Awan berjalan berarak beriringan, melewati tebing-tebing yang tinggi menjulang, beberapa awan tetap menutupi tebing seakan malas beranjak pergi. Matahari sudah bersiap untuk menenggelamkan dirinya di ufuk barat membuat langit tampak berwarna jingga. Air terjun semakin masih deras menderu ke bawah, menciptakan dentuman keras tak berkesudahan dan percikan air bila mengenai batu.
Desa tebing tinggi, itulah nama kampung kami ,Disinilah aku tinggal sebuah kampung yang di penuhi dengan tebing-tebing tinggi dan beberapa air terjun mengeluarkan berjuta-juta kilogram air setiap harinya menciptakan kolam besar dibawahnya.
"BUMM".suara berdentum terdengar keras di tengah kolam, setelah seorang anak laki-laki berbadan besar terjun dari atas tebing menciptakan percikan air menyapu ke segala arah. Belum habis suara berdentum tadi, disusul oleh suara berikutnya.
"BUUM,BUUM,BYUUR".Aku juga tidak kalah cepat melompat ke dalam kolam. Membuat percikan air semakin bertambah banyak, mengenai anak-anak lain yang bersorak di tepi kolam.
Sementara itu, sosok-sosok gelap mulai berenang menuju dasar kolam, untuk mencari koin yang dilemparkan, bukan urusan yang mudah untuk mencari koin di dasar kolam yang agak keruh dan berbatu. Aku berusaha mencari menoleh ke sana-kemari, mempertajam penglihatan yang kabur di dalam air. Setelah beberapa lama mencari aku pun melihat benda berkilauan terjepit di antara batu.
"Ha. Itu dia". Ujarku dalam hati, tetapi aku melihat sosok lain berenang menuju koin.
"Aku harus cepat sebelum ia berhasil mengambilnya". Aku berenang meluncur deras, juga menuju ke arah koin, tapi tampaknya keberuntungan ada di tanganku, aku berhasil mengambilnya lebih dulu dari sosok tersebut, hanya berbeda sepersekian detik. Dengan cepat aku berenang menuju permukaan.
"Yees, aku mendapatkannya". teriakku saat muncul di permukaan, sambil mengangkat koin yang aku dapatkan tinggi-tinggi.
"Yees, kita menang". Sorak penonton dari tepi kolam.
Aku tertawa bangga mengacungkan jempol ke arah Ucup, dan Ali. Kami sedang melakukan pertandingan menemukan koin yang dilempar ke dalam kolam, pertandingan dilakukan antara kami dengan abang kelas enam , demi mendapatkan jatah bermain di lapangan bola selama satu minggu. Sebenarnya kami tidak mau melakukan pertandingan ini, pertama, kami takut mendapatkan kekalahan dan kehilangan jadwal bermain di lapangan dan kedua, kelas enam memaksa kami melakukannya karena ingin mengambil jadwal kami bermain di lapangan besok.
Hasilnya kami meraih kemenangan dan mendapatkan jatah bermain bola di lapangan selama satu minggu, siapa yang tidak senang dengan hadiah tersebut, bisa menguasai lapangan, hehehe
"yee, kita menang, kita menang" sorak teman-teman ku dari tepi sungai.
Aku mulai berenang ke tepi kolam dengan perasaan bangga dan gembira sambil menatap kepergian abang kelas setelah mengalami kekecewaan karena kalah di pertandingan tadi.
"Kau hebat sekali mat" puji ucup tersenyum bangga atas kemenangan kami
"ahh, kau ini seperti memuji penyelamat dunia saja" sergahku.
""iya, kau memang penyelamat dunia mat, dunia sepak bola kami, hahaha". Ali berenang menghampiri kami berdua sambil tertawa.
"Hahaha" kami pun ikut tertawa mendengar gurauan ali. Aku bergegas naik ke daratan dan mengambil tas di dekat pohon, kami melakukan pertandingan setelah pulang sekolah, sesuai dengan kesepakatan bersama dengan kelas enam. kami langsung ke aia tajun tanpa seizin orang tua.
"sebaiknya kita cepat pulang sebelum orang tua kita curiga" ajak ucup khawatir
"Oke, ali ini tas kau" aku berteriak sambil melempar tas ke arah ali. Kami bertiga mulai berjalan meninggalkan teman-teman yang masih asyik berenang di kolam.
"kami pulang dulu", ujarku sambil mengangkat tangan ke arah mereka."ya"jawab mereka serempak, masih menatapku dengan tatapan bangga.
"Seharusnya kau membiarkanku mendapatkan koinnya mat". Ali mulai berbual sambil memamerkan lengannya. "Yang ada kau malah menghilangkannya sebelum sampai ke permukaan" .ujar ucup sambil mencibir ke arah ali.
"Alah, dari pada kau berenang saja tidak berani". Balas ali.
"Aku bukanya tidak berani, aku hanya takut dimarahi amak, dan pertandingannya hanya 2 lawan 2". Ujar ucup membela diri.
"sama saja kau tidak berani". Ali bersiap menghindar melihat ucup mengambil ancang-ancang ingin melempar ali dengan batu.
"eiit, tidak kena" cibir ali ke arah ucup yang meleset melempar batu
"aduh kalian ini tidak bisa akur" aku melerai mereka sebelum ucup melempara li dengan batu lagi.
"Tapi kan ucup yang mulai duluan". Ujar ali membela diri.
"Sudah-sudah, ucup minta maaf". Ucup pun menghampiri ali sambilemberika tangan ke pada ali, walaupun dengan wajah terpaksa.
Ya, inilah kami tiga sahabat yang tak terpisahkan, kemana-mana selalu bersama. Sehingga orang-orang kampung selalu memanggil kami dengan tiga sekawan walaupun terkadang kami bertengkar. Tentu ada kisah .menarik dibalik persahabatan kami, peristiwa yang menunjukkan arti persahabatan sangat berharga dan tak terlupakan.
# # #