Azmya melajukan mobilnya menyusuri kota Bandung. Kalau dia tidak salah dengar. Akira mengatakan mereka berdua ada di sebuah taman Balai Kota.
Sepanjang jalan Azmya berusaha untuk menguatkan hatinya. Dia harus menemui Jun sebelum dia memulai lembaran baru nya dengan Sena. Dia harus menyelesaikan perasaannya dan kisahnya bersama Jun dengan begitu semua akan berjalan baik-baik saja setelah mereka mentuntaskan segala kesalahpahaman antara mereka berdua. Agar kesalahpahaman antara mereka tidak menjadi duri buat mereka.
Azmya menyusuri sepanjang jalan mencoba mencari Jun. Dia hampir sampai di Taman Balai Kota Bandung. Tapi dia belum menemukan Jun maupun Akira.
Azmya kemudian menghentikan mobilnya di pinggir jalan trotoar dekat pintu masuk ke taman itu. Dan turun dari mobilnya.
Azmya sambil setengah berlari mencari dan berkeliling di setiap sudut taman itu. Berharap Jun masih berada tak jauh dari taman itu.
Kemudian sebuah pesan chat masuk.
Dari Akira.
Aku langsung pulang ke Jakarta. Maaf ada sedikit trouble dengan persiapan event besok. Aku sekarang di taksi. Kalau kamu mau menghubungi Jun aku berikan nomor ponselnya.
Azmya pun langsung menghubungi nomor ponsel yang diberi Akira. Terhubung namun tidak di angkat. Azmya berusaha menelepon sambil terus berjalan mencari Jun. Di taman itu sudah mulai sepi namun masih ada beberapa orang yang bertahan di sana sekedar menikmati angin malam di kota Bandung.
Sudah hampir lima belas menit Azmya memutari taman itu, namun dia tidak menemukan Jun. Azmya pun kembali ke mobilnya. Dia merasa sedih karena tidak menemukan Jun. Ponselnya pun ditelpon tidak diangkat.
Azmya pun mengemudikan mobilnya untuk kembali pulang. Dia melihat layar jam digital di mobilnya yang sudah menunjukkan jam sebelas malam. Kemanakah Jun pergi. Apakah dia juga sudah pulang ke Jakarta atau dia menginap di salah satu hotel di sini.
Jalanan sudah agak sepi. Azmya masih mencoba menelepon Jun dan berharap kalau melihat Jun di jalan.
Sampai di jalan yang sepi nampak sebuah mobil berjenis jeep tampak menepi di bahu jalan. Azmya melihat keributan di depan mobil yang berhenti itu ada lima orang sedang mengeroyok satu orang yang tidak bisa mengimbangi kekuatan mereka. Berusaha menangkis dan menghindari pukulan mereka. Awalnya Azmya hendak menelepon polisi untuk melaporkan. Tetapi dia melihat orang yang dikeroyok itu adalah orang yang dari tadi dia cari-cari. Azmya urung menelepon dan segera menepikan mobilnya. Lalu buru-buru Azmya menghampiri mereka.
"Hei, apa yang kalian lakukan!" teriak Azmya tanpa takut.
"Azmya," lirih Jun. Kedua tangannya sedang di pegang beberapa orang. Wajahnya nampak babak belur. Sudut bibir nya sudah banyak darah.
"Loe jangan ikut campur ya, kalau nggak kamu bisa-bisa kami kerjain juga!"seru satu orang yang berwajah seram. Tampangnya seperti preman pasar.
"Aku sudah telepon polisi, sebentar lagi juga mereka akan datang!" ancam Azmya.
"Paling juga dia bohong," kata seorang lagi yang lain.
"Dasar kalian tolol, buru tangkap juga cewek itu!" teriak satu orang lagi sepertinya dia adalah pemimpinnya.
Azmya waspada dan melihat pergerakan mereka yang mulai mendekatinya. Azmya melepas high heels nya dan bersiap mereka akan mencoba menyentuhnya.
Mereka tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa. Pertama dua orang mencoba menangkap Azmya. Tapi dengan gesit Azmya menghindar dan dengan beberapa pukulan yang efektif dia berhasil membuat dua orang sekaligus jatuh ke tanah.
Melihat kedua rekannya yang tersungkur. Dua orang yang sedang memegang Jun tadi mau tidak mau turun tangan juga. Namun karena melihat dua orang temannya yang tadi, dua orang itu pun sadar kalau Azmya bisa ilmu bela diri.
"Siapa kalian yang berani ngeroyok dia! Mau kalian apa, hah?" teriak Azmya marah.
"Banyak nanya, ayo kita buru ringkus dia juga!"ucap si wajah seram lalu mencoba menangkap Azmya. Tapi Azmya sudah lebih dulu bersiap. Dia mengelitkan tubuhnya kemudian memutar badannya sambil menarik tangan orang itu dan menendang lututnya sampai dia roboh. Sementara satu orang lagi mencoba menangkap Azmya dari belakang. Dia berhasil meraih badan Azmya dan mengunci kedua tangan Azmya. Azmya berusaha melepaskan cengkraman itu. Dia kemudian mengbungkukkan badannya lalu dengan sekuat tenaga kepalanya dia benturkan ke belakang mengenai kepala orang itu sehingga dia kesakitan dan di saat itu lah Azmya memberikan pukulan telaknya ke arah tulang rusuknya. Dia pun mengerang kesakitan.
Empat orang sudah terkapar tak berdaya di tanah. Satu orang itu tampak ketakutan dan meraih ponselnya mencoba menghubungi seseorang.
Dengan napas yang belum beraturan karena Azmya telah melalui pertarungan yang melelahkan dia menghampiri Jun yang tergeletak di jalan.
Beberapa kendaraan yang lewat mulai menepi dan mencari tahu apa yang sedang terjadi.
"Jun, Jun... kamu bisa dengar aku?" seru Azmya panik melihat Jun tergeletak namun matanya masih terbuka. Jun mengangguk lemah. Azmya kemudian berusaha membangunkannya.Pelan pelan Azmya membantu Jun untuk duduk.
"Siapa mereka, kenapa mereka bikin kamu kayak gini?" tanya Azmya sambil meneteskan air mata. Dia mencoba memegang wajah Jun yang memar, hidung dan mulutnya berdarah.
"Kenapa kamu bisa disini?" tanya Jun tak percaya Azmya menyelamatkannya. LAGI.
"Itu gak penting, kenapa kamu bisa berurusan dengan mereka. Siapa mereka?" tanya Azmya.
Beberapa orang dan kendaraan pun mulai berhenti mencoba membantu. Azmya melihat satu orang itu berhasil kabur. Sementara empat orang itu berhasil di amankan beberapa orang yang ikut membantu.
"Teh aya naon ieu (Kak ada apa ini)?" tanya beberapa bapak- bapak yang berdatangan.
"Begal pak sepertinya," jawab Azmya.
"Waduuh, ayo buru atuh telepon polisi!" seru satu orang berinisiatif.
"Bapak-bapak saya minta tolong bawa teman saya ini ke mobil. Saya mau bawa ke rumah sakit!" pinta Azmya meminta bantuan.
Mereka pun segera membopong Jun ke dalam mobil Azmya.
"Pak saya harus segera bawa dia ke rumah sakit, tolong saya orang-orang itu harus dibawa polisi."
"Baik teh, sok geuwat bawa ka rumah sakit bisi kumaha onam si aa na ( Baik kak, cepat bawa ke rumah sakit takut terjadi sesuatu sama si kakaknya)!" jawab mereka.
"Terima kasih pak," jawab Azmya mulai menyalakan mobilnya.
"Teh ... Teh... Ini bawa sepatunya teteh!" seseorang membawa sepatunya yang tadi dia lepas.
Azmya pun mengambilnya dan berterima kasih. Lalu dia pun melajukan mobilnya untuk membawa Jun ke rumah sakit.
Azmya melihat Jun terbatuk batuk membuat Azmya semakin panik.
"Bertahanlah, aku akan membawamu ke rumah sakit," kata Azmya sambil tetap fokus menyetir. Dia melihat Jun memegang dadanya sambil mencoba duduk yang benar.
Jun melihat ke arah Azmya yang sedang menyetir. Kemudian dia melihat dress Azmya sobek sampai ke pangkal pahanya yang putih mulus. Membuat Jun bersalah. Azmya pasti tidak menyadari kalau dress nya sobek dan membuat sedikit paha Azmya terlihat dan terbuka. Jun perlahan mencoba melepaskan jas nya dengan bersusah payah karena badannya terasa remuk.
"Ka-kamu mau apa?" tanya Azmya melihat Jun bergerak membuka jasnya. Dia kuatir karena Jun terluka.
Jun tidak menjawab malah mengalihkan pandangannya ke arah jendela setelah menutup paha Azmya yang terbuka dengan jasnya.
"Ooh," ucap Azmya menyadari maksud Jun.
"Terimakasih Jun."
"Harusnya aku yang berterimakasih. Entah untuk kesekian kalinya kamu menolongku," kata Jun menatap Azmya yang sedang menyetir.
"Kamu sering menolongku, dan aku malah sering melukaimu," lirih Jun dengan nada menyesal.
Azmya tidak mampu menjawab. Ucapan Jun memang benar.
"Maafin aku kalau selama ini sudah membuat mu menderita dan terluka, dan terimakasih juga kau sudah mencintaiku selama ini. Aku harap kamu bisa bahagia dengannya," ucap Jun.
"Antarkan aku ke hotel Horison saja, tidak usah ke rumah sakit aku tidak apa-apa," pinta Jun.
"Tapi kamu terluka, kita harus cek luka kamu. Takutnya ada luka di dalam!" seru Azmya.
"Aku baik-baik saja, sungguh, aku hanya terluka sedikit saja," jawab Jun mencoba meyakinkan Azmya.
"Mereka itu siapa, kok tiba tiba nyerang kamu begitu?" tanya Azmya penasaran.
"Mereka tiba-tiba nyegat aku, dan mencoba membawaku, aku melawan. Entahlah siapa mereka aku nggak tahu. Mungkin mereka cuma perampok."
"Kamu tadi jalan kaki?" tanya Azmya.
"Iya."
"Dari taman sampai tempat tadi?"tanya Azmya.
"Iya, entah kenapa aku juga tidak sadar. Tadi aku melamun."
"Terus aku coba telepon kamu, kamu nggak angkat?" tanya Azmya kesal.
"Kamu telpon aku, kenapa? Jangan-jangan kamu nyariin aku?" tanya Jun sambil menatap Azmya tak percaya.
"Kamu tidak jawab pertanyaanku tadi, kenapa kamu tidak jawab teleponku?" tanya Azmya sekali lagi.
"Ponselku aku mode silent. Kenapa kamu menelepon dan mencari ku?" tanya Jun penuh selidik.
Azmya tak langsung menjawab. Dia berpura-pura fokus menyetir.
"Berhentilah, turunkan aku di depan!" pinta Jun membuat Azmya kaget. Kenapa Jun minta diturunkan.
"Aku bilang berhenti Azmi!" teriak Jun membuat Azmya kaget dan buru-buru menepikan mobilnya. Mereka sekarang berada di kawasan Dago.
Setelah mobil berhenti. Jun kemudian hendak membuka pintu mobil untuk turun. Azmya buru-buru mencegah Jun turun.
"Please kenapa kamu mau turun?" cegah Azmya menahan tangan Jun. Tapi Jun menepis tangan Azmya dengan kasar.
"Aku tidak mau bertemu kamu lagi!" jawab Jun tegas.
"Jun, kamu mau kemana, aku akan antar kamu ke hotel kamu menginap," tukas Azmya mencoba menahan gerak Jun yang akan turun dari mobilnya.
"Tidak usah, aku bisa naik taksi dari sini!" Jun tetap berisikeras untuk turun.
"Apa kamu membenciku, sampai kamu tidak mau aku antar?" tanya Azmya sedih.
"Bukan karena aku membencimu."
"Lantas kenapa?"
"A-aku, aku tak ma-mau kamu melihatku menyedihkan seperti ini lagi."
Azmya merasa dirinya sudah membuat Jun bersedih. Apa yang harus dia lakukan sekarang.
Kemudian Jun turun dari mobil sambil tertatih. Azmya pun turun dari mobilnya dan menyusul Jun. Kemudian menghadangnya di depan Jun. Jun melihat Azmya tak menutupi bagian tubuhnya yang terbuka tadi karena jas yang tadi menutupina tertinggal di mobil. Jun melihat kiri kanan mereka. Sudah tak banyak orang yang berlalu lalang. Jadi tidak ada yang melihatnya.
"Kembali lah ke mobil dan pulang, apa kamu tidak sadar paha kamu keliatan. Aku tidak mau kamu malu," kata Jun mencoba memandang arah lain dia tidak mau melihat wajah Azmya. Dia sungguh rindu tatapan Azmya itu. Tapi dia sadar Azmya sudah tunangan orang lain.
"Jun ... " Azmya selangkah maju ke hadapan Jun. Jun pun mundur selangkah. Andai saja Azmya melangkah lagi. Dia tidak akan bisa menahannya lagi. Segala kerinduannya.
"A-aku... " Azmya tak kuasa sedih melihat Jun malah mundur dan sepertinya dia juga tidak mau melihatnya. Dia tidak mau Jun mengabaikannya seperti ini dia pun melangkah lebih mendekat lagi.
Jun menyadari kalau Azmya malah mendekatinya. Dan Jun pun tahu dia tidak bisa lagi menahannya. Saat Azmya perlahan mendekatinya Jun pun menarik tubuh Azmya dan langsung mendekapnya dengan segala rasa rindunya selama ini.
"Jun."
"Azmya."
Mereka pun menangis dan meluapkan perasaan rindu mereka dengan air mata yang tak terbendung.
****
Jauh dari tempat Azmya dan Jun berada. Satu orang yang berhasil kabur tadi sedang bersama dengan tiga orang. Dua orang itu bermata sipit dan nampak tato naga di lehernya. Sementara satu orang lagi sedang marah-marah pada orang itu.
"Guoblok sia, tah newak jelema hiji geh teu becus. Pake acara kapergok ku warga sagala ( Goblok kamu, suruh nangkap satu orang saja tidak becus. Pakai acara kepergok sama warga segala)," teriak orang itu marah besar.
"Punten bos Jefri, aya awewe geulis bisa gelut. Jadi we gagal." ( Maaf bos Jefri. Ada perempuan cantik bisa berantem. Jadi gagal)
"Apa maneh (kamu) bilang?"
"Awewe geulis bisa karate bos Jef," jawab orang itu membuat orang yang dipanggil Bos Jefri pun mengernyitkan dahinya.
Jefri, bos preman yang menyerang Jun tadi sedikit terkejut dan dia jadi mengingat satu orang perempuan yang sampai saat tidak bisa dia lupakan. Sepuluh tahun yang lalu.
**Bersambung