"woy Tan!". teriak Nina, teman sekampus ku, tepat disebelah telingaku.
aku menarik nafas kesal sambil melirik tajam ke arahnya. Nina yang mengerti kalau aku sedang tidak bisa diganggu hanya nyengir saja.
"eh, lu dapet mimpi lagi?". tanya Dina padaku ketika melihat selembar kertas yang berada di pangkuanku.
aku menganggukan kepalaku sambil menatap ke arah kertas itu.
"gue sebel, kenapa semenjak gue lulus SMA gue selalu aja dapet potongan-potongan mimpi tentang laki-laki ini? padahal gue nggak pernah tau siapa dia? dimana dia? dan kenapa dia?". ocehku dengan nada sebal.
itulah kebiasaan atau keistimewaan atau entahlah apa itu dariku semenjak aku lulus SMA hingga 2 tahun terakhir ini Aku selalu bermimpi tentang seorang laki-laki yang aku tidak tahu siapa dia. Dalam mimpiku laki-laki itu menggunakan pakaian kerajaan zaman dulu, dia mencintai seorang gadis hingga kejadian tragis memisahkan mereka. Kisah cinta mereka ditentang karena perbedaan kasta, sang wanita harus mati karena si laki-laki, yang mungkin dia adalah seorang pangeran, harus menikahi gadis lain. sehingga membuat wanita ini putus asa dalam kehidupannya. Akhirnya dia pergi ke dalam hutan dan bunuh diri di sana sedangkan si laki-laki, setelah menikah dia kabur dari kerajaan. dia pergi ke dalam hutan dan aku tidak tahu kelanjutannya.
"Lo nggak pengen cari tau siapa dia?". tanya Nina padaku.
aku memang sempatingin mencari tahu sebenarnya apa maksud dari mimpiku kenapa mi itu hadir dalam kehidupanku? dan apa hubungannya dengan kehidupan ku? Namun, Aku tak mau cari susah.
"nggak ah, mikirin tugas kuliah aja udah susah. Lha ini mau nyari mimpi". jawabku pada Nina.
"gini ya Tan, mungkin aja dengan Lo nyari tau maksud dan tujuan mimpi lo, Lo bisa terbebas dari tuh mimpi". jelas Nina padaku, nih anak kadang ada masuk akalnya juga omongannya.
"ya masuk akal juga sih". ucapku dengan nda sedikit ragu. "tapi gimana nyarinya? gini ya, gue mimpinya aja hanya sepotong-sepotong dan itupun nggak pernah urut satu sama lain"
"lha kalau urut Lo kira sinetron bersambung gitu. itulah tantangan tersendiri buat kita".
"iya juga sih"
"gimana? kita mulai sekarang?". ajak Nina dengan wajah sumringah. Emang, kalau urusan teka-teki begini dia paling depan.
"gua mau masuk kelas dulu. Lo aja nyari sendiri, gue ngikut ntar aja". Jawabku pada Nina sambil berjalan menuju kelas melukis.
aku mengambil jurusan seni di kampus. itulah mengapa aku sering sekali menuangkan apa yang terlintas dalam otakku ke dalam coretan di atas kertas, mimpiku ini misalnya. namun, aku tidak pernah bisa menyelesaikan sebuah gambar yang melukiskan laki-laki dalam mimpiku. aku selalu lupa bagaimana bentuk wajahnya ketika terbangun dari tidurku.