"Kakimu?" Eryk bertanya.
Darena mengangguk dengan polosnya.
"Kau punya dua tangan yang sempurna. Lakukan sendiri," kata Eryk, "lagipula kau tidak bisa menyuruh hal seperti ini."
Eryk mengerti Darena membencinya, namun haruskah terlihat bodoh seperti ini? Ia bekerja punya aturan dan perjanjian sebelum tanda tangan kontrak menjadi pelayan.
"Aku tahu peraturan bodoh itu," kata Darena, "kau bisa menolak, tapi aku yakinkan padamu kalau kau akan mendapatkan sesuatu yang lebih dari sekarang, dan jangan lupakan kau takkan aku ijinkan bertemu Elias."
Eryk menggertakan giginya menahan amarah yang mulai meletup di tubuhnya.
Mengancam merendahkan seperti itu, betapa rendahnya Darena.
Eryk ingin sekali menghapus seringai kemenangan di bibir Darena sekarang yang seakan mengejeknya. Namun seketika ingat tujuannya.
Obrolan mereka mungkin menyakitkan, tetapi Eryk bisa memanfaatkan ancaman Darena.
'Baiklah.'