Gaea mengambil napas, "Tidak apa," katanya singkat terdengar canggung.
Rainer menggeser kursinya lalu duduk. Ia memegang cangkir yang tertutup piring kecil, menaruhnya di bawah yang kemudian pelayan yang berada di samping menuangkan teh memenuhi cangkir peraknya barulah pergi. Bagaimanapun ia belum terlalu haus untuk minum walau aromanya menggelitik menggoda hidungnya.
"Rainer," Gaea memanggil, memulai dengan nada yang pelan, "aku rasa kau tahu kenapa aku ingin bertemu denganmu."
"Aku tahu," Rainer menyahut tenang sekali.
"Kau tahu? Baguslah, aku tidak perlu mengeluarkan kata manis," kata Gaea yang mulai emosi, bibirnya mengeluarkan napas hangat untuk menenangkan dirinya, "Aku tidak mau berpikir negatif mengenai ini, tapi apakah kau tahu rencana Nenekku soal kabar pengumuman perjodohan kita?"
Rainer sejenak terdiam, merasa kesulitan.
Bagaimana bisa ia bilang ke Gaea bahwa ia mengetahui rencana tersebut?
Rainer mengetahuinya tiba-tiba dari Darena pagi tadi.
***
Flashback
***