Ricko melirik ke arah Intan yang sudah terlelap tidur.
Perlahan Ricko bangun dari tidurnya dan mulai menuruni ranjang dengan penuh kehati-hatian takut Intan terbangun.
Ricko mengendap-endap meninggalkan ruang kamarnya untuk menuju ke ruang kamar Ani pembantu muda di rumahnya.
Krieut
Pintu kamar Ani terbuka dan Ani langsung menghambur memeluk Ricko.
"Mas Ricko lama banget liburannya!" keluh Ani.
"Maaf ya sayang! Intan pengen lama liburannya jadi Mas tidak bisa menolak!" Ricko mengelus punggung Ani.
"Kenapa tidak ajak aku juga Mas?!" rengek Ani.
"Mas tidak bisa sayang! Kan Intan pengennya hanya berlibur bersama keluarga saja!"
"Tapi aku juga sudah jadi keluarga kamu Mas! Aku hamil anak kamu Mas!"
"Iya iya sayang! Maaf ya!" Ricko hanya bisa mengalah dan meminta maaf.
"Mas kapan kamu nikahin aku!" tagih Ani yang ingin diresmikan hubungannya dengan Ricko.
"Nikah?!" tanya Ricko tidak percaya.
"Iya Mas! Anak di dalam kandunganku kan butuh Ayah dan juga status! Apa kamu tidak kasihan kalau anak kita lahir tanpa adanya status yang jelas?!"
"Tapi Mas tidak yakin Intan akan setuju!" Ricko merasa ragu.
"Kalau Intan tidak setuju dengan pernikahan kita, mending kamu ceraikan saja Mas!" perintah Ani.
"Ceraikan." ulang Ricko dengan suara pelan sembari menerawang.
"Iya Mas! Ceraikan saja!"
"Mas pikir-pikir dulu ya!" putus Ricko.
"Jangan kelamaan mikirnya! Pokoknya minggu depan kita harus nikah titik! Intan setuju atau tidak pokoknya kita harus menikah!" paksa Ani yang tidak mau tahu.
Ricko hanya diam karena hal ini sangat sulit bagi dirinya.
Di dalam ruang kamar Intan dan Ricko. Intan terbangun dan menyadari bahwa Ricko tidak ada di tempatnya.
"Mas Ricko kemana ya?!" Intan bertanya-tanya. "Ah mungkin dia lagi haus!" putus Intan yang tidak mau ambil pusing.
Intan meraih hapenya dan ada 59 pemberitahuan panggilan dan pesan dari nomor yang diblokir oleh Intan.
"Apaan sih ini orang!" kesal Intan.
Drrt drrt drrt
Ada pesan masuk dari nomor tidak dikenal.
"Tan, jika kamu menerima cintaku, besok pakailah cincin yang aku berikan! Namun jika kamu menolakku kembalikan cincin itu kepadaku karena itu cincin warisan dari nenek moyangku!"
Intan mengernyit. "Cincin?! Bukankah cincin itu tidak aku terima! Aku kembalikan lagi kan pada dia!" gumam Intan.
Pesan masuk dari nomor tidak dikenal masuk lagi ke nomor Intan.
"Aku taruh cincin itu di tas hitammu sewaktu kamu lengah saat kita bertemu di Bali! Aku harap jawabanmu tidak mengecewakan aku lagi!"
Intan kesal membaca pesan itu. "Dasar kepala batu! Dari dulu tidak pernah berubah wataknya!" umpat Intan.
"Besok saja lah aku cari cincinnya! Toh semua barang-barang di dalam tas itu tidak pernah aku otak-atik!"
Intan meletakan hapenya kembali dan memilih melanjutkan tidurnya kembali.
Di dalam kamar Ani, Ricko sedang mencumbu mesra pembantunya yang sudah beberapa hari ini tidak dia jamah.
Mata Ricko awas sekali. "Ini tanda apa An?" tanya Ricko dengan raut wajah marahnya.
"Tanda apa Mas?!"
"Ini merah-merah di leher kamu!" tunjuk Ricko.
'Eko s*alan' umpat Ani dalam hati.
"Itu kayaknya digigit serangga Mas! Tadi gatal banget jadi aku garuk-garuk eh malah jadi merah!" kilah Ani menjelaskan.
"Kamu sedang tidak berbohong kan?!" selidik Ricko.
***