Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Unfair Moana

Rin_seruni
--
chs / week
--
NOT RATINGS
4.1k
Views
Synopsis
Moana jang adalah gadis yang tangguh, ia tegar, dan kuat. Tak pernah menangis kecuali saat bayi. Moana ingin diperlakukan sama seperti Yoana kakak perempuannya. sebab itu, Moana selalu berusaha sesempurna Yoana. Yoana adalah panutan, Yoana berkelas, Yoana jenius, Yoana cantik dan elegan, Yoana dingin dan perfeksionis, Yoana diam dan serius. Moana iri, Moana ingin seperti Yoana. Moana berusaha sekeras mungkin untuk setara dengan Yoana agar orang tuanya memperlakukannya sama dengan Yoana, agar orang tuanya bangga padanya seperti bangga pada Yoana, agar orang tuanya sayang padanya sesayang pada Yoana. sampai suatu ketika Moana bersedia melakukan perintah ayahnya untuk berbuat buruk hingga berakhir mengorbankan dirinya sendiri masuk ke dalam jeruji besi. Tapi Moana malah ditinggalkan, ia dibuang. sampai suatu ketika ia menemukan seorang pria yang sama sama sama membuat surga bagi pencipta nerakanya. Kim Jungkook. Ia memeluk pria itu seperti ia mendekap dirinya sendiri. genre: Fan Fiction. latar tempat:Korea selatan sudut padang orang pertama. Main cast: Moana dibuat tanggal 28 maret 2020 ©Seruni_Rin

Table of contents

Latest Update1
PROLOG4 years ago
VIEW MORE

Chapter 1 - PROLOG

Pendahuluan:

Fan fiksi ini saya buat murni dari otak saya sendiri. Untuk itu, dilarang keras mengkopi, menyalin, mengambil dan mencuri bagian apapun dari cerita ini, terutama ide cerita. Berkaryalah dengan otak sendiri. Mengenai keseluruhan karakter tokoh dalam cerita sengaja dibuat berbeda dari aslinya untuk mendukung jalan cerita.

Terimakasih, salam hangat

Rin

—————

Genre: Fan Fiksi, Drama

Sudut pandang orang pertama.

Mian cast: Moana Jang

Tokoh protagonis: Moana Jang & Kim Jungkook

Tokoh antagonis  : Kim Taehyung, Yoana Jang

Tokoh firguran      : Jang Anhbin, Josh Belle

latar tempat, Korea selatan.

Diperuntukkan untuk fanbase bts dan umum.

——————

Unfair

Aku baru saja keluar dari penjara. Kini aku sedang berjalan sendirian setelah sipir wanita meninggalkanku di depan pintu gerbang. Tidak ada yang menjemputku seperti mantan nara pidana lain yang dibawa pulang oleh keluarga mereka dengan rasa syukur.

Hanya angin berdebu siang hari yang menyambutku, mungkin mereka tertawa. Membawa anak-anak rambutku yang pendek berbau apek sel tahanan untuk terbang menggeliat. Semula rambutku tak sependek ini, potang model bob Korea atas bahu, hasil krya sipir penjara yang jadi ahli penata rambut asal-asalan. Iya, dua tahun lalu sebelum aku masuk ke tempat terkutuk bau anyir itu rambutku panjang terawat. Berbau wangi dan bercahaya. Seperti gadis-gadis superior pada umumnya.

Benar! Pada hakikatnya aku adalah gadis berkelas berbudi baik. Bukan berandal anti sosial yang gemar melakukan anarkisme. Aku gadis baik-baik dari keluarga terhormat.

Moana Jang adalah namaku. Ayahku bermarga Jang dan ibuku berdarah Brazil asli. Begitulah, aku terlahir berdarah campuran Korea dan Brazil, sama halnya dengan kakakku satu-satunya. Namanya Yoana Jang. Dia gadis yang hebat. Dia sempurna. Yoana mewarisi gen ibu lebih banyak. Wajah mereka mirip. Visualnya mirip orang Amerika, rambutnya pirang asli, hidungnya runcing berbentuk sempurna, matanya lebar beriris abu berkilau, bibirnya tebal sensual mempunyai lekuk filtrum yang indah. Dia sangat berbeda denganku. Wajahku lebih mirip ayah, wajah orang asia kebanyakan. Bermata sipit, beriris jelaga, berhidung tak lancip dan tak terlalu pesek, berbibir tipis bagian atas dan sedikit tebal bawahnya, berambut pirang palsu, aku mewarnainya bersama-sama dengan kawan selku. Aku selalu suka rambut pirang Yoana, jadi aku tak akan membiarkan rambutku kembali ke warna aslinya, warna hitam.

Kini kakiku mengajakku pulang. Rumahku jauh dari sini, jauh sekali. Untuk pulang aku harus naik kereta atau bus dua kali. Tapi aku tak punya uang, sama sekali. Ini menyebalkan, sungguh. Kini startaku sekelas gelandangan. Meskipun penampilanku masih seperti orang kaya. Ya, pakaian yang ku kenakan sekarang adalah rancangan desainer. Pakaian yang kupakai dua tahun lalu sebelum berganti seragam tahanan. Rupanya sipir-sipir di sana tak mencuci pakaianku. Aromanya parfumku masih menempel di sini, walau sedikit pudar, namun wanginya masih bisa ditebak. Raksi citrus pheony segar, persis seperti bau Yoana. Parfum wanita berkelas. Aku selalu meniru apapun yang ia sukai. Seleranya sangat tinggi.

Matahari siang bersinar terik. Aku yakin kepalaku sudah menguap mengeluarkan asap tipis menyela pada helai rambutku di atas sana. Keringatku jatuh, terasa sekali meluncur di pelipis berlinang sampai belahan dada. Punggungku juga basah. Ini gerah, panas sekali. Tenggorokanku mulai kering. Sial! Aku tak bisa membeli minuman.

Tiba-tiba saja sebuah mobil taksi lewat membawa asap hitam tebal bau dari kenalpotnya. Sampai aku terbatuk-batuk. Dasar taksi tua! Taksi, benar taksi. Aku terpikir sesuatu berasamaan dengan batukku yang mulai berhenti. Kenapa tak terpikir dari tadi? Benar! Aku bisa naik taksi untuk pulang dan membanyarnya ketika sampai. Taksi tua yang berguna, harusnya aku berterimakasih.

Aku melangkah cepat menghampiri taksi yang parkir berderet di sisi jalan. Satu mobil maju langsung memotong jalanku. Kaca mobilnya bergeser turun, menampilkan seorang pria dewasa, dia tersenyum ramah.

"Apa anda mencari taksi? Silahkan masuk." Katanya bersemangat.

Kelihatannya, dia sosok pekerja keras dengan tehnik marketing menjemput bola. Pria yang tangguh. Sekilas aku lihat name tag di dada kirinya, namanya Jung Hoseok.

Aku tak ingin buang waktu, jadi aku segera masuk. Aku sudah kehausan, dan rasanya tubuhku sudah sekering ikan asin. Setidaknya berada di dalam taksi ada AC yang akan membuat tubuhku terasa lebih dingin dan mengurangi rasa hausku.

Aku mengatakan tujuanku pada supir tanpa ditanya lebih dulu. "Perumahan Hwarang blok A108," pintaku sopan. Dan dibalas oleh supir itu dengan senyuman berteman anggukan yang tak kalah sopan. segera mobil melaju dengan kecepatan standar. Aku tidak meminta untuk dipercepat seperti biasanya, maksudku seperti dulu. Ya, aku orangnya disiplin, fokus dan tepat sasaran. Benci hal yang lamban dan bertele-tele. Tapi kali ini, aku ingin menikmati perjalananku. Melihat pemandangan kota yang tak pernah kulihat lagi selama dua tahun ini. Sudah lama sekali aku tak menghirup udara segar.

Jalanan kota Seol selalu padat, tapi mobil masih bisa merayap. Polusi udara dan suara berkesinambungan hiasi kota sibuk ini. Kemacetan yang masih sama seperti terakhir ku lihat dulu, kini malah semakin sesak saja rasanya. Semua berubah, secepat itu. Agak-agaknya distrik perbelanjaan berkembang pesat, jumlahnya seperti beranak pinak. Eksteriornya menarik, aku jadi ingin berbelanja. Jalan protokol diperlebar juga rupanya. Ini menyenangkan, walau hanya menikmati pemandangan kesibukan kota. Memang benar adanya, setelah kau mengalami kesusahan, kau akan melihat kesusahan lain yang frekwensinya lebih kecil dengan rasa syukur.

Tidak terasa, dua jam perjalanan sudah terlewat. Gapura besar perumahanku sudah nampak dari kejauhan. Ornamen elegan yang semakin indah, rupanya dia juga mengalami perbaikan. Dari segi bentuknya lebih besar dan catnya yang semula putih kini berganti krem hangat dengan hiasan keemasan. Mobil taksi yang kutumpangi terus berjalan hingga sampai pada tujuan yang ku minta. Blok A108, Rumahku.

Aku tersenyum kecil, tidak terlihat, hanya segaris. Melihat rumahku yang juga berubah. Catnya berubah dan pagarnya juga. Sepertinya terasnya dipersempit dengan adanya tambahan ruangan yang entah itu apa. Aku senang sekali bisa kembali lagi ke rumah ini.

"Ahjussi, aku akan ambil uang dulu. Tolong tunggu sebentar." Aku berkata sopan tanpa senyum. Aku memang tidak ramah, cenderung dingin tanpa banyak bicara. Bicara hanya pada batas perlu.

Pintu mobil kubuka, dan aku keluar lalu menutupnya. Memencet bel rumah yang sudah diganti lebih canggih. Ada fitur video call.

"Siapa?"

Suara yang tidak aku kenal keluar dari dalam modem bel canggih tersebut. Tanpa banyak berpikir aku langsung menjawab seadanya, "Moa." jawabku singkat, Moa nama panggilanku di rumah ini.

"Moa? Moa siapa ya?"

Apa mereka melupakanku? Bagus, mereka tak pernah mengunjungiku sama sekali selama aku di penjara dan kini mereka melupakanku. Atau, mungkinkah itu pelayan baru? Bisa saja, jadi aku harus memperkenalkan diri.

"Aku anak ke dua dari keluarga Jang, tolong buka pintunya." ucapku malas, aku sudah mulai letih.

Tidak ada jawaban, sampai beberapa detik aku menunggu. sepertinya perbincangan kami berakhir sampai disitu. Bagus, apa kini aku sudah tak diakui jadi anggota keluarga ini lagi?

Setelah beberapa menit berlalu aku mendengar suara langkah kaki yang mendekati pintu gerbang, diikuti suara gemelatak seperti berusaha membuka gembok pagar. Benar saja, pagarnya terbuka tapi hanya setengah.

Seorang wanita paruh baya berambut ikal sedikit beruban melongok dari dalam. "Aku penghuni baru rumah ini, tuan Jang dan keluarganya sudah pindah."

Apa?

Aku terkejut bukan main. Tapi air mukaku masih datar, seperti biasa aku enggan menunjukkan emosiku lewat ekspresi.

Gila!

Mereka benar-benar membuangku.[]

____

Jangan lupa beri komentar dan apresiasinya jika kalian suka. Terimakasih.