Azmya sudah mandi dan memakai gaun terbaiknya untuk malam ini. Dia melirik jam dinding sudah menunjukkan pukul 5 sore. Azmya pun bergegas meraih hand bagnya dan keluar kamar. Di ruang keluarga nampak Rafael sudah bercengkrama dengan Sena. Azmya tersenyum melihat keakraban mereka. Kadang Azmya membayangkan bagaimana kalau Sena menjadi ayahnya Rafael. Apakah Rafael akan bahagia mempunyai ayah seorang Sena. Dia mungkin bisa menjadi ayahnya Rafael. Tapi menjadikannya sebagai suaminya, Azmya belum berani membayangkannya sampai sana.
"Oppa sudah datang," ucap Azmya langsung duduk di samping Sena yang sedang memangku Rafael.
"Iya, maaf aku tadi ada urusan dulu harus video conference dengan para karyawanku di bandara. Makanya aku terlambat," sahut Sena memberikan senyuman khasnya. Ternyata Sena juga mempunyai lesung pipi. Azmya tahu dari dulu sebenarnya Sena memiliki sebuah kharisma unik yang akan membuat wanita jatuh hati padanya. Namun, Azmya tidak terlalu berani untuk melangkah jauh dari comfort zone nya menjadi kakak adik seperti ini.
"Tidak apa-apa Oppa, maaf kalau sudah bikin Oppa repot, jauh-jauh ke Tokyo untuk merayakan ulang tahun Rafael." Azmya merasa tak enak pada Sena.
"Santai saja, toh aku juga kangen sekali dengan Rafael," kata Sena membuat Azmya menjadi canggung.
"Mommy, kapan aku bisa panggil Sena ahjussi Daddy?" tanya Rafael polos membuat Azmya sedikit terkejut. Kenapa Rafael dapat berbicara tentang itu.
"Teman-teman Rafael di sekolah punya Mommy dan Daddy, kenapa aku cuma punya Mommy, bisakah aku memanggilnya Daddy?" sambung Rafael kembali. Azmya menjadi salah tingkah dengan pertanyaan itu. Sena hanya menjawabnya dengan tertawa kecil. Azmya melirik Sena yang tertawa itu.
"Rafael, kamu bisa panggil Daddy kok kalau kamu mau?" jawab Sena.
"Benarkah?"
"Ya, tentu saja, mulai sekarang kamu boleh panggil Daddy!" seru Sena membuat Azmya mencubit pinggang Sena.
"Aduuhh, apaan sih kok Mommy kamu malah nyubit Daddy!" protes Sena.
"Mommy stop it, Mommy jangan nyubit Sena Ahjussi, pokoknya Rafael mulai sekarang mau panggil Sena Ahjussi dengan Daddy. Boleh kan-?" tanya Rafael dengan muka polosnya. Azmya hanya memandang wajah Rafael dengan sedih. Entah kenapa hatinya terasa teriris kalau sudah membahas tentang ayah Rafael.
Sena kemudian mengenggam tangan Azmya dan memberinya kode kedipan mata, agar Azmya dapat mengizinkan permintaan anaknya itu. Azmya kemudian melihat wajah Sena sambil menggelengkan kepalanya pertanda dia tidak setuju.
"Haruskah kau rusak kebahagiaannya di hari ulang tahunnya ini?" bisik Sena ke telinga Azmya. Azmya pun pasrah. Dia pun akhirnya menyetujuinya.
"Asyiiik, akhirnya Rafael punya Daddy!" teriak Rafael loncat-loncat kegirangan membuat Sena tersenyum melihat kebahagiaannya. Tapi tidak dengan Azmya. Wajahnya penuh kecemasan. Sena pun menyadarinya kalau Azmya cemas dengan keadaan setelah ini. Dia pun memegang kedua tangan Azmya dan mencoba menguatkan hatinya.
"Dont be affraid, i just wanna see you happy. Nothing else more than that," ucap Sena pelan.
Azmya meneteskan kristal-kristal bening yang sudah tak tertahan di sudut matanya. Dia merasa kalau Sena terlalu dan terlampau baik. Dia seperti manusia berhati malaikat. Sejauh ini Sena yang sudah menguatkannya untuk melewati masa-masa sulit di hidupnya. Sena mengorbankan tenaga, waktu dan pikirannya untuknya dan tak memaksa Azmya untuk membalas perasaannya selama ini. Azmya merasa kalau dia semakin sulit untuk tidak memberinya balasan.
~ ~ ~ ~ ~ ~
Ternyata di restoran sudah ada Akira menunggu mereka datang. Akira secara khusus juga ingin merayakan hari ulang tahun Rafael yang keempat. Tentu saja Rafael semakin senang karena orang-orang terdekatnya hadir semua. Meskipun mereka hanya berempat, tapi suasana perayaan hari ulang tahun Rafael sangat meriah. Wajah Rafael nampak tidak berhenti tersenyum. Apalagi saat semua orang memberinya kado ulang tahun. Rafael nampak sangat antusias dan bahagia saat membuka hadiahnya.
"Wah ini kan action figure yang Rafael mau, terimakasih Bibi Akira," kata Rafael sesaat setelah membuka kado dari Akira kemudian mencium pipinya. Akira tertawa dan tersenyum puas melihat reaksi Rafael membuka kadonya.
Kemudian Rafael melanjutkan membuka kado dari Sena.
"Ini kan set rakitan pesawat luar angkasa yang Rafael suka, terimakasih Daddy," ucap Rafael
Tentu saja hal itu didengar jelas oleh Akira, saat Rafael memanggil Sena dengan Daddy. Kontan membuat Akira terkejut mendengarnya.
"Iya sama-sama sayang," sahut Sena.
Akira melihat wajah Azmya yang sedikit canggung. Cukup lama Akira memperhatikan wajah Azmya yang canggung itu. Akira hanya memandang sahabatnya dengan tatapan yang sedih. Akira mengingat Jun. Entahlah, dia merasa kalau Jun masih hidup. Akira merasakan kalau Azmya sebentar lagi akan goyah dengan ketulusan Sena.
"Nah, sekarang giliran kamu buka kado dari Mommy!" seru Azmya memberi Rafel sebuah kado.
Rafael nampak bersemangat membuka kado itu. Azmya juga penasaran sekaligus cemas akan isinya. Dia sudah menerima hadiah pesanannya itu dalam keadaan sudah terbungkus rapi. Jessica mengatakan kalau itu sebuah mainan edukasi terbaru dan canggih.
Rafael kemudian berhasil membukanya dan memekik kegirangan.
"Mommy ini kan Supersmart Toys!" Rafael kemudian memeluk Azmya pertanda dia sangat senang.
"Syukurlah, Jessica sudah tepat membeli hadiah," gumam Azmya dalam hati.
"Wah, sepertinya Rafael senang sekali ulang tahun kali ini," ucap Akira.
Terdengar suara nada dering ponsel Azmya. Kemudian Azmya meraih ponselnya yang dia simpan di tasnya. Ternyata sebuah video call dari mamihnya.
'Rafael, Grandma video call, sepertinya dia ingin mengucapkan selamat ulang tahun!" seru Azmya. Kemudian dia menarik tanda hijau ke atas. Azmya pun memposisikan ponselnya agar bisa menjangkau gambar mereka berempat.
"Rafael, selamat ulang tahun sayang!" terlihat gambar mamihnya di sana terlihat tersenyum melihat cucunya meski hanya denga video call. Azmya pun bahagia melihat mamihnya masih peduli dengannya dan juga Rafael.
"Grandma, where's Grandpa, i didnt see him?" tanya Rafael menanyakan kakeknya.
"Kakek sedang berada di luar kota, nanti kalau sudah tidak sibuk, dia pasti akan menghubungimu," jawab mamih.
Azmya terlihat sedih mendengarnya. Sudah lama dia tidak mengobrol dengan papihnya. Di samping kesibukan masing-masing, memang hubungan mereka sedikit merenggang karena dia hamil anak Jun. Sejak tahu kehamilannya, papih sudah tidak seperti dulu lagi. Azmya tahu papihnya pasti kecewa dengannya. Apalagi dia memutuskan menjadi single parent untuk Rafael tanpa menikah. Papihnya jarang bahkan bisa dikatakan tidak pernah menghubunginya lagi. Kecuali kalau mamihnya sengaja meneleponnya saat papih ada di rumah. Itu pun jarang sekali.
Azmya berusaha nampak tegar di depan semua. Dia tidak ingin ada satu orang pun tahu betapa dia merasa terasingkan oleh papihnya. Azmya tidak mau kelihatan lemah di depan Rafael. Dia tidak ingin Rafael merasa menjadi anak malang karena hanya mempunyai satu orangtua.
~ ~ ~ ~ ~
Saat jam makan siang tiba. Azmya masih berada di ruang kerjanya. Sampai-sampai Jessica sekretarisnya mengingatkannya kalau sudah jam makan siang.
"Kau pergilah saja duluan,aku masih harus memeriksa ini!" suruh Azmya.
"Apa mau saya bawakan makan siang Ibu ke sini?" tanya Jessica.
"Tidak usah, nanti aku menyusul ke kantin," jawab Azmya masih memandang dokumen yang berserakan di atas meja kerjanya.
"Baiklah kalau begitu, oh ya, tadi saya dapat telepon dari resepsionis kalau ada tamu untuk Ibu, katanya ponsel ibu tidak aktif, kalau tidak salah nama tamunya Senatriya Abigail" ungkap Jessica.
Azmya menghentikan gerakan membolak balik dokumen saat Jessica mengatakan siapa tamu itu. Kemudian memeriksa ponselnya yang dia letakkan di atas meja. Rupanyan baterei ponselnya mati.
"Oke, tolong sambungkan ke resepsionis kalau dia boleh masuk ke ruangan saya!" perintah Azmya.
"Baik bu."
Jessica kemudian keluar dari ruangan Azmya menghampiri mejanya yang terletak tak jauh dari pintu ruangan Azmya. Mengangkat gagang telepon dan menghubungi bagian resepsionis untuk menyampaikan pesan Azmya.
Sementara Azmya menjadi tidak konsen. Karena baru pertama kalinya ini Sena datang ke gedung kantornya. Dan tidak biasanya juga mau menemuinya di saat dia sedang bekerja. Pasti ada sesuatu yang penting.
Terdengar suara pintu dibuka. Nampaklah Sena masuk ke ruangannya. Azmya langsung menangkap wajah Sena yang sepertinya sedang gelisah.
"Ada apa oppa, kok tumben kamu mencariku ke sini?" tanya Azmya kemudian sambil mempersilahkan duduk di sofa yang tersedia di ruangannya. Sena pun menurut. Kemudian dia terlihat mengatur napasnya terlebih dahulu sebelum dia mulai bicara.
"Aku tadi dapat telepon dari Putri ...." Sena tidak meneruskan. Sedikit ragu di wajahnya terlihat.
"Putri kenapa Oppa?" tanya Azmya penasaran ada berita apa yang akan dia sampaikan.
Namun Azmya tidak mendengar Sena melanjutkan perkataannya. Azmya langsung berpikir apakah Putri dan Sena memiliki hubungan. Apakah Sena akan mengabarinya kalau dia sudah punya tambatan hati. Dan orang itu adalah Putri. Wajah Sena nampak menegang membuat Azmya semakin penasaran.
Bersambung...
Tinggalkan cinta dan dukungannya untuk Van dengan meninggalkan like, komen, dan vote.
Terimakasih