Chereads / ME & MY KNIGHT / Chapter 5 - LIBURAN KELUARGA KU YANG PERTAMA

Chapter 5 - LIBURAN KELUARGA KU YANG PERTAMA

Keesokan harinya, Mama, papa dan kak Dom sudah bersiap - siap.

"Jadi hari ini kita mau kemana ma?"

"Bagaimana kalau kita ikutin semua kegiatan Aleena selama di desa? Papa penasaran sama kegiatan kamu selama ini."

"Boleh sih pa, tapi...."

"Kalau sudah boleh, jangan pakai tapi dong sayang..."

"Boleh saja sih pa... tapi penampilan kalian kurang cocok."

"Ooooo jadi cocoknya bagaimana?"

"Cocoknya itu... tidak pakai jeans, tidak pakai baju dengan style yang seperti pergi ke mall, dan tidak pakai perhiasan yang mencolok. jadi....."

"Jadi.... kita akan ganti baju lagi dan mama mau lepasin dulu semua perhiasan mama. Tapi dompet boleh bawa kan?"

"Boleh ma... nanti Nana pakai jaket yang ada kantong nya."

"tapi dek.... kakak nggak bawa kaos sama celana training, gimana dong?"

"Gampang kok kak, boxer yang semalam kakak pakai juga bisa kok. paling..."

"Paling apanya?...."

"Paling di gigitin nyamuk atau nggak kaki kakak jadi sasaran nya tante - tante di desa, karena anak muda di sini semuanya pakai baju yang... ya.... gitu lah...."

"Ya sudah lah dari pada tidak bisa ikut."

Kami bersiap-siap untuk berangkat. Aku senang keluarga baruku ini rupanya sangat ramah dan sangat menyayangiku. Walaupun mereka dari kota, tetapi mereka tidak sombong dan angkuh. Rupanya persepsi orang-orang desa mengenai orang kota selama ini rupanya salah, aku menjadi sedikit malu karena juga sempat ikut-ikutan mempercayai persepsi tersebut.

"Jadi, kita mau kemana dulu?" mereka sangat bersemangat ingin mengikuti kegiatanku hari ini.

"Kalau jam segini, biasanya Nana pergi ke kebun untuk memanen beberapa jenis sayur dan buah-buahan. Tapi kan... alat-alat untuk berkebun semuanya ada di rumah."

"Ayo kita berangkat. Kita ke rumahnya Bi Sunny dulu ambil peralatan, lalu kita pergi ke kebun." karena kendaraan roda empat mereka tidak bisa masuk, maka kita memutuskan untuk berjalan kaki. hitung-hitung olahraga untuk menguatkan otot-otot ku. Tapi, aku agak malu kerana sepanjang jalan, mata orang-orang di desaku selalu tertuju pada kak Dominic. Sambil menggandeng mama aku berbisik.

"Aduhh ma... Nana malu nih..."

"Malu kenapa sayang??"

"Gimana Nana gak malu coba? semua orang-orang di desa pada bergosip tentang kakak!"

Mama Monica hanya tersenyum dan....

"Kamu lihat mamamu ini..." mama menghampiri ibu-ibu yang sedang bergosip di warung sambil menggulung jerami.

"Permisi ibu-ibu, lagi pada ngomongin apa sih? saya mau tanya nih bu, jalan ke sungai sebelah mana ya?"

ibu-ibu 1 : "Ibu jalan saja lewat setapak sana, trus nanti belok kiri, ikutin saja jalur setapaknya terus ibu nanti akan sampai ke sungai."

"Kalau jalan ke kebun?"

ibu-ibu 2:"Kalau jalan ke kebun sebaliknya bu."

"Kalau jalan pulang ke rumah ibu-ibu?" seketika sunyi.....

"Kok diam bu? tahu kan jalan pulang kerumah sendiri...? jadi saya sarankan sebaiknya pulang kerumah masing-masing daripada duduk di sini sambil bergosip. Tak baik bergosip bu... nanti keluarga sendiri yang kena imbasnya ya bu.... Saya permisi dulu, mari bu...."

Kami hanya bisa menahan tawa saat mama menegur ibu-ibu itu. Kami melanjutkan perjalanan ke rumah. Kami mengambil peralatan kebunku dan pergi ke kebun. Aku kira mereka akan minder atau bahkan jijik dengan lumpur, cacing, pupuk dan tanah di kebun, tapi justru sebaliknya, mereka sangat senang saat aku ajak mereka berkebun, bahkan mereka sempat mengambil beberapa foto di kebun. hari menjelang siang. Aku mengajak mereka ke sungai untuk menangkap ikan dan bersih-bersih di sana karena banyak lumpur dan kotoran yang menempel di badan kami. Aliran sungai yang tidak deras, dan jernih, serta kedalaman sungai yang hanya sebatas lutut dewasa membuat ikan-ikan yang ada di sungai dengan sangat mudah terlihat. aku mengambil beberapa batang bambu yang ada di sekitar sungai dan meruncingkannya. Aku mengajarkan kakak dan papa cara menangkap ikan menggunakan bambu. Rupanya papa lebih lihai menggunakan bambunya. Selagi ayah dan kakak memancing ikan, aku mengambil beberapa batu di sungai dan membentuk tungku untuk membuat kompor alami. Siang itu kami bersantai di tepi sungai dan menikmati hasil tangkapan papa dan sayur dari kebun yang tadi kami petik.

"Dek, habis ini kita mau kemana? biasanya adek ngapain?"

"Biasanya kalau siang-siang begini, aku biasa pulang untuk membereskan rumah, lalu agak sorean dikit, aku ke pantai di ujung sana."

Desaku memang terletak di ujung pulau dan cukup jauh dari kota. itu sebabnya desa kami ada ladang untuk berkebun, ada sungai yang merupakan pecahan aliran dari air laut, dan juga ada pantai yang masih bersih, berpasir putih dan air lautnya masih biru.

"Emang ada pantai?"

"Ada lah kak, kan aliran sungai ini asalnya dari bukit sana, berakhirnya di pantai di ujung sana."

"Ya sudah kalau begitu, kita pulang ke motel, istirahat, terus nanti sore kita ke pantai."

Setelah membereskan sisa - sisa makanan tadi dan berjalan pulang.

"Kak.... huh.... huh.... huh..... tungguin Nana dong..... capek nih....."

"Dasar tuan putri manja....., sini kakak gendong."

"Jangan Nak, kakakmu itu gampang encok, sini sama papa saja." papa sudah menyiapkan kuda-kuda dan menepuk pundaknya.

"Ehmmmm.... kalau kalian berdua mau gendong Aleena, terus mama siapa yang gendong???"

"Sudah jangan pada berisik, kepala Nana sudah mulai panas nih... gini saja kita lomba papa gendong aku, kakak gendong mama, siapa yang sampai belakangan harus mengabulkan 1 permintaan yang menang. gimana? setuju?"

"Oke, boleh siapa takut.... pasti papa kalah, pasti papa nggak kuat deh gendong adek, soalnya adek kan chubby."

"apaan sih kak, ya sudah kita mulai saja lombanya ya. 1....2....3..."

Papa dan kakak berlomba menggendong aku dan mama ke motel, aku dan mama terus menyemangati papa dan kakak.

"Tuh kan benar papa yang kalah..... berarti papa harus mengabulkan satu permintaannya Dom, dan adek juga harus mengabulkan satu permintaan mama!"

"Oke.... apa permintaan jagoannya papa ini?"

"Dom mau papa, mama, Dom, sama Aleena liburan ke Maldives."

"Oke... setelah kita pulang ke kota, papa akan minta sekretaris papa untuk atur jadwalnya."

"Dan sekarang permintaan mama sama Aleena. Mama mau Aleena selamanya bersama kita, tidak hilang-hilang lagi, tidak pisah-pisah lagi dari kita, dan mama mau Aleena selalu bahagia. Mama kangen banget sama putri kecil mama." permintaan mama yang tulus membuat kami meresa sedikit mellow, tapi papa tidak ingin kita terus terlarut dalam kesedihan.

"Ya sudah lah ma.... sekarang putri kecil kesayangan kita ini sudah kembali ke kita, jadi sekarang mama hapus airmata mama dan kita istirahat, pokoknya mulai detik ini, tidak ada yang boleh sedih-sedih lagi. Sekarang semuanya bubar, masuk kamar masing-masing dan istirahat." setelah istirahat yang cukup kami pergi ke pantai, karena besok aku akan ikut mereka ke kota dan meninggalkan desa ini. Kami menikmati indahnya suasana pantai dengan mataharinya yang mulai terbenam dengan indah. Karena sudah waktunya makan malam, aku mengajak mereka ke sebuah restoran seafood terdekat yang tidak terlalu ramai agar kita bisa ngobrol dengan santai.

"Aleena sering makan di sini?"

"Jangan kan sering pa... baru kali ini Aleena makan disini. Karena selama ini ibu tidak pernah ajak Aleena makan di luar. Aleena juga belum pernah makan makanan laut begini, kata ibu, ibu nggak ada uang untuk beli makanan mahal seperti ini. Emangnya mahal ya pa???"

"Iya dek, mahal banget kok, bahkan 1 piringnya saja bisa beli 1 rumah"

"Ah masa? kalau begitu kita makan mie ayam di pinggir jalan saja yuk pa, jangan menghamburkan uang buat makanan yang begini, kan uangnya bisa papa tabung untuk keperluan yang lain."

"Ya ampun dek.... kamu kok polos banget sih.... mana ada makanan yang sama harganya sama satu rumah... kakak bercanda saja kok, yuk sekarang kita makan, cacing di perut kakak ini udah demo nih..."

Akhirnya makanan pesanan kami datang. Ada banyak sekali makanan yang di pesan papa.

"Ma, papa pesan segitu banyak makanan, kok mama malah makan nasi goreng?"

"Mama kamu ini alergi sama seafood, makan sedikit saja sudah langsung muncul alerginya. Nah ini namanya sup tomyam, nih kamu cobain lauknya segar banget, manis rasanya."

Aku mencoba sepotong udang, awalnya biasa saja, memang segar udangnya dan enak, tapi tak berselang lama, aku mulai batuk-batuk dan tenggorokkan ku mulai terasa gatal, dan aku merasa sedikit sesak ketika bernafas.

"Pa, adek kenapa pa?"

"Sini biar papa lihat.... Aleena rupanya punya alergi yang sama dengan mama, tenggorokannya Aleena bengkak."

"Apa? tenggorokannya sudah bengkak? ini pa obat alerginya, langsung papa tiup ke tenggorokkannya biar alerginya berkurang."

Papa meniupkan obat alergi mama ke mulutku menggunakan pipet, beberapa menit kemudian aku sudah mulai kembali bernafas dengan normal. Aku akhirnya tahu, kenapa ibu tidak pernah menyediakan seafood di rumah. Bukan karena ibu tidak mampu beli, melainkan karena ibu tahu alergi ku.

Setelah makan malam kami pulang ke motel dan beristirahat, karena besok pagi papa dan harus pulang lebih awal karena ada meeting dengan kliennya dari Singapur.