Bali-Indonesia
5 Maret 2012
"Bagaimana dok? Anak saya baik-baik saja kan?" Tanya seorang wanita
"Saya mohon maaf sebesar-besarnya, kami sudah melakukan yang terbaik, tapi...nyawanya tidak bisa tertolong" jawab sang dokter, setelah mengatakan hal tersebut ia segera meninggalkan tempat tersebut
Orang-orang yang berada disana pun langsung memasuki ruangan bernuansa putih tersebut, mereka terkejut karena anak mereka benar-benar sudah tiada. Kini hanya tangisan keras yang tersisa dalam ruangan tersebut.
"Ruby!!!" Teriak Zahra, ia terbangun dari tidurnya
Keringat membanjiri dahinya, ia begitu takut dengan mimpi buruknya yang satu ini. Mimpi itu seolah-olah nyata baginya, apalagi sahabatnya yang tadi dimimpikannya sedang tak berada bersamanya.
Zahra menoleh kesamping dan ia melihat jam yang berada disamping kasurnya tersebut, jam tersebut menunjukkan pukul 07.30 AM.
Zahra pun beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi, setelah selesai melakukan ritualnya dikamar mandi selama 15 menit tersebut, Zahra memutuskan untuk bersiap-siap agar ia tidak terlambat berangkat kuliah.
Hari ini ia mendapat jadwal pagi, sekitar pukul 10.00 AM. Ia memang sengaja berangkat pagi agar ia bisa mengerjakan tugas di tempatnya kuliah, menurutnya mengerjakan tugas di tempatnya berkuliah karena lebih baik daripada di kontrakannya.
Karena jika di kuliahannya ia jadi tidak akan pernah telat juga diperpustakaan kuliahnya tempatnya tenang dan damai, lagipula jika di kontrakannya tidak ada yang bisa diajak bicara.
Zahra berangkat menggunakan transportasi umum, diperjalanan ia hanya membaca novel. Setelah sampai ia langsung berjalan sedikit cepat agar ia segera sampai pada perpustakaan sekolah, suasana disana cukup ramai tapi masih tergolong sepi untuk Universitas terkenal seperti itu.
Ketika Zahra sibuk dengan pekerjaannya, seorang laki-laki menepuk pundak dengan sedikit keras. Zahra tidak berteriak tapi tubuhnya menegang, ia adalah tipe-tipe orang yang tidak suka dikejutkan seperti itu karena ia takut jantungan mengingat ia mempunyai riwayat sakit jantung.
"Ishh...Bikin kaget aja! Kalau aku jantungan gimana?! Kamu mau tanggung jawab?! Pagi-pagi udah bikin kesel aja!" Zahra mengoceh panjang lebar
Yang di teriakin hanya terkekeh geli, ia memutuskan duduk didepan Zahra.
"Iya-iya maaf..." Ucap Adrian sambil mengeluarkan laptopnya
"Maaf-maaf, bikin moodku ancur aja. Liat ni ulahmu! Kecoretkan!" Zahra masih saja mengoceh akibat perbuatan pria didepannya ni
"Selow ajalah, tinggal di undo aja tuh. Nanti juga ilang" balas Adrian
"Tumben sendirian, Va" lanjut Adrian
Adrian dan Ruby adalah mahasiswa jurusan kedokteran, sedangkan Zahra mahasiswi jurusan arsitek. Zahra sudah tertarik dengan jurusan arsitek sejak SMP.
Ketika ia SMP, ia pernah membuat denah rumah. Dan kedua orang tuanya bilang bahwa denah yang dia buat sangat bagus, maka dari itu ia memutuskan untuk mendalami bakatnya tersebut.
"Kan dah dari kemaren-kemaren aku sendirian, lagian ya nama panggilan aku tuh 'Zahra' bukan 'Ariva'." Jawab Zahra tanpa mengalihkan pandangannya kepada layar laptop didepannya
Ya, disini hanya Adrian yang memanggil Zahra dengan panggilan 'Ariva'. Menurutnya nama 'Ariva' lebih imut daripada 'Zahra', ia memanggil Zahra dengan panggilan 'Ariva' terinspirasi dari nama tengahnya Zahra, yaitu Damariva.
"O iya deng, emang Ruby kemana?" Tanya Adrian yang kini menatap Zahra
"Ke Jakarta, katanya ada urusan sama orang tua" Jawab Zahra
"Adri, tadi malem aku mimpi. Mimpiin Ruby, cuma mimpinya itu serasa nyata banget tau. Aku jadi kepikiran sama dia, apa dia baik-baik aja ya" Ucap Zahra kini ia menatap Adrian dengan tatapan serius
"Mungkin ya cuma perasaannya kamu aja, udah jangan mikirin yang aneh-aneh. Kalau memang kepikiran nanti telpon aja" balas Adrian, sebenarnya ia juga merasa ada firasat buruk. Tapi ia tidak ingin membuat sahabatnya yang satu ini bertambah khawatir.
"Ya mungkin memang firasatku aja kali ya, ya moga aja di baik-baik aja disana" ucap Zahra walaupun dalam hati ia tetap merasa gelisah
Setelah mengatakan hal tersebut terjadi keheningan, mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Hingga akhirnya Adrian memecah keheningan
"Eh, Va. Makan yuk, laper. Daripada nanti gak fokus pas pelajaran" ajak Adrian
"Yuk"
Mereka pun bergegas menuju kantin, disana sudah lumayan ramai. Mereka memutuskan untuk mencari tempat duduk.
"Kamu makan apa? Sini biar aku yang pesenin" Tanya Adrian kepada Zahra
"Nasgor aja deh, minumnya air putih aja ya" Jawab Zahra setelah berpikir sejenak
"Oke"
"Eh, Adri" panggil Zahra, yang dipanggil pun menoleh "ya?"
Zahra tersenyum simpul "Makasih ya" Adrian membalas senyuman Zahra dan membalas "sans aja lah"
Drrtt...
Drrtt...
Drrtt...
Zahra meraih handphone nya yang bunyi, tertera nama 'Ibunda Ruby', segera Zahra mengangkat telepon tersebut
"Halo, Tante. Ada apa Tante?"
"Halo, Zah. Gini Tante mau ngomongin soal Ruby"
"O iya Tante, silakan"
"Gini, Ruby gak balik dulu untuk waktu yang lama. Dia ada urusan, jadi kamu gak usah khawatir, ok"
"
O iya tante, makasih info nya ya. Salam ya buat Ruby"
"Iya, Zah. Udah dulu ya, Zah"
"Iya, Tante"
Tutt...
Setelah telpon itu dimatikan, Zahra diam merenung. Ia merasa ada yang aneh, tapi sepertinya itu hanya firasatnya.
•••✓✓•••|
jeng jeng jeng!
Gimana? Semoga kalian suka🤗🤗