Jarak mereka semakin dekat ....
Gaea yang panik tanpa berpikir panjang mengadukan kening mereka hingga mengerang kesakitan bersama-sama.
"Aduh!"
Walaupun cara Gaea menyakitkan, efeknya ampuh, Rainer melepaskan pelukannya dari tubuhnya untuk memegang kening yang mulai memerah akibat kebrutalan Gaea.
"What the fโ"
Gaea memanfaatkan ini dengan segera duduk mengusap keningnya yang sakit, "Kau sendiri yang salah."
"Aku?" Rainer bertanya dengan polosnya, "kau sendiri yang tiba-tiba memukul, aku sedang tidur nyenyak, Gaea."
"Aku takkan melakukannya jika kau tidak berusaha mencium aku," Gaea membantah keras dengan pipi merona merah.
"Shiโ" Rainer mengumpat yang merupakan sesuatu yang jarang didengar oleh Gaea, dan detik berikutnya pipinya ikutan memanas, "maafkan aku Gaea, aku memang memiliki kebiasaan seperti itu."
"Tak apa, setidaknya kau mengakui kesalahanmu," kata Gaea kalem, lagi pula ciuman mereka tidak jadi, akan aneh sekali semalam mencium Eryk lalu paginya mencium Rainer. Ia merasa seperti bad girl.
'Tidak seperti saudaramu di sebelah.'
"Kau mau kembali?" Rainer bertanya kalem.
Kembali?
Gaea tidak yakin, siapa tahu Eryk masih di kamarnya, tidur. Semau apa pun ingin melihat Eryk takkan bisa mengalahkan rasa sakit hatinya akibat semalam dikatakan kotor.
"Kau mau mandi di sini juga? Aku tidak masalah belakangan," Rainer menawarkan dengan rona merah di pipinya.
Ide yang bagus hanya saja percuma dikarenakan kopernya ada di kamar sebelah, "Tak usah, aku akan kembali ke kamarku."
Rainer mengangguk, lalu merenggangkan ototnya yang terasa kaku, setelah selesai mulai membuka pakaian tidurnya.
Gaea yang melihatnya terkejut bukan main, "Apa yang kau lakukan!?"
"Bersiap mandi?" Rainer menjawab dengan polosnya.
"Aku tahu, hanya saja apakah perlu membuka baju di depan wanita!?" tanya Gaea emosi.
Kenapa keluarga Enzo selalu seenaknya buka baju tanpa peduli ada orang ada atau tidak di kamar mereka? Wanita tepatnya.
Rainer memperhatikan Gaea tepatnya pipi yang merona merah manis itu seakan yang dilakukannya merupakan hal yang tabu bagi Gaea, sebuah ide jahil muncul di kepalanya, "Bagaimana jika aku bilang bahwa aku ingin membuatmu menginginkan aku?"
Gaea memekik pelan, "Kau mesum!"
Rainer tertawa renyah akan sikap Gaea yang mudah ditebak, "Aku hanya bergurau," katanya, menurunkan kembali kausnya, "jadi bisakah kau pergi? Ada pesawat yang harus kita kejar Gaea."
Gaea langsung lari keluar tanpa peduli tawa Rainer, dan melihat seorang wanita yang diyakini adalah Mary tengah berdiri di depan kamarnya, "Selamat pagi, ada yang bisa aku bantu uh ... Nona Mary?"
"Ah ... selamat pagi juga Nona Gaea," kata Mary membungkukkan tubuhnya sopan, "aku di sini diminta menunggu oleh Mister Eryk untuk menyerahkan kunci kamar Nona."
Gaea menerima kunci yang disodorkan untuknya sambil berpikir untuk apa Eryk segala meminta Mary menunggu pagi-pagi begini, "Eryk pergi?"
Mary mengangguk kecil, "Mister Eryk bilang ada urusan sebentar."
Gaea termenung.
Tentu saja Eryk pergi, apa yang diharapkan olehnya? Orang seperti Eryk bukanlah lelaki romantis yang akan membelikannya sebuket bunga serta menunggu di kamarnya untuk meminta maaf, ia akan terkejut bukan main bila itu benar. Tidak ingin mengganggu pekerjaan Mary, diukirnya senyum samar sambil berkata, "Terima kasih Mary, sudah cukup aku bertanya, kau bisa kembali kerja."
"Silakan menelepon jika ada yang dibutuhkan Nona Gaea," kata Mary, membungkuk sopan, lalu pergi menuju lift.
Gaea masukan kuncinya, memutarnya hingga terdengar bunyi klik, barulah membuka pintu dan masuk ke dalam, aroma khas parfum Eryk lantas menyambutnya hangat, namun tidak dengan pria ituโ"Eh?" Matanya langsung menyadari bahwa tirai kamarnya terbuka.
Apakah Mary yang melakukannya? Akan tetapi mengingat ucapan Mary yang hanya diminta menunggu rasanya tidak mungkin, membersihkan kamar bukan tugas Mary.
Harapannya naik ada kemungkinan bahwa Eryk tidur semalaman di sini, Gaea ketika masuk ke dalam langsung mencium parfum pria itu, ia memang agak mengenali parfum Eryk yang maskulin, rasanya tidak mungkin parfum bisa bertahan sewangi ini selama semalam, yang berarti Eryk memang di sini sampai pagi bahkan bisa jadi bersiap-siap bekerja di sini juga.
"Dia tidak mungkin kan menunggu aku semalaman ...?" Gaea bertanya-tanya pada dirinya sendiri di dalam keheningan.
Gaea menjadi berpikir bahwa Eryk menunggunya agar mereka bisa berbaikan, seperti yang diketahui Eryk bukanlah lelaki romantis, yang mengejar pasangan tanpa peduli sekitar.
Gaea masuk ke dalam kamar mandi, "Oh my ...," Bahkan di sini aroma parfum Eryk semakin kuat, sepertinya di sini sumber awalnya.
Benar adanya Eryk di sini sampai pagi.
Gaea menggelengkan kepalanya kuat-kuat, untuk apa bersimpati? Ini salah Eryk, ia tak salah di sini. Ia membuka bajunya dan mulai mandi, membiarkan air shower membasahi tubuhnya, pikirannya berkelana lagi.
Bagaimana bila benar?
Eryk bilang ingin buat kenangan yang indah.
Gaea menggelengkan kepalanya lagi, dan melanjutkan membersihkan tubuhnya yang disadarinya tertempel parfum Rainer. Setelah selesai keluar dengan handuk menutupi tubuhnya, mengambil pakaian di dalam kopernya, lalu memakainya. Ia duduk di ranjang menatap pantulan dirinya di cermin yang diambilnya juga di dalam koper.
Tidak ada senyuman di bibirnya bahkan bibirnya terlihat pucat dan sedih sungguh menggambarkan sekali perasaannya, jadi berpikir benar adanya ucapan Eryk dan Rainer bahwa ekspresinya mudah ditebak.
Gaea hanya memberikan sentuhan kecil di wajahnya berupa cc cream sedang tidak senang berdandan tebal, lalu menyapukan lip tint merah muda di bibirnya agar memberikan kesan segar pada wajahnya, menyisir rambutnya setelah memberikan vitamin. Ia memandang dirinya lagi apakah ada yang kurang, setelah dirasanya cukup bagus, menaruh kembali peralatannya ke dalam koper dan berjalan keluar.
"Sudah selesai?"
Gaea hampir saja menjatuhkan kunci kamarnya mendengar suara Rainer, melirik pria itu yang tengah bersandar santai di tembok tak jauh darinya, "Kau mengagetkan saja!"
"Kau yang harus mulai waspada, Gaea," kata Rainer menasihati.
Gaea tidak peduli, mengunci pintunya baru menghampiri Rainer, "Ayo."
"Ladies first."
Gaea memutar bola matanya, namun tertawa juga, berjalan menuju lift dan masuk duluan, "Oh, tanganmu masih butuh diperiksa, tetapi kenapa kau bisa ikut?"
"Aku mendapat surat mengenai data sakit aku agar bisa diperiksa di kampung halamanmu," kata Rainer.
"Oh."
Berbicara kampung halaman, Gaea sudah menelepon ibu angkatnya, ibunya awalnya marah karena sudah lama tidak memberi kabar, namun berubah senang saat mengetahui bahwa ia akan kembali.
Meskipun Gaea sedih, tapi senang juga bisa bertemu dengan keluarga angkatnya, walau ada satu yang tidak disukainya yaitu kakak angkatnya. Ia dan Lola pernah mendapat perlakukan tidak pantas dulu, berharap kakak angkatnya berhenti melakukan hal tersebut mengingat kakaknya itu sudah memiliki kekasih seperti kata ibunya di telepon.
"Rainer, kau mau kan berpura-pura sebagai kekasihku ketika di sana?" tanya Gaea.
Mata Rainer melebar, "Kenapa memangnya?"
Gaea menggaruk lengannya gugup, malu menceritakan pelecehan seksual yang pernah dialaminya bagai aib baginya, tak mau orang lain mengetahuinya, cukup Lola, "Supaya lebih lancar dab ibuku tidak terlalu banyak bertanya kenapa aku membawamu."
'Alasanku payah sekali.'
Rainer berpikir sesaat, menatap mata Gaea dalam-dalam mencoba mencari sesuatu di sana, "Kau sungguh suka sekali menjalin cinta bohongan, iya?" tanyanya menggoda.
Gaea menggembungkan pipinya jengkel. "Hey! Kau mau atau tidak?"
Rainer tertawa, "Baiklah, aku bersedia menjadi kekasihmu, Gaea. Apa pun yang kau rencanakan aku akan mengetahuinya nanti."
Gaea kembali gugup lagi.
Kenapa jawaban Rainer terdengar seperti godaan? Seakan hal yang menyenangkan? Pikirannya jadi kemana-mana.
Pintu lift terbuka, mengakhiri percakapan mereka berdua.
Gaea keluar diikuti oleh Rainer menuju meja resepsionis mengembalikan kunci kamarnya, memanfaatkan kesempatan ini untuk bertanya, "Apakah Eryk sudah pergi?"
Mary menerima kunci kamar Gaea sambil menjawab, "Mister Eryk sudah pergi sejam yang lalu seperti yang aku bilang tadi Nona Gaea," katanya, "oh iya, Mister Eryk juga sudah menyiapkan mobil untuk Nona Gaea dan Tuan Rainer jika mau berangkat."
"Begitu," gumam Gaea kecewa. Ia bertanya lagi hanya ingin meyakinkan dirinya, mungkin saja yang dimaksud Eryk pergi adalah bekerja di dalam hotel, masih ada kesempatan buat berbaikan sebelum pergi, nyatanya Eryk keluar hotel.
Eryk menyerah akhirnya.
"Eryk ... di sini?" Rainer bertanya-tanya keheranan.
Gaea seketika panik teringat bila Rainer tidak mengetahui ini, segera menjawab sebelum Mary, "Dia di sini cuma sebentar kok! Sudah iya! Ayo pergi!"
"Tapiโ"
Gaea mendorong punggung Rainer keluar hotel sebelum kembali protes, saat sampai baru dilepaskan.
Rainer membenarkan jaketnya yang sedikit kacau akibat ulah Gaea, "Kau tidak perlu kasar padaku yang cuma bertanya saja."
"Maaf iya," kata Gaea yang rahasianya tidak mau diketahui, bisa-bisa Rainer akan bertanya pada Eryk, dan Eryk akan menjawab ajakan memalukannya kemarin malam mengingat mereka suka mengejeknya.
Rainer tidak menanggapi lebih memilih mengecek ponselnya.
Gaea yang merasa diacuhkan hanya dapat tertunduk, berharap mobil yang disiapkan oleh Eryk cepat datang.
***
Hotel milik Eryk tidaklah jauh dari bandara jadi mereka tiba tanpa butuh waktu yang lama.
Di dalam perjalan Rainer tidak berkata banyak seperti biasa membuat Gaea bosan menguap berkali-kali atau sekedar mengecek ponselnya mengetahui apakah ada pesan dari Ava mengingat ia baru memberi kabar juga pada sahabatnya satu itu.
Mereka keluar dari dalam mobil, dan Rainer memberikan tip kepada sang Sopir, barulah menyusul Gaea yang memang sudah masuk ke dalam bandara.
Gaea berjalan menuju bagian pemeriksaan sambil bersenandung ria, yang seketika terhenti melihat pemandangan di depannya, seorang pria berambut pirang sedang duduk di ruang tunggu dengan sebuah buket bunga anggrek pink dipangkuannya.
'Tidak mungkin ....'
Rainer juga ikut berhenti untuk melihat apa yang membuat tubuh Gaea membeku, menemukan saudaranya menghampiri dirinya dan Gaea, "Eryk ...?"
Eryk berhenti tepat di depan mereka berdua, matanya tertuju lurus pada Gaea, kemudian menyapa hangat, "Pagi."
***
Jangan lupa tinggalkan komentar dan batu daya ya ๐
Oh, iya klo saya up bukan malem berarti aman dibaca ๐
๐๐๐