Keesokan harinya aku di bangunkan oleh sinar mentari yang menembus masuk melalui jendela kamar. Rupanya Seli sudah berada di kamarku dan membersihkan kamar.
"Selamat pagi non, nyonya dan yang lainnya sudah menunggu non Aleena untuk sarapan."
"Selamat pagi Seli, aku mau cuci muka dulu, setelah itu baru turun."
Aku ke kamar mandi dan cuci muka dan turun ke bawah untuk sarapan bersama.
"Selamat pagi semua."
"Good morning princess, hari ini kamu mau sarapan apa? biar kakak yang buatkan. roti? bubur?"
"Gak perlu Ric, sarapan adek gue sudah gue buat, jadi mending loe duduk anteng-anteng di meja makan, dan habisin sarapan loe."
"Betul tuh kata Dom, lagian loe lupa Ric, terakhir kali loe buat sarapan kasih nyokap loe rasanya gimana? disaster right? nanti kalau dedek manis gue kena disaster loe juga gimana?"
"Bencana? bencana apaan kak George?"
"Jadi gini loh Na, terakhir kali Eric buat sarapan kasih tante Suzane, dia buat kopi rasa asin dan roti rasa wasabi."
"Aelah Ed, loe pakai buka-bukaan segala. Nah loe sendiri? lebih parahkan? masak buat nasi goreng pakai gula, sampai seisi rumah semua tidak bisa sarapan."
"Sudah sudah pagi-pagi kalian sudah 'main petasan' saja. Bentar lagi Opa sama Oma kalian turun, cepat kalian duduk di kursi masing-masing." mama menengahi pembicaraan kami sebelum ada 'perang petasan' dan kami duduk di atas meja makan.
"Selamat pagi semua."
"Selamat pagi Opa, Oma"
"Selamat pagi Pa, Ma"
"Ayo kita sarapan dan setelah itu silahkan mulai aktivitas kalian. Untuk Aleena, setelah sarapan kamu mandi setelah itu ikut Opa sama Oma ya."
"Baik Opa."
Kami menikmati sarapan kami sambil berbincang-bincang, lebih tepatnya sih mereka yang berbincang-bincang, karena aku tidak tahu apa yang harus di bahas dan di bicarakan dengan mereka. Setelah sarapan, aku kembali ke kamar tamu ingin mandi, lalu....
Tok....Tok....Tok.... Aku bergegas membuka pintu, rupanya Kak Dom yang datang.
"Ada apa kak?"
"Nanti sore kamu ada rencana mau kemana?"
"Belum tahu kak, soalnya habis ini mau pergi sama Opa dan Oma, memangnya kenapa kak?"
"Nanti sore kita mau kumpul, kamu ikut ya. Nanti kakak yang jemput."
"Nanti baru Aleena kabarin ya kak, soalnya Aleena belum tahu bisa atau nggak."
"Oke"
Setelah mandi dan berdandan, aku ke kantornya Opa.
"Opa, Aleena sudah siap. Oma dimana?"
"Oma tidak jadi ikut, katanya lagi ada urusan lain. Kamu sama Pak Thomas tunggu di mobil dulu ya, Opa mau ambil beberapa file, nanti Opa nyusulin kalian."
"Oke Opa."
"Mari non, ikut saya."
Aku dan pak Thomas menunggu Opa di mobil. Selagi menunggu kami sedikit berbincang-bincang. Pak Thomas walaupun raut wajahnya terkesan galak, tapi beliau sangat jenaka, berbeda dengan penampilannya. Pak Thomas ini sudah puluhan tahun bekerja sebagai sekretaris Opa, rupanya mereka adalah teman dari kecil. Opa pernah menawarkan kursi direktur untuknya di salah satu kantor, tapi beliau menolaknya karena dia lebih senang berada di samping Opa daripada berada di kursi jabatan.
"Oh ya pak, kira-kira hari ini kita mau kemana?"
"Bapak bilang mau ajak Non Aleena untuk melihat progress pembangungan panti asuhan dan membereskan surat ijin pendiriannya. Lalu mau ajak Non Aleena ke salah satu kantornya bapak." Ditengah pembicaraan kami, Opa datang dan kami menyudahi pembicaraan kami. Opa mengajakku ke kantor notaris untuk menyelesaikan beberapa berkas-berkas untuk akta pendirian panti asuhannya. Setelah itu kami pergi ke tempat pembangunan panti asuhan.
"Aleena, ini lokasi pembagunan panti asuhannya, menurut kamu bagaimana?"
"Bagus kok Opa, nampaknya lokasi strategis dan juga tidak jauh dari keramaian."
"Memang keluarga Arthawijaya. Pendapat kamu sama dengan yang lainnya. Opa memang sengaja pilih lokasi ini karena letaknya yang strategis. dekat kemana saja dan lokasi ini juga memang lokasi ini masih banyak kegiatan. ayo ikut Opa, Opa mau kenalkan kamu sama arsitek yang pegang semua proyek Opa." Opa mengajakku untuk masuk lebih kedalam.
"Aleena kenalkan ini Febrian, anaknya pak Charles."
"Loh.. kamu.."
"Kalian sudah saling kenal?"
"Sudah pak, kemarin Aleena pergi butiknya Mama sama tante Monica."
"Oh begitu.... Papa kamu bagaimana kabarnya Feb?"
"Papa sehat pak, sekarang lagi di New York."
"Oooo, kalau begitu sampaikan salam saya sama papa kamu ya. Oh ya, karena panti asuhan ini punya Aleena, bisa tidak nak Febrian ajak Aleena keliling untuk melihat perkembangannya, dan tolong jelaskan bentuk bangunannya ya. Saya mau pergi melihat para pekerja dulu, dan untuk Aleena, kalau memang ada bagian yang ingin kamu rubah, kamu bisa bicarakan ini sama Febrian. Saya tinggal dulu ya." Febrian mengajak aku berkeliling. Kami berkeliling di mulai dari sisi kiri bangunan
" Pak Febrian!"salah satu pekerja bangunan memanggilnya.
"Kamu di panggil tuh, aku kesana dulu ya, penasaran."
"Aleena tunggu dulu!"
"Enggak apa-apa, kamu bahas dulu sama karyawan kamu, aku mau cuma keliling-keliling disana." Aku berjalan ke dalam dan meninggalkan Febrian. Dilihat dari konstruksinya memang bangunan ini sangat kokoh dan kata Febrian dapat menampung sekitar 260-300 anak yatim piatu. Aku berkeliling sendirian dan...
"Enak banget ya, jam kerja begini kamu duduk-duduk berleha-leha di sini!"
Terlihat seorang lelaki sedang memarahi anak buahnya
"Maaf pak mandor, saya sedang kurang sehat. uhuuk... uhuuuk..."
"Memangnya saya peduli kamu itu lagi sehat atau sakit? pokoknya kalau semen ini belum selesai kamu angkat dalam 45 menit, maka kamu saya pecat!"
"Dalam 45 menit pak? untuk angkat 2 kantong semen ke atas saja butuh waktu 5 menit dan disini ada 30 kantong yang harus di angkut."
"Saya tidak mau tahu, kalau 30 kantong semen ini tidak bisa kamu selesaikan dalam 45 menit, akan saya pastikan kamu saya pecat!"
"Hentikan! apa-apaan ini? kenapa anda menyuruh bapak ini untuk melakukan pekerjaan yang belum tentu bisa anda kerjakan?"
"Eh bocah, kamu tidak usah ikut campur sama urusan saya. Tahu apa kamu? Dan lagi pula, kenapa kamu bisa ada disini?"
"Saya memang tidak tahu apa-apa, tapi yang saya lihat adalah anda menyiksa pekerja ini dan akan saya adukan anda kepada atasan anda!"
"Hahaha memangnya kamu pikir, kamu itu siapa? berani mengadukan saya? kamu pikir atasan saya adalah orang yang bisa kamu temui?"
"Saya ini pemilik gedung ini! dan kamu yang akan saya pastikan untuk di pecat!"
"Hahaha pemilik gedung ini? jangan bergurau kamu? kalau memang kamu pemilik gedung ini, maka saya adalah kakeknya pemilik gedung ini hahaha. Lebih baik kamu pergi dari sini dan jangan ikut campur urusan kami, dan kamu! kenapa masih duduk cepat angkat semennya! dasar pemalas!"
"Anda sudah keterlaluan! akan saya beritahukan anda kepada atasan anda! Mari pak, saya bantu angkat semennya."
"Eeeitts, saya itu suruh dia angkat sendiri! dan kamu sebaiknya pergi sana!" Mandor itu mendorongku, aku hampir terpental, untung saja ada Febrian yang menangkapku.
"Aleena kamu tidak apa-apakan? Ada apa ini?"
"Eh pak Febrian, anu... ini pak...."
"Feb, mandor kamu ini sudah semena-mena! dia menyuruh bapak ini untuk mengangkat semua semen-semen ini dalam waktu 45 menit, kalau tidak selesai maka akan dipecat, padahal bapak ini hanya beristirahat sebentar karena bapak ini sedang kurang sehat, dan dia juga sudah meremehkan oranglain."
"Itu tidak benar pak! anak bapak ini bohong!"
"Oh begitu! kalau begitu kamu yang akan angkat semen-semen ini dalam 30 menit! setelah itu kamu angkat kaki dari proyek ini!"
"Kamu tidak dengar apa kata pak Febrian! cepat angkat semennya, dasar pemalas!"
"Bukan bapak ini yang saya maksud, tapi ANDA! kamu tahu siapa ini? ini adalah Aleena, pemilik panti asuhan ini, dan kamu sudah salah masih bisa sombong dan ngotot!"
"Apa? pemilik panti asuhan ini? maafkan saya bu Aleena, saya tadi hanya bercanda, tolong kasih saya kesempatan sekali lagi, saya janji akan memperbaiki kinerja kerja saya bu, mohon jangan pecat saya. keluarga saya bergantung pada saya."
"Oke, tadi pak Febrian juga bercanda kok buat pecat kamu, tapi.... Febrian, mulai hari ini, mandor kamu ini yang akan mengerjakan semua tugasnya bapak ini, dan kamu segera carikan mandor yang lain untuk mengawasi proyek ini, karena saya tidak mau panti asuhan ini di bangun dari hasil kerja paksa dan tidak adanya keadilan seperti ini. Dan untuk bapak, silahkan bapak pulang dan tidak usah datang lagi!"
"Saya mohon jangan pecat saya bu Aleena, saya sangat membutuhkan pekerjaan ini bu!"
"Saya tidak bilang ingin pecat bapak! maksud saya, bapak pulang dan istirahat hingga bapak sembuh, lalu kembali bekerja lagi, gaji bapak akan tetap berjalan kok. Dan Anda, tolong angkat semua semen ini ke atas dalam 45 menit, kalau tidak selesai, anda saya pecat! ayo Feb, kamu temani aku keliling lagi."