"Argh, gadis itu.. jika saja dia laki-laki tak akan ku biarkan dia baik-baik saja seperti pagi ini" ucap Yusuf.
"Santai, broo. Jangan terlalu benci nanti kalo cinta susah move on nya," timpal Akbar
"Males ngomong sama bucin(1) kaya Lo"
"Eh ya udah kalo kamu ndak mau, buat Abang Akbar aja" ucap Akbar sambil menyeringai.
"Dasar Playboy!" ucap Yusuf sambil menjitak kepala Akbar.
Sebenarnya gadis itu memang cantik. Itulah alasan kenapa Yusuf yang orangnya nggak pernah mentolerir apapun rela dihukum demi gadis pencuri itu. Pencuri? Iya gadis itu telah mencuri cinta pertamanya.
Gila memang. Yusuf sudah 21 tahun dan baru jatuh cinta sekarang? Akbar, sahabat karibnya saja sudah punya 21 mantan. Bagaimana pun dia harus segera kenal dengan gadis pencuri cinta pertamanya.
"Eit dah nih bocah ngelamun mulu, tuh gadis yang ngambil topimu ada diseberang."
Deg.
"Akbar! Apakah aku terlihat tampan hari ini?"
"Apakah kau sudah gila?"
"Ah sudahlah, kau memang tak bisa diharapkan."
Dengan tatapan curiga, Akbar langsung mengintrogasi sahabatnya itu.
"Tunggu, apakah kau benar-benar bisa jatuh cinta?"
Muka Yusuf langsung merah padam. Apakah sikapnya terlalu kentara. Tidak. Ini tidak boleh seperti ini. Bukankah dia sudah berjanji tidak akan mencintai wanita manapun.
"Apa katamu?! Aku hanya memastikan saja. Aku rasa aku hanya... aku rasa bahwa..."
"Ah, sudahlah kau tak bisa bohong padaku."
"Sungguh aku hanya merasa jerawatku tumbuh dan itu sangat menggangu."
"Ah, masih sama saja kau rupanya. Kau selalu menjadi temanku yang paling tampan" ucap Akbar sambil menepuk pundak temannya itu.
"Tunggu, apakah itu jerawat cinta..." lanjut Akbar sambil menggoda.
"Apa?!"
"Bukankah kau belum pernah jerawatan, jadi?"
"Kurasa kau lah yang sebenarnya sedang jatuh cinta. Gadis mana lagi yang berhasil kau rayu."
"Kau benar aku juga sedang jatuh cinta, kali ini aku benar-benar jatuh cinta dan tak akan main-main lagi."
"Oh, siapa gadis itu?"
"Akan kuberi tahu jika aku sudah berhasil."
"Kupegang janjimu."
Kali ini Akbar memang merasakan sesuatu yang berbeda. Itu lebih dari sekedar jatuh cinta. 'Ku harap, Yusuf memang benar-benar tak menyukai gadis pencuri topi itu' gumam Akbar dalam hati.
"Wah, gara-gara kau aku kehilangan bidadari ku" ucap Akbar ketus.
"Oh, apakah tadi gadis incaran mu tadi ada di sini"
"Tak apa aku harap, aku bisa melihatnya besok"
"Akbar seperti apakah rasanya jatuh cinta?"
"Jadi, kau benar-benar jatuh cinta?! Oh My God, aku tak percaya ini."
"Apa aku bilang aku jatuh cinta? Aku hanya bertanya padamu seperti apa rasanya jatuh cinta, hanya itu"
"Walaupun kau tak mengakuinya aku tahu kau telah jatuh cinta. Kau tahu saat kau jatuh cinta yang ada dalam pikiranmu hanyalah bagaimana caranya agar aku bisa selalu bersama dia, minimal bisa melihatnya walau dari jauh. Memastikan bahwa dia baik-baik saja, mencari tahu semua hal tentangnya. Selalu memikirkannya tanpa kenal waktu dimana atau kapan. Kau akan merasa bahwa dia istimewa dan tak ada duanya. Kau akan merasa senang hanya bisa melihatnya walau dia tak tahu kau melihatnya sepert..."
"Oke cukup, seperti kau mulai melantur. Btw, thanks"
"Satu hal yang ingin aku tahu, apakah kau jatuh cinta dengan gadis pencuri itu?"
"Hh, pencuri?"
'Bagaimana bisa Akbar membaca pikiranku' pikir Yusuf.
"Kau melamun lagi!"
"Eh oh ya ayo kita kembali, ku rasa semua karyawan sudah menyebrang sekarang"
"Yusuf mengalihkan topik pembicaraannya, apakah mungkin Yusuf juga menyukai gadis yang ku suka?" Akbar bergumam setengah frustasi.
"Kau menyebutkan-nyebut nama ku, apa yang kau umpat kali ini?!"
"Dasar penguping!"
Akbar berlalu meninggalkan Yusuf.
"Tunggu,.. hei.. Akbar... Oh tidak apa yang kau lakukan! Akbarrrrr awassss...!!"
(1) budak cinta