"Lo nulis apa sih, Dil?, ada PR ya?," tanya gue yang lagi kurang kerjaan sambil ngintip buku catatan Dila.
"Enggak, ini Gue lagi buat rangkuman sendiri aja, hehe. Biar gampang belajarnya," ujar Dila lembut dengan suara kecilnya yang manis dan imut. Untunglah suasana hatinya hari ini bagus. Gue iyain aja, padahal ya gue yakin dia gak akan bener-bener baca rangkumannya lagi, ya bukannya gue remehin dia atau apa, tapi udah jadi rahasia umum kalau Dila tuh hidupnya diatur orangtuanya.
"Eh iya, Ri. Gatang mana ya, tadi anak-anak udah ngumpulin tugasnya Pak Wildan di flashdisk, katanya disuruh ngumpulin ketua kelas,"
"Mana, sini biar Gue kasih ke Gatang," tawar gue yang gak tega lihat dia yang berambisi ngurusin anak kelas, dia tuh udah kayak emak galaknya anak-anak sekelas.
Dila pun eject flashdisk mungil dari laptopnya dan kasih ke gue, ketika gue baru aja bangun dari bangku, Gatang masuk agak lari sambil ketawa dan disusul Bimbim yang ngumpat sambil ketawa juga. Dasar bocah-bocah raksasa.
"Rav!, nih tugas dari Pak Wildan kumpulin gih," perintah gue sebisa mungkin gak natap ke arah matanya, sedatar-datarnya gue, seakrab-akrabnya gue sama anak cowok, gue paling gak bisa natap mata mereka lebih dari 5 detik.
"Yaaah, Lo aja lah Ri..., Gue capek habis dari lab masa ke lab lagi?," bujuk dia dengan muka melas tapi sambil senyum memohon. Bibir bawahnya agak mencebik buat gue gemes. Duh Rav..., kalau lo udah punya Ratna jangan bertingkah gemesin di depan cewek lain dong. Gue lemah sama hal-hal yang gemesin.
Gue berusaha nahan senyum gemas, "Ck, Lo lah sama Bimbim sana,"
"Ya udah Lo pergi sama Bimbim aja kalau gitu," kilah cowok itu sambil senyum goda gue. Gak tau kenapa ya, anak-anak kelas tuh pada suka ngecengin gue sama Bimbim, padahal dia emang supel ke semua cewek, semua cewek digombalin sama dia, cuma tengilnya doang yang dikasih ke gue, bazeng.
Gue pun masang muka jutek dan tanpa babibu jalan ke pintu, saat itu lah Bimbim ngikut jalan di samping gue."Ngapain Lo?," ketus gue dengan judes.
"Nemenin Lo lah," jawab dia apa adanya. Dih, ngapain. Nanti si Pipit cemburu lagi, dia pengen gue dijadiin bahan julid anak-anak jurusan lain juga apa.
"Lo kira Gue anak kecil," ketus gue sewot, tapi cuma Bimbim, Supeli dan Geo aja yang kebal dengan kejudesan gue.
"Emang, Lo kan mungil kayak curut," Bimbim dengan seringai jengkelinya naroh lengan gempal dia di atas kepala gue, anjg. (Dia emang gempal, tapi gak gendut, emang perawakannya tinggi besar kayak genderuwo).
Ugh, gak usah sok manis sama gue lagi deh, gue juga gak pengen jadi salah satu cewek yang lo deketin.
"E'rhm, aduuuh capcus Bim..., jangan kasih kendor," "Kita dukung Lo kok, Ri," gak tau sejak kapan Nisa sama Ratna udah masuk kelas dan langsung ngecengin gue sama Bimbim, dan cowok itu dengan muka santainya cuma nyeringai, lebih tepatnya nyeringai ngeledekin gue. Nisa lewatin gue dengan tatapan dan senyuman penuh arti ke arah gue begitu juga dengan Ratna. Gue nyesel cerita ke mereka, kambing.
Gue pun natap Bimbim dengan jutek dan dia balas natap gue dengan mata sayu dan wajah dungunya, buat gue pengen nonjok mukanya. Gue pun jalan tiba-tiba buat dia yang tadi nyenderin lengan dan agak bertumpu ke gue hampir tersungkur. Habis itu seakan kena azab, gue malah nabrak Geo yang tiba-tiba nongol di pintu.
"Argh!, kalau jalan lihat-lihat dong, dobok!," geram gue kesal.
"Siapa suruh pendek, kan gak kelihatan," sumpah ini orang-orang kenapa pada minta dijambak ya.
"Wedhus!," umpat gue gak berani ngomong lebih kasar lagi dan gue pun berlalu menuju lab diikuti Geo yang jalan santai di samping gue dan Bimbim di sebelah gue juga. Kita cuma diem lama, sampai kita lewatin kelas 11 TKJ 1 dan ketemu Pipit berdiri di pintu. Dia nyapa gue dan Geo dengan sok asik sok akrab, padahal kemarin masih sombong banget tuh cewek, tapi gue sapa balik aja dengan ramah. Pipit juga sapa Bimbim dengan tatapan dan senyum penuh arti, "Bentar Ri," ujar Bimbim yang akhirnya terjerat di situ dan minta gue nungguin dia sebentar, enak aja, dia nyuruh gue nonton dia gombalin cewek gitu? Gak sudi.
Gue pun melenggang gitu aja, bodoamat sama dia. Gue sama Geo jalan di koridor lantai satu dalam diam sampai Geo pun mulai ngomong.
"Kenapa Lo?,"
"Apaan?,"
"Tumben diem,"
Ini cowok bener-bener ogeb atau pura-pura ogeb sih, emang biasanya gue kayak gimana kalau gak diem. Tapi suasana hati gue juga rada gak bagus sih.
"Gue lagi sebel banget, Ni," ujar gue tenang. "Kemarin Bimbim nembak Gue, terus sekarang dia kegatelan sama cewek lain, benernya dia serius apa gak sih?" curhat gue tetap datar dan tenang dengan pandangan lurus ke depan.
"Please, don't call Me Nini at school, okay?," desis Geo tajam lagi-lagi dengan aksen Amerikanya.
Gue pun mutar bola mata dengan sinis.
"Don't worry, Nini~, Don't worry...," ledek gue dengan suara yang gue buat-buat kayak suara anak kecil.
Geo pun mingkem dengan natap gue terpana(?), entahlah mukanya lempeng soalnya, habis itu dia melengos ke arah lain mungkin sebel.
"Jadi Bimbim beneran nembak Lo?, dilihat dari mana pun Bimbim emang punya rasa sih sama Lo, tau gak kenapa?," ucap Geo gak natap gue dan tetep jalan dengan santai.
Gue pun noleh agak dongak nunggu jawaban dia. Gue pun ngangkat sebelah alis gue, kok bisa?.
"Gini ya Nurida boncel-,"
Plak! Gamparan gue pun mendarat mulus di punggung Geo, buat cowok itu berjingkat sambil meringis kesakitan. Orang-orang langsung pada lihatin kita berdua. Gak ada yang curiga gue akrab sama Geo sih, padahal udah bareng setahun lebih. Taulah, di mata orang lain kalau gue sebelahan sama Geo mah udah kayak sebutir upil di sebelah sebongkah berlian, ditambah lagi, Geo tuh jarang interaksi aktif sama gue di sekolah, karena dia tuh suibuk banget sebagai ketua OSIS, dan sering jalan bareng rekan-rekan organisasinya di koridor. Jadi kalau orang-orang lihat gue jalan sama Geo mikirnya pasti cuma rekan event organisasi lain yang kerja sama. Sementara anak kelas nganggep hubungan kita cuma sekedar tetangga yang sama-sama cuwek, karena kita jarang banget ngobrol di kelas.
"Njay, pedes anying!," "Semua orang bisa lihat jelas kalau Bimbim tuh suka cari perhatian sama Lo! Dia emang supel ke semua cewek, tapi dia cuma tengil ke Elo buat dapet perhatian Lo yang bahkan gak respons cowok lain yang gangguin Lo di kelas! Secara gak sadar Kalian tuh sama-sama tertarik! Lo kan lempeng banget di kelas! Lempeng-lempeng aja ketika anak-anak coba mancing Lo!, tapi cuma sama Bimbim aja Lo bisa keluarin emosi gak terduga," kok ngengas, nying.
Siapa bilang gue cuma keluarin emosi ke Bimbim doang? "Lo juga suka mancing-mancing emosi Gue kan!, Lo juga sering ngeluarin emosi kalau sama Gue, dan emosi Gue juga sering kelepasan tuh kalau sama Lo," sanggah gue nyolot.
Geo mingkem kayak kaget gak bisa jawab.
"G-Gue kan transparan," sanggah dia singkat dan songong, tapi kelihatan banget berusaha sembunyiin kekikukan dia dengan jalan dahuluin gue. Tiba-tiba dia melanin langkah dia dan setengah hadap ke gue dengan kikuk. "Be-bedanya, kalau Bimbim tuh caper sama Lo karena penasaran dan pengen dapetin Lo sebagai kepuasan diri aja,"
Apa? Maksudnya apa? Sebagai kepuasan diri?! Gue kok merinding ya dengernya, ambigu banget.
"Kalau Gue-," Geo diem lagi gak lanjutin kata-katanya dan balik badan lagi. Apaan woy, gantung amat.
.
Gue buka sepatu dan pakai sandal leb, gak tau kenapa Geo juga ngikutin gue, gue kira dia mau ke kantin atau pergi boker. Gue pun masuk, dan di dalem... Baka team udah duduk gerombol di meja besar samping mejanya Pak Wildan dan mereka fokus ke satu layar laptop. Gue pun iseng nabok punggung Kak Endji yang lagi serius mantengin laptop.
"Kak Anjien!," sapa gue sengaja pelesetin namanya, dan dia terlonjak kaget dengan latahnya. Seneng aja gue bully senior satu ini udah kayak mood booster, dia kalau kaget lucu banget dan langsung kikuk, ya tuhan... cuma di TKJ doang adek kelas bisa bully kakak kelas, wkwkwk.
Kak Oksar pun langsung noleh ke arah gue dengan cengirannya, "Eh Nuri..., Loh sekarang jalannya bareng Geo toh," "Eh Yo, ati-ati nanti diikeh-ikeh kimochi sama Nuri lho,"
Anjg. Gue pun melotot ke arah Kak Oksar sambil mukul badan gembrot dia sampe mantul, dan dia pun terkekeh. Babiy nih orang, gak mikir apa ada Pak Wildan lagi duduk di sebelah mereka, nanti kalau Pak Wildan denger terus diaduin ke mama gue gimana coba, apalagi Pak Wildan tuh tetangga sebelahan sama gue dan dia akrab sama mama gue. Dan Geo cuma dehem canggung digodain Kak Oksar kayak gitu, siapa sih yang gak malu digituin. Untungnya Pak Wildan lagi sibuk sama layar laptopnya dan gak ngeh dengan kedatangan gue.
Tiba-tiba Kak Choi head lock dan jitak kepala gue. "Aduuuh, sakit, kambing!,"
"Siapa suruh kemarin absen KTTI,"
Gue pun dengus sebel dan beralih ke mejanya Pak Wildan.
"Pak," panggil gue dan dengan secepat tentakel Goro Sensei, Pak Wildan noleh sambil benerin kacamata antiradiasinya dan rapihin mejanya tanpa ngalihin matanya dari gue, buset ni orang sakti banget, udah kayak Kenaki Kan versi real life aja.
"Saya mau ngumpulin tugas temen-temen," ujar gue sambil nyerahin flashdisk pink mungil yang di tangan dia udah kayak permen wogus saking besar dan panjangnya telapak tangan dia.
Gue pun balik badan mau balik ke kelas ketika Pak Wildan nyeletuk, "Jangan pacaran loh,"
"Hem?," gue pun noleh lagi buat dengerin ucapan Pak Wildan lebih jelas. Dan tuh orang langsung gelagapan ambil hpnya sambil ditempelin ke telinga dan natap gue gugup kayak orang habis kepergok nyontek.
"Iya, pacaran tuh gak baik, masih sekolah juga, jangan terlalu deket sama anak-anak cowok..., he'em," perasaan tadi Pak Wildan lagi gak telfonan sama orang deh. Dia lihatin gue lagi dan nyuruh gue mendekat. Dia pun naroh hpnya dan mulai nyolokin flashdisknya Dila ke laptopnya. "Jangan asal pergi, dong. Ini sekalian bawa balik," gumam Pak Wildan sambil copy-paste tugas anak kelas ke laptopnya. "Nanti sore pulang bareng Papa?,"
"Gak tau Pak, Papa Saya lembur, mungkin pulang bareng Bimbim," jawab gue asal.
"Bimbim udah diminta barengan sama Sindy," tukas Geo tiba-tiba ikut nimbrung.
"Yaudah kalau gitu bareng Sa-,"
"Bareng Gue aja, hari ini Gue gak ada latihan," sela Geo motong ucapan Pak Wildan.
Apa sih ni orang-orang, lagi gabut atau apa sampek buang-buang waktu mager gue.
"Pak, itu FDnya, kayaknya udah selesai," gue memilih mengalihkan topik biar bisa cepet-cepet balik kelas. Pak Wildan pun natap ke arah jari gue nunjuk dan dengan gerakan lamban dia eject flashdisk pinknya Dila lalu dikasih ke gue dengan ogah-ogahan, mukanya udah kayak anak kecil yang udah dijanjiin pergi ke taman hiburan tapi gak jadi. Gemes banget, anjir.
Sebelum balik ke kelas, Geo ngajak mampir dulu ke koperasi yang ada di bagian depan sekolah di samping ruang BK, katanya pengen beli cemilan. Dan ternyata anak-anak cewek lagi pada nongkrong di sana bareng Mbak Fitri dan Mas Cahyo penjaga koperasi. Di sana juga ada anak SMA sebelah beli sesuatu ke koperasi di sekolah gue lewat pintu depan, heran juga sih, sekolah yang katanya SMA elit favorit kok muridnya pada sering belanja kebutuhan perut dan kebutuhan sekolah di koperasi sekolah tetangga yang katanya sekolah kampungan.
Begitu Geo masuk lewat pintu belakang yang sering digunain penghuni FVHS, anak-anak cewek sekolah tetangga langsung lihatin Geo tanpa kedip. "Pagi Mas Fitri... Mbak Cahyo...," sapa Geo tanpa sadar salah ucap dengan muka lempengnya. Tuh anak walau ogeb banyak juga yang tetep ngefans kenapa ya?
Mbak Fitri sama Mas Cahyo dan cewek-cewek anak kelas gue pun ketawa geli.
Tapi tuh cowok masih pede-pede aja dengan muka gak berdosa langsung jalan ke lemari pendingin ngambil sari kacang hijau, dan es krim semangka. Lihat es krim gue pun buru-buru nyusul dan ngambil es krim coklat kesukaan gue, gak lupa juga dengan biskuit sandwich, nastar coklat, bola ubi, dan tahu walik yang baru aja dateng.
Ketika gue dan Geo jalan ke kasir, anak-anak sekolah tetangga masih aja diem di sana sambil mantengin Geo. Sementara Sindy, dan Putri langsung nyapa Geo (yang terkenal pendiem di kelas) dengan suara manis mereka. Dih, manusia macam Geo dimanisin.
"Emak..., sini ngumpul," sapa Putri. Di kelas gue juga dianggep Emak sama anak-anak cewek, tapi gue Emak yang melindungi anak-anak cewek, kalau Dila tuh Emak yang suka ngomelin anak-anak, hehe. Gue emang secara pribadi gak suka sama Sindy, Emilla dan kadang ya Dila juga sih, tapi bukan berarti gue musuhan dan gak mau temenan sama mereka, gue ya nganggepnya emang orangnya kayak gitu ya mau gimana lagi, kan.
"Enggak ah, Gue langsung ke kelas aja, mau tiduran," tolak gue sambil bayar jajan yang gue ambil.
"Yaudah nanti kalau ada Pak Agus calling-calling ya," ucap Putri dengan suaranya yang dibuat-buat kayak anak kecil. Gue pun ngangguk aja, padahal tadi Pak Agusnya gak ada di lab. Biasalah..., guru TKJ lagi pada sibuk banyak kerjaan.
Gue pun keluar, sementara Geo udah keluar dari tadi jadinya anak-anak gak mikir kalau gue tuh datengnya barengan sama Geo.
Sesampainya di luar kita jalan bareng ke kelas dan gue pun ngumpetin makanan gue dengan nyuruh Geo yang bawain, kalau dia yang bawa kan anak-anak gak ada yang berani minta. "Lo kira Gue babu Lo apa?,"
"Diem aja, bacot,"
"Buset, kecil-kecil makan Lo banyak banget, nying, itu perut apa kantong ajaib,"
"Bacot Lu, lama-lama kayak Madman ya, minta ditabok cocotnya," Nini pun akhirnya mingkem aja dengan muka lempengnya.
Kita pun duduk dulu di rak sepatu depan teras kelas sambil nyender tembok, dan makan es krim bareng. Di sana juga ada Hentaikamen sama Riyan yang lagi bahas anime terbaru di sudut pembatas teras lantai 2, begitu gue duduk Riyan langsung noleh dan perhatiin kita berdua dengan gerak gerik yang gak nyaman, untungnya dia gak kabur lagi sih. Gue pengen ngomong sama dia tapi gak nyaman ada Geo sama Hentaikamen,"Kamu mau, Yan?," tawar gue ke Riyan yang natap kita dengan tatapan yang gak bisa gue tafsirkan, ya walau gak kelihatan karena muka dia lempeng, tapi gue punya intuisi lumayan lah.
"Yang?!," tepis Geo yang salah denger melototin gue dan Riyan bergantian. "Kapan Kalian jadian?!,"
Bangke nih bocah, gue ngeblush kan jadinya.
"YAN bukan YANG, bolot!," tegas gue penuh penekanan. Geo pun langsung mingkem salting sambil berusaha sok cool lagi.
Gue dengan wajah datar gue gigit dan ngunyah es krim beku di tangan gue dengan santai tanpa ekspresi, dan cowok di samping gue ngamatin perubahan ekspresi gue dengan tatapan lugu kayak bocah TK, gue pun balas tatapannya dengan sengak sambil ngedikin dagu 'apa?'.
Geo yang dari tadi cuma jilatin es krimnya nyoba niru gue dan ekspresi mukanya yang lagi ngilu berhasil bikin gue ngakak sampai sakit perut, anjir. Jelek banget mukanya, bwahahaha. Tiba-tiba ada yang megang tangan gue dan ketika gue noleh, udah ada bekas gigitan di es krim gue.
Anjay, ni babiy satu hobi banget rampok makanan gue, gue pengen jambak rambutnya yang dikit banget tapi gak jadi karena geli lihat mukanya yang kayak makan soto kantin yang masih panas, hahaha. Di sekitar bibir Bimbim udah belepotan sama es krim. Masih dengan ketawa renyah, tanpa sadar tangan gue terulur dan ngusap mulut dia agak asal-asalan, habis itu gue usapin ke baju dia, dia berusaha ngehindar tapi ya gak sempetlah.
Riyan yang tadi lagi asik ngobrol sama Hentaikamen tiba-tiba berdiri dan masuk kelas, buat Hentaikamen jadi kebingungan. "Eh Yan, tungguin, Lo kenapa oi?,"
Gue sempet lihat muka dia yang kelihatan kesel dan gak mood natap gue, bahkan secara gak kasat mata gerak gerik dan langkah dia tuh kayak orang yang mangkel gitu. Tawa gue pun langsung berhenti. Dia kenapa? Rasanya kok ada yang aneh ya.
"Gara-gara Lo sih, Ri,"
Lah. Kok gue sih, perasaan dari tadi ya gue gak ngomong apa-apa dan gak ngapa-ngapain dia. Hentaikamen udah langsung ngibrit ke kelas sebelum gue sempet protes. Dan Geo juga tiba-tiba auranya jadi dingin dan nyeremin, anjir.
"Gue ke kelas dulu," ucap Geo dingin dan nyelonong gitu aja ke kelas. Takut gue, nih orang-orang kenapa sih, orang pendiem kalau lagi marah tuh nyeremin, anjir.
~*~