Chereads / ME & MY KNIGHT / Chapter 3 - NYAWAKU DI UJUNG TANDUK

Chapter 3 - NYAWAKU DI UJUNG TANDUK

Aku memutuskan untuk membersihkan rumahku setelah tadi sempat agak di protes sama tante Monica, baru melewati meja tempat kami tadi makan, aku melihat ada sebuah cincin berlian berlapis emas, dan aku sadar itu adalah cincin yang tadi di pakai oleh tante Monica. Aku mengambil cincin itu dan segera berlari keluar rumah untuk mengembalikan cincin itu. Berharap tante Monica belum pergi jauh, apa lagi dia pakai high heel, yang agak menghambat dia buat jalan. Aku sudah berlari mungkin sekitar ratusan meter, dan aku di depan kulihat ada seorang wanita berteriak minta tolong. Astaga... tante Monica..

"Tolong..... jambret.... tolong..."

"Woi, jambret lepaskan....." tanpa berpikir panjang aku langsung berlari mengejar jambret-jambret itu hingga akhirnya mereka terpojok.

"Balikin tasnya..... sebelum.... saya .... laporkan kalian ke polisi." kataku yang hampir kehabisan nafas mengejar mereka. Dulu waktu aku kecil, tetangga kami paman Hope pernah mengajarkan kami anak-anak desa sini ilmu bela diri, walaupun aku ikut ini diam-diam. Aku sendiri melawan kedua jambret itu dan berhasil mengalahkan mereka. Aku mengambil tas tante Monica pergi tanpa berpikir panjang. Tanpa aku tahu, rupanya para jambret itu membawa pisau. aku tertusuk pisau tepat di punggungku dan kepala ku di pukul menggunakan kayu. Mendengar sirine polisi, para jambret itu segera kabur. Aku mengumpulkan sisa tenagaku dan berjalan kembali ke tempat tante Monica menungguku.

"Tante ini tasnya. Lain kali hati-hati ya tan, kalau malam-malam begini di desa ini... memang agak gelap..... jadi.... tante..... sebaiknya..... jangan.... menggunakan... perhiasan..... yang.... mencolok....." kataku terbata-bata menahan sakit dan tetap berusaha agar dalam keadaan sadar, tapi aku bukanlah supermen yang bisa menahannya. aku mendekati tante Monica dan...

"Nak..... kamu kenapa? lohhhhh kok, berdarah... Nak, sadar sayang Aleena, bangun nak, jangan bercanda sama mama dong nakk...., Sayang, Aleena...." Aku akhirnya tak sadarkan diri dalam pelukan tante Monica. Melihat aku bercucuran darah dan tak sadarkan diri, tante Monica segera menelepon supirnya dan membawa ku ke rumah sakit terdekat yang jaraknya sekitar 1 jam dari desa tempatku tinggal.

"Dokter.... tolong.... dokter.... tolong....."

"Ada apa ini bu?"

"Anak saya tertusuk pisau dan kepalanya juga berdarah."

"Suster, segera bawa ke ruang UGD, dan bersihkan luka tusukannya."

"Baik dok!"

"Ibu silahkan urus administrasinya dan saya butuh keluarga pasien untuk berkumpul. Karena pasien dalam kondisi yang cukup kritis. Dari kondisi tubuh pasien pada saat datang, sepertinya pasien kehilangan banyak darah, dan membutuhkan transfusi darah secepatnya. Kami akan memeriksa golongan darah pasien, kemudian ketersediaan darah dari PMI dan rumah sakit."

"Dok, Tekanan darah pasien menurun dan pendarahan terus terjadi."

"Segera lakukan CT scan dan Rontgen di bagian belakang tubuh pasien. Saya ingin memastikan dulu, bahwa luka tusukan itu tidak mengenai organ vital pasien."

"Baik dok!"

Tante Monica terlihat sangat panik dan Ia menelepon suami, serta anak sulungnya untuk menuju ke rumah sakit. Cukup lama aku di ruang UGD, dalam keadaan tidak sadarkan diri. Hingga akhirnya dokter keluar dari ruang UGD dan memberitahukan hasilnya. Kami sudah tes dan hasilnya pasien memiliki golongan darah A+ yang memang rumah sakit dan PMI sedang kekurangan. Kalaupun ada, paling lambat besok pagi baru bisa di antarkan kantong darahnya, sedangkan pasien sudah banyak kehilangan darah dan harus mendapatkan transfusinya sekarang juga, dan dari hasil CT scan dan Rontgen, luka tusukan pada punggung pasien tidak mengenai organ vital, tapi luka pukulan di kepala pasien, membuat pasien mengalami pendarahan internal, dan harus segera melakukan operasi."

"Golongan darah saya dan putra saya A+ dok, silahkan ambil, berapa banyak pun yang di butuhkan asal putri kami selamat dok, dan segera untuk operasinya, segera di lakukan dok. Pastikan semua tindakan yang dokter lakukan adalah yang terbaik untuk putri kami dok. Berapapun biayanya, saya dan istri saya siap keluarkan untuk putri kami."

"Baiklah pak, kalau begitu, bapak dan putra bapak ikut suster saya untuk di lakukan pemeriksaan, dan untuk ibu, silahkan menandatangani beberapa prosedur operasinya dulu, saya akan segera mempersiapkan ruang operasinya pasien."

Operasi pun di lakukan, cukup lama aku berada di atas meja bedah. hingga sekitar jam 3 subuh.... Dokter berjalan keluar dari ruang operasi dan menghampiri keluarga Tante Monica.

"Bagaimana dok?"

"Operasi pasien terbilang sukses, tapi kita tetap harus memantau pasien. Untuk sementara pasien dalam keadaan stabil dan masa kritisnya juga sudah terlewati. Untung saja tadi ibu dengan cepat membawa pasien kemari, karena jika terlambat pasien akan meninggal. Untuk sementara pasien akan berada di ICU dan akan kami pantau selama 2 hari kedepan. saya permisi dulu."

Perasaan tante Monica lega mendengar aku sudah melewati masa kritisku. Selama berhari-hari keluarga tante Monica bergantian menjagaku.

"Dok, bagaimana keadaan putri kami dok? apa masih belum ada perkembangan?"

"Puji tuhan, putri bapak dan ibu, perkembangannya sangat luar biasa. Tapi, akibat benturan di kepalanya, mungkin kegiatan putri bapak dan ibu akan terbatas, jangan di buat stress dan jangan di kasih angkat benda yang berat-berat ya pak, bu. Karena luka tusukan pada punggungnya merobek beberapa jaringan ototnya. Kami akan segera memindahkan anak bapak dan ibu ke ruang rawat inap, dalam beberapa jam pasien juga sudah bisa siuman, saya permisi dulu."

"Terima kasih dok."

"Dom, kamu jagain adek kamu dlu y, mama sama papa mau pulang untuk mengambil beberapa baju, nanti kamu mau pakai baju yang mana, kamu kasih tahu sama Erick saja, biar dia yang membereskan baju kamu. Kan, Erick tau password pintu kamar kamu, kalau mama sama papa mah... tidak mau tahu rahasia anak muda kayak kalian..."

"Apaan sih ma... orang Dominic juga tidak ada rahasia kali ma..., Erick itu tau password kamarnya Dom karena kemarin, aku yang kasih tahu.... Ya sudah, mama sama papa pulang saja dulu kerumah, besok baru datang lagi, biar malam ini Dom yang jaga adek. Dom juga penasaran sama adeknya Dom yang cantik kayak mama dan manisnya kayak Dom..."

"Apaan sih kamu Dom, lagi situasi begini masih bisa menggombal..."

"Nah.... begitu dong ma.... senyum.... kan adek sudah tidak apa-apa, jadi mama tenang saja ya..."

Selama semalaman Dominic menjagaku, walaupun sebenarnya aku tidak perlu di jaga karena masih belum sadar. Aku di tempatkan di ruang VIP untuk menjaga kenyamananku. Paginya kurasakan sinar matahari yang mulai bersinar terang di kamarku. perlahan namun pasti, aku membuka mataku, dan Dominic pun terbangun setelah terkena silaunya sinar matahari.

"Selamat pagi tuan putri ku, adek kecilku yang cantik dan manis.... kamu sudah sadar dek?"

"Siapa kamu?"

"Aku Dominic Arthawijaya, kakak kamu"

"Kakak? sejak kapan aku punya kakak?kamu anaknya tante Monica?"

"Yes... betul sekali, dan kamu adalah Aleena Arthawijaya, adek kesayangan aku dari kecil. Jangan hilang-hilang lagi ya dek, soalnya selama kamu hilang, kakakmu ini sendirian jadinya...." Dominic mengelus halus kepalaku.

"Kakak cuci muka dulu ya, setelah itu kakak suapin kamu sarapan. Tadi suster sudah antar sarapannya. Dan sebentar lagi mama sama papa juga datang kok." Dominic pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka, aku yang masih belum mau menerima mereka, aku putuskan untuk mencabut selang infus dan lari keluar dari rumah sakit, walaupun badanku masih lemas.

"Dek, kamu mau cuci muka dulu tak sebelum sarapan? Dek... Adekkk, Aleena...." Dominic panik melihat aku tidak ada di atas tempat tidur. Dom langsung menelepon tante Monica.

"Ma... Adek hilang....."

"Apa???? Adek kamu hilang? kok bisa? kan dia belum sadar Dom, jangan bercanda deh..."

"Dom nggak bercanda ma... tadi Adek sudah sadar, lalu Dom tinggal sebentar buat cuci muka, pas keluar dari toilet, adek sudah tidak ada ma..."

"Adek kamu masih sakit, jadi mungkin dia gak akan pergi jauh. sekarang kamu pergi cari dia dulu. Mama dan papa juga hampir sampai di rumah sakit."

"Oke ma..., mama sama papa cepat datang ya.... Dom nggak mau kehilangan adeknya Dom lagi!"