Hasta, tanpa sadar Hanin menatap bibir Hasta yang pucat basah.

Hanin tak kuasa melihat tatapan mata Hasta yang begitu teduh seolah-olah menggodanya.

Hasta terpaku, entah perasaan apa yang ia rasakan hingga tanpa menyadarinya ia menyapu lembut bibir Hanin kemudian melepasnya pelan dengan dada terasa sesak.

Merasakan bibir Hasta yang lembut dan hangat, Hanin menggerakkan badannya dengan memiringkan tubuhnya tepat menghadap Hasta dan meraih punggungnya agar menghadap dirinya.

"Mas, apa kamu menginginkan malam pertama kita?" tanya Hanin berbisik lembut di telinga Hasta.

Jantung Hasta hampir saja berhenti atas ucapan Hanin. Kedua mata Hasta menatap penuh kedua mata Hanin dan tidak tahu harus menjawab apa.

"Ini malam pertama kita Hanin, bagaimana aku tidak menginginkannya? tapi kalau kamu tidak menginginkannya aku tidak akan memaksamu. Apa kamu menginginkannya Hanin?" tanya Hasta dengan hati berdebar-debar merasa takut kalau ada penolakan dari Hanin.

"Tentu saja, aku juga menginginkannya Mas," ucap Hanin dengan tatapan lembut kemudian melumat bibir Hasta penuh gairah.

Hasta memejamkan matanya benar-benar merasakan kelembutan bibir Hanin yang kembali melumat bibirnya. Namun tiba-tiba Hasta menyadari kondisinya yang kemungkinan tidak akan bisa memuaskan Hanin. Perlahan Hasta melepas ciuman Hanin dengan tatapan sedih.

"Hanin, maafkan aku...aku tidak tahu apa aku bisa memuaskan kamu dengan apa yang akan kita lakukan. Kamu tahu sendiri aku pria tua yang sakit...." Hasta tidak bisa meneruskan ucapannya saat jari telunjuk Hanin menutup mulutnya.

"Ssstt Mas, jangan di teruskan. Aku tidak akan peduli tentang aku puas atau tidak, biarkan aku membahagiakanmu untuk malam pertama kita ini. Aku akan buktikan kalau aku benar-benar sangat mencintaimu Mas," ucap Hanin membuang rasa malunya dengan melepas pakaian tidurnya di hadapan Hasta.

Hasta menelan salivanya, terpaku di tempatnya berusaha menenangkan hati dan jantungnya. Ia tidak tahu apakah ia bisa menjalankan tugasnya, dan membalas gairah Hanin yang sudah terlihat menguasainya.

Setelah Hanin menutup tubuhnya dengan selimut tebal, Hanin mendekati Hasta dan membantunya melepas semua pakaiannya.

Setelah melepas seluruh pakaian Hasta, dengan penuh kesabaran dan penuh cinta Hanin menyelimuti tubuh Hasta dengan selimut yang di pakainya. Tubuh Hasta dan Hanin menyatu dalam satu selimut tanpa satu helai benang pun di tubuh mereka berdua.

Perlahan Hanin mengangkat wajahnya menatap Hasta penuh kelembutan dan mulai melanjutkan ciuman dan lumatannya agar Hasta mendapatkan hasratnya.

Dengan gerakan pelan Hasta membalas ciuman Hanin dengan meraih tengkuk leher Hanin. Sambil memejamkan mata dan penuh perasaan perlahan Hasta melepas ciumannya kemudian beralih menghisap dan menggigit lembut leher jenjang Hanin dengan memberikan jejak tanda merah di sana.

Hasrat Hanin semakin besar membuat Hanin semakin intens membalas sentuhan lembut Hasta agar bisa sama-sama saling terpuaskan.

Perlahan Hanin menggerakkan badannya dan mendekati bagian bawah Hasta.

"Hanin, apa kamu yakin dengan apa yang kamu lakukan?" tanya Hasta dengan suara yang parau, mata Hasta meredup saat bibir Hanin melumat ujung batang miliknya yang sudah mengeras.

"Hanin...akkkkhhh...akkhhh...akkkhhh!" desah Hasta dengan gelora hasratnya yang sudah terpacu cepat.

"Aku ingin membahagiakanmu Mas, aku ingin malam ini menjadi malam yang terindah buat kita berdua," ucap Hanin setelah menghentikan gerakannya dan menatap lembut mata Hasta yang setengah terpejam.

Hasta hanya bisa menelan salivanya membiarkan Hanin melakukan sesuatu yang membuatnya bergairah.

Kembali Hanin memainkan ujung batang milik Hasta dengan ujung lidahnya dan sesekali menghisapnya dengan pelan.

"Akkkhhhh... akkkhhhh..akkkkhhh...Hanin, aku sudah tidak tahan lagi." ucap Hasta dengan suara tercekat saat mulut Hanin memainkan batang miliknya dengan cepat.

"Aku juga sudah tidak tahan Mas." bisik Hanin di sela-sela isapannya yang semakin menggila.

Karena tidak bisa menahan hasratnya yang semakin menggelora, Hasta menarik pinggang Hanin dan menggerakkan badannya naik ke atas tubuh Hanin dengan bertumpu pada kedua tangannya dan kedua lututnya.

Hanin tersenyum kemudian memejamkan matanya seraya memeluk pinggang Hasta dengan hangat..

"Lakukan cepat Mas, isap dan gigit kedua putingku." ucap Hanin sudah tidak sabar ingin Hasta menghisap puting payudaranya.

Dengan gelora yang sudah memuncak Hasta mengulum, menghisap dan menggigit kedua payudara Hanin secara bergantian.

"Akkhhhh!!! Mas sedikit keras Mas...aahhhkk." pekik Hanin merasakan nikmatnya yang luar biasa gigitan dan isapan Hasta yang sangat kuat.

Tubuh Hanin menggelinjang tegang seraya meremas rambut Hasta dengan kuat saat bibir Hasta semakin intens mengulum dan menggigit putingnya dengan kencang.

"Akkkhhhh... akkhhh, Mas...aku sudah tidak kuat Mas." ucap Hanin dengan tubuhnya yang semakin menegang ingin segera di masuki batang milik Hasta yang sudah mengeras.