Ridho perlahan berbaring disamping istrinya dan mulai mengelus kaki Yesi yang mulus itu. Yesi yang merasa geli membalikkan badannya sehingga hidung mereka bersentuhan. Ridho mendapatkan kesempatan sangat besar malam itu.
Dia tidak bisa menahan godaan ini. Dia mendekatkan wajahnya ke wajah Yesi mulai mencium Yesi dan menjelajahi mulut mungil istrinya itu. Yesi benar - benar tak bisa berkutip lagi. Dia hanya mengikuti suaminya yang bagaikan harimau kehausan itu. Yesi sebenarnya terkejut dengan sikap suaminya itu.
Dia tidak menyangka sudah lama suaminya tidak menyentuhnya dan sekarang tiba - tiba saja dia mau. Yesi sempat berpikir kalo Ridho itu habis minum tapi selama ia menjadi istrinya Ridho tidak pernah sekali pun Ridho ketahuan mabuk dan sekarang pun Ridho tidak bau alkohol. Mungkin memang benar Ridho sudah berubah dan mau menerimanya sebagai istri.
Ridho sangat buas dia bagaikan harimau yang sudah lama haus darah dan begitu dia melihat kelinci langsung menerkamnya dan menghabisinya. Yesi bahkan sampai kehabisan napas sehingga Ridho melepaskan ciumnya itu. Ridho mulai memakai pengaman itu dan menindihi badan Yesi.
Yesi sudah lama tidak melakukan ini jadi begitu Ridho memulai dia merasakan kesakitan seperti saat pertama waktu itu. Melihat istrinya kesakitan Ridho mulai mencium istrinya agar dia tidak tegang dan memelankan gerakannya.
" Tenang sayang kamu jangan tegang santai saja agar ini tidak sakit. Jika kamu menikmatinya ini tidak akan sakit", Ridho mulai memelankan gerakannya gar istrinya bisa mengikutinya. Yesi benar - benar seperti belum pernah melakukan ini tetapi begitu Ridho memanggilnya sayang dia mulai luluh dan mengikuti gerak Ridho.
Ridho senang istrinya bisa mengikuti gerakan. Tetapi Yesi merasa ada yang mengalangi milik Ridho. Karena walaupun dia sudah lama tidak melakukan ini dia masih ingat bagaimana waktu pertama kali dul dan ini terasa berbeda. Jadi Yesi memutuskan bertanya kepada Ridho.
"Sayang kenapa kamu terasa berbeda? Apa kamu memakai pengaman?"
"Iyaa, aku tidak mau kau kebobolan kasian Tommy dia masih 1 tahun"
Yesi yang mendengar bahwa suaminya mengawatirkan dia membuatnya tersipu malu. Ridho yang melihat muka istrinya yang memerah itu malah mencepatkan gerakannya sehingga Yesi terkejut dan tidak bisa menahan teriakannya.
"Jangan kencang - kencang teriaknya sayang", Ridho berbisik ditelinga Yesi seperti angin yang berhembus.
"Pelankan gerakan mu aku tidak bisa"
Tetapi Ridho malah mengabaikan perkataan Yesi dia malah semakin mempercepat gerakannya. Yesi hanya bisa pasrah dengan dia sesekali menggigit pundak Ridho sebagai pertanda kesakitan.
Yesi lama - lama juga menikmati olahraga malam itu. Mereka bahkan mengabiskan 4 ronde dalam 1 malam. Yesi juga bingung sejak kapa suaminya menyimpan begitu banyak pengaman dilacinya.
Kali ini Ridho benar - benar basah kuyup karena keringat olah raga malam. Melihat Yesi yang sudah kelelahan Ridho pun berbaring disamping Yesi dan mulai terlelap ikut tidur.
***
Ternyata dua babysitter yang baru saja menengok Tommy itu kebangun atau tidak mendengar teriakan majikannya itu. Karena kamar Tommy itu berada disamping kamar majikan mereka suara itu terdengar jelas.
Kedua pegawai rumah itu saling menatap satu sama lain dan segera pergi menjauh dari kamar majikannya itu. Setelah mereka masuk ke kamar mereka hanya terdiam. Sampai salah satu membuka bicara baru lah mereka tertawa.
"Emm apakah tuan dan nyonya tadi sedang melakukan 'olah raga'?"
"hush kamu itu biarkan saja kalo iya. Itu berarti mereka tidak akan bercerai"
"Iya kamu benar Den Tommy tidak akan kehilangan kasih sayang salah satu dari mereka. Tapi kenapa Nyonya berteriak sekeras itu. Apakah 'olah raga' itu terlalu menyakitkan?"
" Kamu masih anak kecil mana tau kamu seperti itu. Hanya orang yang berpengalaman yang tau. Sudah ayo kita tidur saja"
***
KEESOKAN HARINYA
Ridho bangun lebih awal dari pada Yesi jadi ia membangunkannya. Ridho menciumi leher Yesi hingga istrinya itu terbangun. Begitu Yesi terbangun dia sadar kalo dia tidur memeluk Ridho sehingga dia tersipu malu. Yesi cepat - cepat berbalik dan menutup mukanya dengan bantal.
Melihat tingkah lucu istrinya itu Ridho malah memeluknya dari belakang dan mulai menciumi leher istrinya lagi. Yesi tersenyum senang dengan sikap Ridho kepadanya telah berubah. Tetapi dia teringat jika Ridho telah mengugatnya.
"Bukankah minggi depan adalah sidang kita yang pertama? Apa kamu melakukan ini untuk memuaskan napsumu saja? Apa aku hanya pemuas napsu?", Yesi mulai menitihkan air mata dan berusaha melepaskan badannya dari pelukan Ridho. Tetapi Ridho tidak membiarkan Yesi pergi dia malah semakin kuat memeluk istrinya itu.
"Tidak Sayang, malah percerainya kita aku akan mencabut gugatan itu. Kita akan memulai dari awal. Kita akan membuat keluarga yang bahagia. Kita akan membesarkan Tommy bersama. Lagi pula siapa yang akan melepaskan istri yang sangat seksi seperti kamu ini, sangat disayangkan jika aku melepaskan mu", Ridho mulai meyakinkan Yesi bahwa rumah tangganya akan baik - baik saja.
"Ohh jadi cuman karena badan ini kamu mau bertahan dengan aku? Dasar suami mesum! Awas aku akan mandi! Jika hanya karena badan ini kau mau bertahan maka itu tidak perlu", Yesi marah karena ternyata Ridho hanya suka dia karena badannya yang seksi.
"Tidak aku akan mencintaimu lahir dan batin. Aku akan mencintai segala kekuranganmu dan kelebihanmu itu adalah bonusku. Kamu jangan marah dong. Tidak baik istri marah dengan suaminya"
Yesi sangat berbunga - bunga dengan perkataan Ridho. Dia sangat sangat sangat senang akhirnya Ridho mau mencintainya dengan apa adanya. Dia berharap keluarganya akan bahagia selamanya. Ini bagaikan sebuah kejutan yang pernah terpikirkan oleh Yesi. Karena pernikahan mereka ini karena dijodohkan jadi tidak disangat akan menjadi indah akhirnya.
" Apa kau berjanji? Kau kan mencintaiku dengan tulus?"
"Iyaa tentu saja aku berjanji. Aku akan melupakan masa laluku dan fokus kepada keluargaku"
"Baiklah kalo begitu janjimu aku pegang. Oh ya apa kau ada acara hari ini? Jika tidak temani aku belanja bulanan"
Ridho menganggukan kepalanya dan Yesi langsung bangun mau ke kamar mandi setelah melihat anggukan suaminya itu. Tetapi begitu Yesi bangun badannya terasa sangat sakit dimana - mana. Ya gimana ga sakit suami lo aja langsung menyerbu lo gitu. Semalem kok 4 ronde yang ancuk aduk deh badan lo.
Ridho merasa bersalah telah membuat Yesi jadi begitu. Ridho baru saja mau membantu istrinya ke kamar mandi tetapi Yesi sudah keburu lari sendiri. Ridho cuman geleng - geleng kepala dan tersenyum.
" Tadi kayanya kesakitan mau dibantu kok malah udah bisa lari. Kurang lama apa yang tadi malem?", Gila lu Ridho. Kurang lama gimana lo semalem udah 4 ronde. Lo mau bikin istri lo pingsan apa?!
Yesi dikamar mandi malah senyam - senyum sendiri sambil menikmati air shower yang membasuhi badannya. Setelah mandi Yesi merasakan lebih segara. Dia keluar dengan handuk.
Ridho memperhatikan Yesi yang keluar dari kamar mandi. Tetapi Yesi seolah tidak menghiraukan Ridho. Ia langsung pergi ke wardrobe memilih baju untuknya dan untuk suaminya.
Ridho yang merasa dicueki olah istrinya itu pun pasrah dan segara pergi ke kamar mandi agar tidak kesiangan belanjanya karena nanti dia masih harus pergi untuk mencabut gugatan cerainya.