Prolog:
Usagi Mamoru merupakan seorang siswa yang paling jenius di SMA Tatsuno, Mamoru juga merupakan seorang Otaku akut yang menghabiskan hari-harinya hanya untuk membaca manga dan bermain game.
Tidak ada yang bisa mengalahkan Mamoru dalam gamenya, Ragnarok.
Orochi yang merupakan nama karakter Mamoru dalam game Ragnarok, selalu berada dalam posisi top 1 dunia selama 3 tahun berturut-turut tanpa sekali pun bisa tergeser.
Namun nasib baik tidak berpihak padanya, pihak developer game Ragnarok memutuskan untuk menghapus karakter Mamoru, karena menganggap karakter nya terlalu overpower.
Dan jika Mamoru terus menggunakan Orochi, maka posisi top 1 dunia tidak akan pernah tergeser.
Hal ini membuat nya sangat frustasi, pihak developer mem-block semua keluhan Mamoru ke pihak developer.
Setelah karakter Orochi di hapus, Mamoru menghabiskan hari-harinya di atas kasur, mengurung dirinya di kamar, tidak pernah lagi pergi ke sekolah, bahkan tidak pernah keluar rumah.
Saat Mamoru sedang tertidur, sebuah cahaya muncul membentuk lingkaran di lantai kamarnya, mengelilingi kasur Mamoru, cahaya itu terus bertambah terang dan terus menerang, sampai tidak ada apapun selain warna putih.
Di saat yang sama Mamoru sedang bermimpi. di dalam mimpinya, seorang pria dengan sayap di punggungnya mendatangi Mamoru.
"Aku akan mengabulkan permintaan mu, Apa yang kamu inginkan?" Pria itu berdiri tepat di depan Mamoru.
"Aku ingin karakter Orochi ku kembali, jika tidak bisa, biarkan aku memindahkan nya ke game lain" Mamoru menatap pria itu dengan antusias.
"Lalu, Ada permintaan lain?"
"Tidak, hanya itu. Itulah yang paling kuinginkan" Mamoru menegaskan alisnya, menandakannya tidak memiliki permintaan lain.
"Baiklah, aku akan memberimu skill 'Copy status', karena kamu yang mengetahui karakter mu, aku membiarkan mu untuk
meng-copy nya sesuai apa yang telah ada. Sekarang, nikmatilah kehidupan barumu di dunia lain" Pria itu terbang menjauh, meninggalkan Mamoru.
______________________________________________
"Selamat datang wahai pahlawan"!
Mamoru membalik badannya, merubah posisi tidurnya.
"Eh.. dia sedang tertidur?"
______________________________________________
Chapter 01
~Ragnarok~
"Kekuatan ras manusia sudah tidak dapat diabaikan lagi, sebentar lagi mereka pasti akan sampai ke heaven, bahkan aku, Dellon yang agung ini, tidak akan kaget jika mereka berhasil menguasai seluruh heaven.
Aku akan kembali menghilangkan batasan, agar mereka tidak lagi mendapatkan perlindungan dari dewa seperti kita!, seperti yang telah kulakukan 2000 tahun yang lalu pada ras raksasa yang berani menentang para dewa". Batin Dellon.
"Tuan Dellon, dewa rachel telah datang, tolong izinkan dia untuk berbicara" penasihat Dellon, Platin membungkuk, meminta izin.
"Baiklah, ku izinkan" Dellon yang duduk di singgasana, sedikit mengangkat kepalanya yang di topang dengan tangan, menatap Rachel yang sedang membungkuk, menunggu jawabannya.
"Tuan, Aku ingin langsung turun ke bumi untuk membinasakan ras manusia, walaupun batasan untuk mereka telah dihilangkan, mereka tetap ancaman bagi heaven dengan kekuatan sebesar itu" Rachel menyilangkan tangan kanannya ke dada.
"Mereka bukanlah ras yang lemah" Dellon menatap Rachel yang sedang membungkuk di depannya.
"Aku tahu itu, tuan. Aku akan bekerja sama dengan ras Dark-elf untuk ini"
"Persiapkan lah dirimu, atas nama pemimpin para dewa, aku mengizinkan dirimu untuk membinasakan ras manusia. Akan kuingat ini sebagai sejarah perang Ragnarok pertama!. Dan Ingatlah akan satu hal, aku tidak ingin menerima kabar buruk".
"Aku tidak akan mengecewakan mu, tuan".
Rachel berdiri, kemudian pergi meninggalkan singgasana Dellon.
________________
~Sebelum Ragnarok~
"Tuan putri Viole, sudah terlalu lama tuan putri membaca buku di perpustakaan ini, kini sudah waktunya tuan putri untuk kembali ke istana, yang mulia Claude telah menunggu anda"
Seorang maid memberitahu Viole, kemudian membereskan buku-buku Viole, menyusunnya kembali ke rak buku.
"Apa sudah selama itu? belakangan ini waktu berlalu begitu cepat..... ah sudahlah, siapkan keretanya"
Viole berdiri, menaruh kembali kursi yang ia duduki ke tempat aslinya.
Seketika semua mata tertuju pada Viole, seorang putri dari kerajaan terbesar ras manusia, Kerajaan Devotion.
Hanya Viole, bangsawan yang mau duduk lama, dan menghabiskan waktunya untuk membaca buku di perpustakaan umum.
Viole berjalan anggun keluar dari perpustakaan, pandangannya menatap langit biru, tetapi pikirannya dipenuhi pikiran-pikiran tentang masalah negara yang harus diurusnya sebagai seorang putri raja.
Bahkan setiap langkah kakinya mengandung kharisma.
Viole merupakan seorang putri yang sangat pintar dan handal mengurus wilayah. Viole dijuluki sebagai Dewi afrodit, karena kecantikan nya yang bahkan dijadikan aset negara.
seluruh kerajaan manusia berusaha menjadikan Viole sebagai permaisuri, agar Devotion menjadi sekutu mereka.
Hanya saja, Viole selalu menolak, dengan alasan orang-orang yang datang padanya tidak cukup pintar.
Seorang maid membuka pintu kereta kuda kerajaan, membungkuk dan mempersilahkan Viole untuk masuk.
Perpustakaan Devotion berjarak beberapa Kilometer dari istana putri kaisar. Istana Devotion di bagi menjadi 6 bagian, istana pusat, istana permaisuri, istana keluarga, istana kaisar terdahulu, istana bagian, serta istana putri kaisar.
Ras manusia memiliki 3 kerajaan besar dengan 3 pusat wilayah, Devotion, Dendollion, dan Ingrid.
Kaum sejarahwan menyebut Devotion sebagai negara perebut. karena 80% wilayah Devotion merupakan bekas wilayah Dark-elf.
Viole menaruh kepalanya di pangkuan maid, sesuatu yang tidak pernah di bayangkan orang lain terhadap sang putri yang bahkan dijuluki Dewi afrodit ini.
semua hal yang berkaitan dengan kerajaan membuatnya lelah, karena harus tampil selalu sempurna di hadapan orang lain.
Maid itu mengelus kepala Viole, itu adalah sesuatu yang selalu di sukai Viole.
"Tidurlah di pangkuan ku putri, aku tahu ini sangat melelahkan. tuan putri masih terlalu muda untuk menanggung semua beban ini. hanya ini yang dapat kulakukan untuk sedikit meringankan beban tuan putri..."
"Tidak.... ini benar-benar membuat ku merasa nyaman, semua beban ku seakan.... hilang sesaat!"
"Syukurlah..."
Viole di besarkan dengan sempurna, kecerdasan, pemahaman, kharisma, kecantikan, bahkan guru berpedang terbaik di Devotion dikalahkan nya hanya dalam sebulan, dari hari pertama Viole memegang pedang.
seperti mentari, Viole begitu sempurna, hanya saja Viole terlahir sebagai seorang putri, yang berarti hidupnya telah di tentukan.
________________________
Seorang penyihir tingkat 9 membungkuk di hadapan kaisar Claude, meminta sebuah keputusan.
"Yang mulia kaisar Claude, sihir pemanggilan untuk memanggil seorang pahlawan telah siap, aku hanya perlu keputusan dari yang mulia"
"Lakukanlah....."
Claude berdiri dari singgasana.
"Baik.... yang mulia"
Penyihir tingkat 9 itu segera berdiri, meninggalkan singgasana Claude.
"Eden, bagaimana hasilnya?"
"Itu sudah sempurna.... semuanya"
"Aku tak tahu apa yang tidak dapat dilakukan penyihir tingkat 9 seperti mu, Eden"
Rose, orang yang berdiri di samping Eden tertawa.
"Ayolah, kau terlalu berlebihan Rose. memujiku seperti itu tidak akan mengurangi masa hukumanmu, kau harus tetap bekerja 5 jam lebih lama untuk seminggu ini, kau tahu bukan?" Eden dan Rose berjalan, melewati patung-patung hiasan.
"Tentu saja aku tahu itu, jangan mengulangi nya terus, seakan-akan aku adalah seorang pelupa. ah, menurut ku pahlawan yang akan kita panggil ini tidak lebih hebat darimu, Eden. atau aku harus memanggilmu penyihir terhebat di kerajaan Devotion?"
"Siapa yang akan tahu?"
Rose dan Eden memasuki sebuah aula besar, aula itu dipenuhi artefak-artefak kuno dengan bola sihir di tengahnya, yang berfungsi untuk menyimpan mana.
sebuah lingkaran sihir di gambar di tengah-tengah aula, lingkaran sihir itulah yang akan memunculkan seorang pahlawan.

"Yang mulia telah membuat keputusan, segeralah melakukan pemanggilan pahlawan"
Eden menyuruh para penyihir lain ke tempatnya masing-masing, melakukan persiapan.
Eden dan Rose berdiri di sebelah lingkaran sihir, menaruh beberapa bola sihir yang berisi mana.
"Kami telah siap"
Seorang penyihir memberitahu Eden, waktunya pemanggilan.
Eden membaca beberapa mantra sihir, semua artefak dan bola sihir di aula itu mulai terbang, mengelilingi lingkaran sihir, mengeluarkan cahaya terang.
penyihir lainnya ikut membaca mantra sihir, membuat bola sihir dan artefak sihir semakin menyala terang.
Lingkaran sihir yang berada di aula semakin membesar dan terus membesar.
Tak lama kemudian, sesuatu muncul dari tengah-tengah Lingkaran sihir, sesuatu yang cukup besar, kasur.
"Selamat datang wahai pahlawan"!
Eden menyambut kedatangan pahlawan yang muncul di tengah-tengah lingkaran sihir.
Mamoru membalik badannya, merubah posisi tidurnya.
"Eh... dia sedang tertidur?"
Rose menyikut bahu Eden, tertawa melihat Eden menyambut pahlawan yang sedang tertidur.
Lingkaran sihir mulai menghilang, bola-bola sihir dan artefak mulai berjatuhan kembali.
"Jadi... seseorang akan membangunkan nya atau menunggu nya hingga terbangun sendiri?"
Rose akhirnya berjalan ke tengah-tengah lingkaran sihir, mendekati Mamoru.
"Etto.. tuan pahlawan? bisakah anda bangun?"
Rosse berdiri di samping kasur Mamoru, memperhatikan nya dari dekat.
"Tunggu sebentar.... kurasa kita telah melakukan kesalahan"
Eden memegang kepalanya, membaca beberapa mantra sihir, sambil menatap Mamoru, menganalisa.
"Apa maksudmu, Eden?" Rosse berbalik, menatap Eden.
"Dia tidak punya kekuatan sihir sama sekali, bahkan Stamina dan kekuatan fisiknya di bawah rata-rata orang normal"
Tiba-tiba keadaan aula menjadi berisik, para penyihir mulai mempertanyakan kejadian ini.
"Bagaimana mungkin? lagipula kita tidak bisa mengirimnya kembali".
Saat keadaan aula semakin berisik, Mamoru tiba-tiba terbangun, memperhatikan sekeliling.
"Apa ini.. aku sedang bermimpi?"
Mamoru berdiri dari kasur, berjalan menuju Rose dan Eden yang berada di samping lingkaran sihir. tak ada yang memedulikan Mamoru, semua sibuk mempertanyakan kesalahan pemanggilan telah yang terjadi.
Mamoru mengambil tongkat sihir yang berada di tangan Rose.
"Hei, kembalikan itu!"
Rose membalik badan, meneriaki Mamoru.
"Uwaah menakutkan, mimpi ini terasa begitu nyata"
Mamoru menatap Rose sambil menggoyang-goyangkan tongkat sihir Rose.
"Apa yang kamu maksud mimpi? kamu telah di panggil ke dunia ini, yah... walaupun kamu adalah kesalahan"
Rose menatap Mamoru kesal, kemudian mengambil kembali tongkatnya dari tangan Mamoru.
"Eh?"
seketika Mamoru merinding kaget, Mamoru kembali memperhatikan sekeliling.. Mencubit tangannya...Mencubit pipinya... kemudian kembali mencubit tangannya, tak masuk akal.
("Bukannya ini seperti di manga?.. berarti aku seharusnya mempunyai kekuatan") batin Mamoru.
Bayangan-bayangan menjadi tokoh utama seperti di manga pun melintas di pikiran Mamoru. di panggil ke dunia lain, memiliki kekuatan, membentuk Harem, menjadi pahlawan, dan kemudian mengalahkan raja iblis.
"Jadi... kenapa aku di panggil? dan... dan.. apa kekuatan ku?"
Mamoru bertanya ke Rose, itu membuat aula sedikit lebih hening.
"Ah maaf saja, kamu adalah kesalahan, itu berarti kamu tidak memiliki kekuatan"
Rose menyilangkan tangan, kesal.
"Jangan seperti itu, Rose!..... Ah maaf, aku membuat kesalahan, kami harusnya memanggil pahlawan yang memiliki kekuatan, tetapi kamu tidak memiliki kekuatan apapun, mohon maafkan kesalahan ku ini"
Eden membungkuk di depan Mamoru, meminta maaf dengan tulus.
Seketika bayangan jika dirinya akan menjadi pahlawan lenyap.
"Ah... jadi aku adalah sebuah kesalahan? apa aku bisa kembali?" Mamoru mengerutkan dahi, berusaha menerima kenyataan.
"Maafkan aku, tetapi hanya ada 1 cara, yaitu jika seseorang dari duniamu menggunakan sihir pemanggilan yang sama padamu"
"Hanya itu? apakah tidak ada cara lain?
"Hanya itu yang kutahu, sekali lagi maafkan aku"
Eden kembali membungkukkan kepalanya.
"Ah baiklah.... itu berarti aku tidak dapat kembali"
Mamoru mengendus kesal, sepertinya dunia tidak berpihak padanya.
("Andai aku memiliki skill Orochi di dunia ini, itu pasti akan keren") batin Mamoru.
["Memulai men-copy Skill Orochi"]
["Skill sedang di copy. 10%"]
"Eh?"
[20%]
"Suara ini..."
Mamoru memegang kepalanya.
[30%]
"Aghh.. suara ini seperti menembus kepalaku"
[40%]
.
.
.
.
[50%]
.
.
.
[60%]
.
.
[70%]
.
[80%]
[90%]
.
.
.
.
"Aghhh..."
Mamoru terduduk kesakitan, memegang kepalanya.
Semua orang menatap Mamoru.
.
.
[100%]
.
.
.
["Skill Orochi telah berhasil di copy"]
.
.
.
["Status Orochi berhasil di tambahkan ke dalam status anda"]
.
.
.
["Semua status dasar anda meningkat"]
.
.
.
["Anda telah level up"]
.
.
.
["Silahkan periksa status anda"]
.
.
.
.
"Status"
Menu status muncul di hadapan Mamoru.
Seketika senyuman lebar muncul dari wajah Mamoru.
"Ini benar-benar adalah Orochi ku"