Hari senin tgl6 april, Arya menatap adiknya yg baru lahir dan juga sedang di beri asi oleh ibunya. Bersama dengan adik perempuannya Liya yg berumur 5thn, Arya menatap wajah adik barunya dengan tatapan kosong.
"Harusnya aku bahagia"kata arya dalam hati, lalu arya mengalihkan pandanganya kepada ibunya dan tanpa sadar arya menjatuhkan air matanya ke pipi.
"Horeee, sekarang Liya punya adik" kata adik perempuan arya dengan suaranya yang berisik, lalu arya menatap adik perempuanya yg polos dan ceria itu.
"Ibu kenapa kak arya menangis?" Tanya liya kepada ibunya "apa kakak tidak suka punya adik yang menggemaskan ini?" Ibu nya pun tersenyum sambil menatap anak laki-lakinya nya yg baru lahir.
"Kenapa ibu diam?" Tanya liya, pertanyaan di kepala liya pun semakin banyak saat kakaknya tiba-tiba berdiri dan meninggalkan mereka.
Arya berjalan sambil menghapus air matanya dan mulai berpikir bahwa ini adalah takdir yg ia dan keluarganya terima dan harus di jalani. Lalu ia mulai bersandar pada dinding penyangga pada teras rumah sakit yg ibunya tempati untuk melahirkan. Dan mulai berbicara pada dirinya sendiri.
"Kenapa, kanapa aku tidak bisa menerima ini?"
Tanya arya kepada dirinya sendiri, "seandainya saja waktu itu aku tidak melawan para anak nakal itu"
Kata arya yg mamasang wajah menyesal.
"Kenapa ayah meninggalkan kami?" Seketika arya kembali menjatuhkan air matanya.
"KAKAK" panggil adik perempuanya dari kejauhan sambil berlari ke arahnya yg langsung menarik perhatianya, "ada apa?" tanya arya "ibu memanggilmu"
Arya pun mulai berjalan lagi ke arah kamar tempat ibunya dan adiknya yg baru lahir.
"Ada apa?" Tanya arya kepada ibunya " kau pergi ke mana?" tanya ibunya
"Aku hanya keluar sebentar saja" kata arya kepada ibunya "menurutmu apa nama yg cocok untuk adikmu ini?" tanya sang ibu "aku tak tau bu" "bagaimana kalau indra saja" kebetulan nama itu yg terpikirkan dalam kepala arya.
Nama indra itu pun langsung di iyakan oleh sang ibu.
"Sekarang namamu indra nak" kata sang ibu kepada bayinya yang sudah pasti tidak mengerti perkataan ibunya. "Kenapa wajahmu masih sedih juga?" tanya sang ibu kepada arya "sudahlah, mau bagaimanapun juga ini tetap adikmu juga nak"
"Tapi bu,aku masih tidak terima kejadian waktuitu"
"Sudahlah nak" balas sang ibu "ada apa" kata liya dengan wajah heran "bukan apa-apa nak" balas lagi dari ibu "lalu, kapan kita akan keluar dari rumah sakit ini dan uang dari mana kita akan membayar biaya rumah sakitnya."
Sang ibu menghela napas dan berkata "aku sudah meminjam uang dari rentenir nak" balas sang ibu
yang langsung mendapat balasan wajah murung dari arya.
Arya sudah tau akan sulit bagi mereka untuk mengembalikan uang itu nantinya, walau arya masih anak smp tapi arya tau betul kondisi ekonomi keluarganya.
Bagaimana ibunya yang harus bertanggung jawab sebagai ibu sekaligus seorang ayah, ibu yang bekerja hanya sebagai penjual sayur dan rempah-rempah di pasar, dan kini ia harus menghidupi tiga orang anak.
Arya pun bertanya pada ibunya "apa pekerjaan yg bisa di lakukan anak smp sepertiku?" Tanya arya
"Jangan nak biar ibu saja yang cari uang, itu sudah tugas ibu sebagai orang tua nak" balas sang ibu yang sudah di perkirakan arya.
"Seandainya saja arya tidak nakal dan melawan anak itu dulu bu waktu itu bu"
Kata arya dengan wajah menyesal dan sedih
"Sudahlah nak "tapi bagaimana ibu akan menghidupi kami bertiga?"
"Tenang saja nak" jawab ibu lagi yang membuat arya semakin sedih "tapi bu" "sudah-sudah, mari kita kemasi barang-barang kita kita akan pulang"
jawab sang ibu sambil mengangkat punggungnya dari kasur.
Mereka bertiga pun tiba di kamar kosan. Liya masih mengajak adiknya indra untuk bermain, sang ibu mulai menyusui indra lagi, dan arya melihat mereka dari sudut kamar sambil terus memikirkan nasib keluarga mereka kedepanya. "Kenapa anaka smp sepertiku harus melihat hal yg sangat menyakitakn itu" tanya arya kepada dirinya dalam hati.