Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

KUJANG DEWA

🇮🇩edy_supratman
--
chs / week
--
NOT RATINGS
10k
Views
Synopsis
Tokoh dalam cerita ini adalah fiktif belaka, bersifat untuk menghibur semata dan suatu bentuk kebanggaan saya terhadap sejarah nusantara. Cerita ini hanya permainan kata-kata, hanya cerita yang ngaya wara, dilebih-lebihkan dan tidak perlu diyakini kebenarannya. Tetapi paling tidak ada segi positif dalam perjalanan hidup beberapa tokoh yang ditampilkan. Menghargai sesama, tidak merasa derajatnya lebih tinggi dari orang lain, pengabdian tidak selalu berbuah imbalan yang nyata tetapi kemaslahatan dan ketenteraman hati. Bahwa pengabdian dengan tujuan yang benar dan hati tulus, hanya Yang Maha Kuasa yang Maha Mengetahui. Dendam bukanlah jalan keluar yang baik. Menyimpan dendam adalah merusak kesucian hati. Ikhlas dan ikhtiar adalah jalan terbaik dalam menyongsong luasnya cakrawala hidup. Keadilan bisa diperjuangkan, tetapi menghakimi sendiri bukanlah penyelesaian. Motivasi pengarang hanya ingin menambah khasanah cerita lokal yang berbudaya, disamping membangkitkan kembali kenangan kita akan era kejayaan cersil lokal. Cerita fiksi ini berlatar tanah Pasundan di jaman Kerajaan Pajajaran setelah kejayaan Prabu Siliwangi akankah bangkit sepeninggalnya. Tokoh dalam serial ini Adalah Yayan Permana yang merupakan keturunan dari Eyang Permana Tunggal seorang Pertapa Sakti yang merupakan Mahaguru dari Prabu Siliwangi kala itu... Simak ceritanya, bagaimanakah Kujang Dewa yang akan mengemparkan dunia persilatan di tanah Pasundan ini, akankah Kerajaan Pajajaran bangkit kembali atau hanya sisa-sisa peninggalan saja.....

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - KAMPUNG CIKARANG

Di Kampung Cikarang, di bawah kaki gunung Sungging. Saat itu hari menjelang subuh. Hawa dingin begitu menusuk sampai ke dalam tulang sumsum. Langit masih terlihat gelap, namun Yayan Permana sudah sibuk dengan aktivitasnya mencari kayu bakar ke hutan.

Usianya masih sangat remaja berkisar antara 13 atau 14 tahunan, namun badannya sudah terlihat kekar dan berotot. Saat usia 10 tahun Yayan Permana sudah mandiri. Ibunya yang sudah setengah baya tapi masih kelihatan ayu dan lesu sudah seminggu lebih berbaring akibat kelelahan semenjak di sawah pinggiran kampung kala itu. Sedangkan Ayahnya pergi ke kotaraja saat Yayan Permana berusia Tujuh tahunan. Beliau pergi untuk mencari kebutuhan hidup keluarganya dengan harapan pergi ke kotaraja bisa mengubah nasib keluarganya di masa depan. Sejak saat itulah Yayan Permana hidup bertiga dengan ibu dan kakak sulung yang berbeda usia 5 tahun dengannya.

Aman Permana itulah yang menjadi kakak sulungnya, sedangkan ibunya bernama Siti Fahitah dari 12 saudara yang sudah berusia sekitar 40 tahunan. Aman Permana sangat sayang sekali kepada Ibu dan Kakak tercintanya. Saking sayangnya dia selalu berkata...

"Kakang...engkau kerjakan saja pekerjaan rumah seperti membersihkan rumah atau halaman sambil menunggu Ibu di rumah"...selalu begitu ucapnya apabila Yayan Permana bila hendak pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar kepada kakaknya.

Walaupun begitu kakaknya selalu tersenyum bila sang adik selalu mengatakan hal seperti itu sebelum berangkat, kadangkala Aman Permana sesekali berucap...

"Rayi...biarlah sekali waktu kakang ikut denganmu untuk mencari kayu bakar serta menemanimu di perjalanan, kakang khawatir apabila di hutan masih banyak binatang buas yang berkeliaran...kau tahu sendiri Rayi...Hutan Gunung Sungging terkenal dengan binatang buas serta Angker, karena orang-orang desa selalu membicarakan kejadian yang sangat janggal dan aneh, entah seperti ada mahluk gaib yang mendiami hutan itu...atau apalah"... begitulah ucapan Aman Permana kepada Yayan Permana yang mengandung arti kekhawatiran seorang kakak kepada adiknya.

"Ga usah khawatir kakang...aku bisa jaga diri... kakang tahu sendiri kan...semenjak aku lahir sudah memiliki tubuh yang kuat serta beberapa keanehan di saat aku lahir"...begitulah setiap kali Yayan Permana mengingat kan kakaknya agar jangan terlalu khawatir kepadanya.

Aman Permana hanya bisa tersenyum mendengar ucapan adiknya yang sangat percaya diri itu. Dia pun teringat dahulu ibunya pernah menceritakan di saat Yayan Permana lahir, memang ada beberapa keanehan yang terjadi. Yayan Permana lahir pada malam satu Suro, yang mengandung arti bagi orang Sunda adalah malam yang sakral, serta di malam Jum'at Kliwon pula yang serba ganjil...dan yang lebih aneh lagi dari orang kebanyakan, Yayan Permana lahir setelah 13 bulan di kandungan ibunya...

"Dasar anak ini emang aneh dulu di saat dia lahir"...Aman Permana bergumam pada dirinya sendiri. "Memang diantara keluarga adik ku ini yang teraneh"...Mungkin diantara seribu orang jarang yang seperti ini atau bahkan bisa jutaan mungkin...begitulah Aman sang kakak yang memikirkan kejadian tersebut antara percaya atau tidak tetapi memang itu semua terjadi pada adiknya...

Setelah 3 bulan kelahirannya sang adik sudah tumbuh gigi, mungkin ada sekitar 9 gigi yang tumbuh pada saat itu...

"Emang ini anak giginya aja ada 9 buah, ganjil juga kan"...begitu sang kakak teringat di saat Ayah dan Ibunya menceritakan kejadian adiknya setelah kelahirannya yang genap 3 bulan itu.

"Ya sudah kakang aku pergi dulu...matahari sudah semakin naik"...begitu ucap Yayan Permana yang sudah bergegas untuk pergi ke hutan...

"Rayi jangan lupa pamit dulu kepada ibunda mu"...begitulah Sang kakak mengingatkan kepadanya...

"Baik kakang aku pamit dulu ke ibunda, terus langsung pergi yah", sambil tersenyum Yayan Permana kepada sang kakak pergi meninggalkan nya...

"Hati-hati ya nak...ibunda selalu mendoakan mu, jangan dulu bawa bekal serta peralatan lainnya"...begitulah wanita setengah baya ini mengingatkan sambil mencium anaknya sebelum pergi...

"Baik ibunda, ananda pergi dulu sekarang, kakang...di rumah saja temani ibunda di sini"... setelah ibundanya berkata Yayan pun segera pamit meninggalkan mereka berdua di rumah...

"Dasar anak ini...pasti selalu bersemangat setiap mau pergi"...Siti Fahitah melihat anak bungsunya pergi sampai tidak kelihatan lagi tubuhnya yang menghilang di antara Pepohonan depan rumah mereka...

Sang kakak menghampiri ibundanya sambil berkata..."Emang anak itu periang sekali dan rajin, dia bersiap-siap untuk pergi mencari kayu bakar ke hutan"...Tetap saja aku sebagai kakak selalu khawatir padanya...sambil menghela nafas panjang sang kakak menatap ibunda yang sedang tersenyum kepadanya...

"Tenang aja Aman...kau tahu sendiri watak adikmu itu keras, kalau sudah punya keinginan pasti anak itu gigih tidak berubah dan pendiriannya susah di ubah, pasti kalau anak itu melakukan sesuatu harus begitu"..sang ibu teringat kepada mendiang ayahandanya sebelum beliau wafat 17 tahun yang silam..yang dimana ayahandanya dahulu adalah seorang pertapa sakti dari sebuah kerajaan Pajajaran semasa Prabu Siliwangi menjadi Raja di waktu itu...Eyang Permana Tunggal itulah sebutan ayahanda yang sangat di cintai nya...

Apalagi Eyang Permana Tunggal adalah salah satu mahaguru Prabu Siliwangi yang sangat terkenal di kerajaan Pajajaran tanah Pasundan ini...setelah Prabu Siliwangi "Ngahiyang" (sebutan bagi seseorang yang sudah manunggal, yaitu dimana kesaktian seseorang itu sudah bersatu dengan alam semesta, atau istilahnya menghilang bersama dengan alam beserta para punggawa setia yang menemaninya di kala itu).

Dan ayahandanya waktu semasa hidup pernah bercerita kepada putrinya..."Bahwa suatu saat nanti akan ada seseorang sakti dan mandraguna yang akan membawa tanah Pasundan ini berjaya seperti kepemimpinan Prabu Siliwangi di masa yang akan datang, dan pendekar itu akan membawa kemakmuran bagi rakyat dan memberikan kesejahteraan bagi negeri Pasundan ini, kesaktiannya bahkan bisa melebihi generasi sebelumnya dan menyebabkan pemuda itu adalah pendekar yang pilih tanding"... terngiang-ngiang ucapan Eyang Permana Tunggal di pikirannya saat ini yang cukup lama telah berlalu itu, seakan-akan ucapan beliau menusuk kalbu Siti Fahitah sehingga teringat selalu di saat ayahandanya menceritakan kejadian tersebut.

"Apakah pemuda yang di maksud ayahanda adalah putraku Yayan Permana ini?...entahlah hanya Dewata yang tahu"...Siti Fahitah bergumam pada diri nya sendiri... seolah-olah antara percaya atau tidak apa yang pernah ayahanda ucapkan di waktu itu...

"Ataukah itu adalah wasiat ayahanda yang di ucapkan kepadaku?...Jagad Dewa Batara...kalau memang itu adalah putraku nantinya, hamba hanya bisa mendoakan agar putra hamba bisa menjalaninya"...Siti Fahitah pun menengadahkan wajahnya yang setengah baya itu ke langit, seperti meminta jawaban yang belum terjawab sampai saat ini....

Kampung Cikarang adalah sebuah dusun kecil yang terdiri dari beberapa penduduk yang tidak terlalu banyak penduduknya, mungkin hanya belasan atau tidak sampai 17 kepala keluarga yang ada di sana.

Tapi kampung Cikarang ini adalah sebuah tempat yang sejuk yang berada di kaki Gunung Sungging yang terkenal dengan misterinya....

-ooo0ooo-