Chereads / ME & MY KNIGHT / Chapter 2 - MIMPI MALAM ITU

Chapter 2 - MIMPI MALAM ITU

Malam itu aku tertidur di balik pintu setelah lelah menangis.

"Nana... putri kecil ibu... bangun sayang..... ngapain kamu tidur di lantai nak..... ayoo kita tidur di kamar!" Sayup sayup ibu memanggilku.

"Ibu.... Nana kangen sama ibu... Ibu gimana disana? pasti ibu kesepian disana. ibu sudah ketemu sama ayah? Nana juga rindu sama ayah bu....."

"Nana putri ibu..... jangan menangis sayang.... ibu akan selalu ada di sisimu, melindungi dan menjagamu seperti putri ibu sendiri...."

"Putri sendiri??? maksud ibu? jadi.... yang tadi datang itu memang benar orangtua kandung ku?"

"Ikuti kata hatimu nak, karena mereka memang orang tua mu, dan ibu hanyalah pengasuh yang dulu menjagamu nak. Ibu tidak bermaksud memisahkan kamu dengan keluargamu, tapi....." tiba-tiba suara ibu menghilang.... aku mencari-cari di sekeliling berharap bisa menemukan ibu... tapi tiba-tiba.....

Tok.....Tok.....Tok...

Aku terbangun. Rupanya itu hanya mimpiku. Aku membukakan pintu, rupanya tante-tante dari kota itu.

"Mau ngapain lagi tante kemari? bukannya saya sudah bilang kalau ibu saya sudah meninggal 3 bulan yang lalu? jadi selama saya masih bersabar, saya mohon sama tante untuk pergi dari sini!" Aku masih bingung untuk menerima semua ini. Aku putuskan sebaiknya aku melakukan kegiatan ku saja. Aku mandi dan segera berangkat ke kebun. Namun ketika aku membuka pintu, rupanya tante itu masih di depan.

"Kenapa tante masih di sini? saya mau keluar, jangan ikuti saya, sebaiknya tante pulang saja, percuma tante di sini, tak akan ada yang berubah. saya akan tetap tinggal di sini sampai tua."

"Tapi nak, nenek dan seluruh keluarga kita sudah menunggu kepulanganmu nak. Mama mohon kamu ikut mama ya sayang... kita pulang, kita ketemu sama kakak dan nenekmu ya, plissss mama mohon..."

Aku tak menghiraukan tante itu dan tetap berjalan pergi ke kebun untuk memetik beberapa sayur, lalu ke sungai untuk menangkap ikan. Hari sudah mulai sore, setelah aku rasa panganku cukup, aku memutuskan untuk pulang ke rumah, berharap tante itu sudah pergi. Tapi nyatanya tante itu masih di depan rumah. Aku kembali memintanya untuk pergi dan jangan kembali lagi kemari, tapi tante itu hanya pergi untuk malam. Ke esokkan paginya tante itu kembali lagi, kali ini aku benar-benar tidak menganggapnya, agar tante itu bisa pergi dari rumahku, bahkan aku baru pulang ke rumah setelah tante itu pergi. selama berhari-hari tante itu terus mendatangi rumah ku. Sampai suatu hari aku mulai merasa sangat tidak nyaman. Ini adalah rumahku, kenapa aku harus ngumpet-ngumpet kalau mau pulang? aku harus menegur tante itu dengan keras kali ini! aku bertekad kali ini aku harus benar-benar meminta tante itu pergi dan tidak kembali lagi. Karena aku masih belum siap menerima semua ini.

"Aleena... kamu sudah pulang nak, gimana hari ini? hasil kebun dan ikan yang kamu pancing banyak? kamu sudah makan? hari ini mama bawakan kamu ayam dan daging untuk kita masak bersama-sama. Hari ini sopirnya mama tak bisa jemput, jadi boleh ya mama.. mmmm maksudnya tante beristirahat di rumah kamu?"

"maaf tante tapi rumah saya tidak bisa menerima tamu seperti anda. Jadi saya mohon untuk terakhir kalinya saya peringatkan kepada tante, untuk tidak menginjakkan kaki tante dan muncul di depan saya lagi, karena saya hanya ingin menjalankan hidup saya dengan tenang. Jadi saya mohon sama tante untuk pergi dari sini sekarang juga, silahkan..."

"Baiklah kalau memang itu mau kamu nak, tapi tante boleh minta satu hal sama kamu? Apa boleh tante makan malam sama kamu malam ini? karena tante agak lapar nak, dan tante punya sakit maag, jadi kalau telat makan bisa kambuh. boleh?"

aku berfikir. Kalau aku menolak dan nanti tante ini sakit, yang ada aku yang di tuduh sebagai orang yang buat tante ini sakit! tapi kalau aku terima... nanti tante itu malah kelewatan dan mengira aku sudah mau terima dia! duh... harus bagaimana ini? tiba-tiba aku ingat kata ibu 'Ikuti kata hatimu nak...' ya... aku harus ikuti kata hatiku, sebaiknya aku terima saja keinginan dia untuk makan malam bersama ku, lagi pula ini sudah malam, dan warung makan terdekat aja itu jaraknya jauh, di tambah lagi tante ini sakit maag, dari pada aku kena masalah gara-gara tante ini, lebih baik aku terima saja lah permintaannya, lagian lumayan juga hari ini ada daging untuk di makan. Kata ibu harus selalu berbuat baik sama orang.

"oke... tante boleh makan malam sama saya, tapi dengan syarat, kita makan dan minum seadanya, dan setelah itu tante silahkan pulang dan jangan pernah kembali lagi ke sini."

"baiklah kalau memang itu maumu, tante janji setelah makan, tante akan pergi dari sini."

"Ya, sudah kalau begitu silahkan masuk, Nana mau masak dulu."

"Boleh tak, kalau tante saja yang masak? Nana mandi dulu biar nyaman waktu makan."

"Emangnya tante bisa? ya sudah kalau memang itu bisa membuat tante pergi setelah ini, silahkan."

Tante Monica memasak dan aku mandi. Setelah mandi, aku pergi ke dapur untuk membantu tante Monica.

"Lumayan juga masakan tante, sepertinya bisa di makan. tapi karena tidak ada beras, malam ini kita hanya bisa makan lauk yang tante masak. tidak masalah kan tante?"

"Tidak masalah kok, karena tante juga tidak makan nasi kalau sudah lewat dari jam 6 sore. Ini makanannya sudah selesai semua, kita makan yuk...."

Aku mencicipi masakan tante itu, dan aku terkejut dan mulai meneteskan air mata.

"Lohhhh nak,. kenapa kamu menangis? kenapa? masakan tante gak enak ya? atau masakannya terlalu pedas?"

"Bukan tante, Nana keingat ibu, rasa masakan tante sangat persis dengan masakan ibu, Nana rindu sama ibu....." aku menangis di pelukan tante Monica mengingat ibu, ketika tante memelukku, menenangkan aku, ada perasaan yang tidak asing yang kurasakan, seperti aku memang sudah kenal dekat dengan tante ini. Aku takut terbawa perasaan, jadi aku segera melepaskan pelukan tante Monica.

"Maaf tante Nana jadi melow begini. Ayo kita lanjut makannya."

Kami menyelesaikan makan malam, dan tante Monica juga membantuku membersihkan sisa makanan kami. Setelah itu, aku mengantarkan tante Monica kedepan, hanya sebatas manner saja sih... sebagai tuan rumah yang mengatar tamunya hingga kedepan.

"Terima kasih ya nak, malam ini tante sangat bahagia bisa makan sama kamu, kamu jaga dirimu baik-baik ya di sini, tante pulang dulu, selamat tinggal."

Begitulah perpisahan aku dengan tante Monica. Semuanya akan kembali seperti semula, dan aku masuk kedalam rumah setelah tante Monica berpamitan padaku.