Jun melepaskan pelukannya. Kemudian menatap wajah Azmya yang basah karena menangis. Dia pun mengusap pipi Azmya. Hatinya bergetar saat menyentuh wajah itu. Sayang sekali, Azmya sudah milik orang lain. Ingin rasanya dia mengecup Azmya. Rasa rindu dan rasa ingin memiliki Azmya begitu menggebu di dadanya.
"Aku antar ke rumah sakit," ucap Azmya membuyarkan pikiran Jun.
"Tidak, aku tidak mau ke rumah sakit," jawab Jun.
"Jun, kamu terluka ...."
"Bukan tubuhku yang terluka, tapi hatiku," potong Jun membuat Azmya terdiam.
"Jun, maafin aku,"lirih Azmya.
Terdengar bunyi nada dering panggilan di ponsel Azmya di dalam mobil.
Azmya tidak menggubrisnya. Dia tetap menatap Jun menunggu jawaban permintaan maafnya.
Jun menatap Azmya dengan tatapan sedih. Dia ingin sekali membawa Azmya bersamanya. Sudah lama ia memimpikan itu, jalan berdua, tertawa dan bahagia bersama.
Azmya kemudian meraih tangan Jun. Jun melihat cincin bermata biru yang tersemat di jarinya. Amarah dan kesalnya dia melihat cincin itu. Harusnya di jari Azmya tersemat cincin darinya. Bukan cincin dari laki-laki lain.
Jun menepis tangan Azmya lagi. Dan berbalik berjalan pergi. Azmya menangis air matanya tumpah melihat Jun memperlakukannya seperti itu.
Jun terus berjalan tanpa melihat ke belakang. Dia juga menangis sedih karena pada kenyataannya Azmya sudah milik orang lain. Jun mengusap air matanya mencoba tegar dan terus berjalan meninggalkan Azmya di belakang.
Jun memegang dadanya yang terasa sesak. Baginya dunia terasa runtuh dan dirinya terbawa ke jurang yang dalam. Hatinya hampa dan rasanya dia ingin berteriak penuh kekesalan.
Tiba-tiba. Dia merasa tubuhnya tertahan. Sepasang tangan memegang pinggangnya. Dan Jun merasa ada sesuatu kenyal dan lembut menyentuh punggungnya.
Azmya memeluk Jun dari belakang. Dia menangis dan tak mau melepaskan pelukannya.
Jun merasa tubuhnya terbakar dipeluk seperti ini oleh Azmya. Jun pun mencoba membuka tangan Azmya agar bisa melepaskan pelukannya. Jun tidak mau Azmya membuatnya semakin tak rela melepasnya bersama Sena.
"A-aku-kangen sama kamu Jun," ucap Azmya lirih. Membuat hati Jun bergetar mendengarnya. Dia sedih mendengarnya. Dia juga rindu. Tapi rindu hanya sebatas rindu. Itu tak bernilai dan tak ada artinya sekarang.
"Kamu tak rindu aku Jun?" tanya Azmya menatapnya dengan berkaca-kaca.
Jun menatap mata Azmya yang berkaca-kaca terlihat begitu menggodanya untuk memeluknya.
"Sangat, I miss you so much in every single day." Jun menjawab dengan pelan dan pasti.
"Aku juga masih mencintaimu." Ucapan Jun nampak jelas dan tak ada keraguan.
Azmya menangis terisak-isak. Bahunya bergetar saat dia menangis. Sepertinya dia menyesali sesuatu.
Jun mengangkat dagu Azmya kemudian langsung mengecup bibir Azmya tanpa ampun. Dia mengecup bibir Azmya sambil meneteskan air mata. Sama seperti waktu sepuluh tahun yang lalu. Di tepi danau dia mengecup bibir Azmya untuk pertama kali nya dengan perasaan yang sama seperti saat ini. Sedih dan hancur.
Azmya memegang pinggang Jun saat mengecup bibirnya. Sudah lama dia nantikan ini. Berdua bersama Jun.
Azmya melupakan status dia yang menjadi tunangan orang. Dia begitu menginginkan ini semua dengan Jun. Dan Jun pun saat ini dia tidak peduli Azmya tunangan orang. Karena dia tahu sebenarny Azmya pun masih mencintainya.
Mereka perlahan menikmatinya. Mereka sekarang di mabuk gairah. Mereka lupa ada di mana. Jun menarik tubuh Azmya dan memeluknya lebih erat lagi. Keduanya begitu dekat dan erat. Sampai Azmya merasakan ada sesuatu yang bangun dan bergerak di bawah sana baru saja menyentaknya.
Membuat Azmya sedikit terkejut. Kemudian Jun membelai punggung Azmya yang terbuka karena model dress nya. Azmya mulai merasakan gairah saat Jun perlahan menurunkan ciumannya ke lehernya. Azmya merasakan sensasi yang membuat badannya bergelinjang aneh saat Jun mengisap dan mencumbui lehernya.
Saat Azmya menikmati itu semua. Jun menghentikan kecupannya. Azmya menundukkan kepalanya karena malu. Jun kemudian menuntun Azmya untuk pergi ke mobil.
Jun menggenggam tangan Azmya. Keduanya enggan berbicara. Hanya jantung mereka yang saling berdetak kencang karena tadi itu membuat adrenalin mereka meningkat.
Sampai di pintu mobil. Mereka masih tidak mau bersuara. Azmya tertunduk malu. Jun melihatnya malah membuat dirinya semakin tak bisa mengendalikan diri.
Jun pun naik ke mobil. Azmya melihat Jun memberi kode agar dia segera masuk ke dalam mobil.
Azmya pun mengikutinya. Dia naik ke mobilnya. Hanya saja sekarang dia berada di kursi penumpang Jun di belakang setir. Baru saja Azmya duduk dan menutup pintu. Jun kembali mendaratkan ciumannya di bibir Azmya. Dia tidak bisa menahan gairah. Azmya pun sama. Jun merasakan celananya semakin sesak. Tangannya mulai membelai paha Azmya yang putih mulus. Jun leluasa membelai paha itu dan mulai nakal menjalar ke bagian paha atas dan selangka Azmya.
Ciuman Jun dan Azmya semakin panas dan dibakar gairah. Ketika jari Jun sudah sampai di balik penghalang area sensitif Azmya. Azmya kaget dan menghentikan kecupan Jun. Dia belum merasakan pengalaman ini. Azmya meringis campur nikmat yang belum dia rasakan. Azmya menggigit bibir nya yang sensual saat Jun mencoba menerobos area sensitifnya dengan jarinya. Tak tahan dia pun mengeluarkan suara desahan. Membuat Jun tambah bergairah dan celananya semakin ketat dan sesak.
"Kita ke hotel!" ajak Jun dengan bersuara lirih melepaskan tangannya dari balik dress Azmya.
Azmya menatap Jun tidak percaya namun dia mengangguk pelan pertanda setuju ajakannya.
Suara telepon kembali berdering. Ponsel Azmya yang dia letakkan di atas dashboard mobil terpampang di layar ponselnya , Sena calling.
Jun melihat itu. Kemudian Azmya meraih ponsel itu dan menjawabnya.
"Kamu dimana?" tanya Sena. Terdengar suara kecemasan di sana.
"Aku di jalan Oppa, anterin Akira pulang ke Jakarta," jawab Azmya berbohong.
Jun melotot saat Azmya memanggil Sena "Oppa".
"Benarkah, kamu tidak menyembunyikan sesuatu kan?" tanya Sena.
"Tidak Om, eh Oppa, nanti aku kabarin lagi ya. Ponselnya baterai nya habis dan aku tidak bawa charger nya," jawab Azmya beralasan.
"Padahal kalau tahu, aku pasti ikut mengantarnya."
"Iya oppa, tidak apa-apa, sudah dulu ya."
"Oke, hati-hati sayang, i love you," kata Sena.
Jun yang mendengar itu merasa cemburu. Kemudian dia jahil memegang paha Azmya dan memasukkan kembali tangannya ke dalam balik dress nya itu. Azmya spontan mendesah. Dan membuat Sena bertanya.
"Kenapa sayang, kamu sakit, tidak enak badan?" tanya Sena.
Mendengar kemesraan Sena itu, Jun pun kembali jahil dengan berpindah ke atas perut Azmya dan menggelitiknya.
Azmya berusaha tidak membuat suara-suara aneh supaya Sena tidak curiga.
"Aku cuma flu aja, ya sudah aku tutup dulu Oppa..."
"Tunggu dulu kamu belum jawab i love you too," protes Sena. Azmya bingung menjawabnya di depan Jun.
Azmya tak kunjung jawab. Dia menatap wajah Jun yang sedih campur marah.
" I love you," jawab Azmya langsung menutup telepon.
Jun mengambek. Dan melepaskan semua tangannya yang sempat bergerilya di tubuh Azmya.
"I love you tadi buat mu Jun." Azmya menjelaskan. Jun pun terkejut mendengar pengakuan Azmya.
"I love you," ucap Azmya sekali lagi.
Jun merasa hatinya bermekaran lagi setelah layu barusan.
Azmya pun mengecup pipi Jun dengan lembut. Kemudian berbisik nakal, " Ayo kita ke hotel."
Jun pun langsung menyalakan mobil kemudian melajukannya ke arah jalan tempat hotelnya menginap.
Azmya menyandarkan kepalanya di bahu Jun. Dia mendengar jantung Jun berdetak kencang. Azmya tersenyum. Jantungnya pun sama sedang berdetak kencang. Jun mengemudikan mobilnya dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya sibuk menggenggam tangan Azmya.
Dua orang itu tak sabar ingin segera menyatukan cinta mereka.
****
Mereka tiba di kamar hotel Jun. Kedua insan yang sedang di mabuk gairah itu langsung meneruskan apa yang tadi mereka di lakukan di luar.
Azmya menciumi Jun. Kali ini dia lebih agresif membuat Jun sangat gemas dan tambah bergairah.
"Sayang, ahh ... tung-gu," ucap Jun menghentikan Azmya.
Jun meraih jari Azmya. Kemudian dia melepas cincin bermata biru itu di jari Azmya. Azmya terkejut dengan aksi Jun itu. Namun dia membiarkannya. Jun meletakkan cincin itu di nakas samping ranjang.
"Mulai sekarang kamu selingkuh," ucap Jun.
Azmya shock mendengarnya.
"Kamu selingkuh, apa kamu keberatan?" tanya Jun.
Azmya menggeleng.
"Aku mencintaimu, dan aku akan mencari cara untuk membatalkan rencana pernikahanku," jawab Azmya.
Jun tersenyum puas.
"Kalau begitu, kamu milikku seutuhnya?" tanya Jun ingin kepastian.
"Tentu saja, aku milikmu malam ini dan selamanya," jawab Azmya begitu menggodanya.
"Kamu pernah melakukan sex sebelumnya?" tanya Jun menyelidiki.
Azmya kaget mendengarnya. Dia langsung ingat kejadian tempo kemarin. Dia memohon mohon pada Sena untuk melakukan hubungan sex. Tapi Sena menolaknya. Mengingat itu Azmya malu mengakuinya kalau dia sempat akan berbuat itu.
Karena Azmya tak segera menjawab. Jun pun melanjutkan perkataannya.
"Tak apa kalau sudah, aku tetap mencintaimu, aku juga dulu pernah membuat kesalahan sekali dengan Hyo Jin. Tapi itu pun aku tidak sadar. Entah aku melakukannya atau tidak. Tapi aku anggap aku sudah melakukan itu. Kau tahu seberapa menyesalnya aku waktu itu. Aku merasa bersalah padamu," cerita Jun padanya.
"Aku belum pernah Jun," kata Azmya.
"Kau tahu gara-gara aku liat kau berciuman dengan Febri, aku marah dan hampir saja melakukannya bersama Sena," aku Azmya.
"Apa, aku- aku sama Febri tak ada hubungan apa-apa, cuma teman dan aku juga kaget Febri tiba-tiba menciumku,"
"Sudahlah, jangan dibahas lagi," ucap Azmya merasa kesal.
Jun kemudian menarik tangan Azmya dan menuntunnya ke tepi ranjang dan mendudukannya di ranjang. Jun berlutut di depan Azmya. Wajah Azmya tampak merah merona saat Jun duduk di depannya.
Tatapan Jun begitu sendu. Wajahnya tampan dan dia tersenyum. Azmya jatuh cinta dengan senyumannya itu. Lesung pipi itu membuatnya tergila-gila. Tangan Jun mulai merayap ke dalam dress Azmya sambil terus menatap Azmya. Perlahan tangannya sudah menurunkan penghalang area sensitif Azmya.
Azmya merasakan darahnya berdesir saat jemari Jun kemudian merayap lagi ke dalam balik dress Azmya. Mengusap-usap area sensitifnya yang masih sempit belum terjamah. Jun tahu itu dan merasakannya. Kalau Azmya tidak berbohong.
Sementara Jun memainkan jemarinya. Azmya memejamkan matanya menikmati sensasi itu. Tidak cukup dengan itu Jun mengecup setiap inci paha dan selangka Azmya. Ada lima menit dia melakukan itu.
Jun kemudian berhenti. Kemudian berdiri membuka kancing kemejanya satu persatu. Azmya deg-degan menunggu Jun melepaskan bajunya.
Nampak tubuh bagian atas Jun penuh dengan otot perut yang rata. Azmya melihat beberapa memar di tubuh Jun bekas pukulan tadi. Meringis Azmya melihat memar itu.
Jun puas dapat memamerkan tubuhnya pada Azmya. Selama ini giat berlatih fisik agar dapat bentuk badan sempurna hanya untuk Azmya. Hanya saja ada sedikit memar yang membuat badannya sedikit cacat.
Azmya kemudian berdiri dan menyentuh badan Jun yang bagus itu. Kemudian dia mengecup setiap memar di tubuh Jun. Membuat pusakanya semakin protes ingin segera bebas dari celananya.
Jun menarik dress Azmya ke atas dan mengangkat kedua tangan Azmya untuk melepaskan dress nya yang menghalangi gairahnya.
Sehingga tampaklah tubuh Azmya polos hanya ada satu barang masih tersisa menutupi dua gunung kembarnya. Membuat mata Jun semakin lebar.
Azmya menutupi area sensitif bawahnya yang sudah tak ada penghalang itu. Jun tersenyum dan terlihat semakin bergairah. Melihat Jun tersenyum Azmya pun malu. Karena Jun sudah melihat tubuhnya. Sementara dia hanya melihat sebagian tubuhnya saja.
Lalu....
Jun mendorong Azmya dengan tubuhnya sampai akhirnya keduanya pun terjatuh di kasur. Keduanya di mabuk gairah yang tak bisa dihentikan. Karena sudah beberapa tahun memendam gairah ini.
Kedua tubuh polos itu pun menyatu seiring dan seirama dengan desahan dan napas mereka. Cincin bermata biru di atas nakas menjadi salah satu saksi bisu melihat dua manusia itu sedang memecahkan celengan rindu yang sudah beberapa tahun di tabung dengan penuh cerita sedih pilu dan luka.
Mereka kini saling memiliki setiap inci dari tubuh mereka masing-masing. Jun lupa kalau Azmya itu tunangan orang. Tapi Azmya sudah menjadi orang yang pertama membuatnya menikmati puncak surga dunia. Tentunya secara sadar dan ingat. Bahkan dia tidak ingat apakah bersama Hyo Jin dulu dia merasakan sensasi ini.
Azmya merasa area sensitifnya sakit karena ini baru pertama kalinya. Sesekali dia menjerit kesakitan. Namun Jun mencoba menenangkannya dengan memegang tangan Azmya dan mengecup tangan Azmya. Dia melihat tubuh polos Azmya sudah penuh dengan stempel kepemilikannya.
Jun merasa bahagia menatap penuh cinta pada Azmya yang juga menatapnya sambil menahan sakit akibat gerakan pinggul Jun yang semakin cepat. Azmya mengerang begitu juga dengan Jun. Jun semakin mempercepat gerakannya. Azmya menjerit sementara Jun mencoba melakukan yang terbaik untuk membuat malam ini mereka berdua tidak ada rasa penyesalan.
Jun memeluk Azmya kelelahan. Azmya menyentuh punggung Jun yang masih di atas tubuhnya sementara itu rudalnya masih menyelesaikan laporan akhirnya di dalam. Azmya membalikkan badan Jun ke arah samping dan berpindah posisi. Azmya duduk di atas Jun sambil menatap wajah Jun yang lelah.
Azmya menatap wajah Jun yang sangat dia cintai. Akhirnya malam ini mereka menyatukan cinta mereka selama sekian tahun.
"I love you Jun," ucap Azmya pelan.
"I love you too sayangku," jawab Jun membelai rambut Azmya. Dan memegang dan mengusap kembali dua gunung kembar Azmya.
Azmya tertawa geli. Jun gemas melihat Azmya yang tertawa kemudian menjangkau tubuh Azmya menariknya dan memeluknya.
"Aku pengen tidur sambil meluk begini, rasanya kalau aku mati pun sekarang aku akan bahagia," ucap Jun.
"Jangan mati, hiduplah, aku tak mau hidup tanpa kamu, Jun," ucap Azmya.
"Kalau kamu yang menyuruh, kalaupun aku mati aku akan hidup lagi," gombal Jum sambil mencubit pipi Azmya.
Azmya tersenyum mendengarnya. Dan kemudian karena kelelahan Azmya pun tertidur.
Jun pun tersenyum kalau Azmya memang penyakit sleeping beauty nya kumat lagi. Jun membelai pipi Azmya dengan lembut.
Dia sadar kalau tadi dia sudah berhubungan badan dengan Azmya tanpa pelindung. Apakah nanti Azmya bisa hamil. Karena dia tadi ... Ah.. sudahlah...Dia lelah juga dan tertidur.
***Continued