Chereads / petualangan serena dari negeri thresen / Chapter 3 - BAB 3 “De Javu dan Keberanian”

Chapter 3 - BAB 3 “De Javu dan Keberanian”

Kenangan buruk yang tertancap dalam ingatan Serena, mengubah putri kerajaan menjadi wanita kuat yang berjuang meraih cahaya dalam kegelapan hati. Mata yang dulu bersinar bagai permata kini sinar itu tak berkilau seperti dulu. Mata sang putri kini penuh dengan kemarahan, penyesalan dan rasa bersalah. Bersama dengan kenangan itu sang putri mencoba hidup menjadi Serena. Seorang gadis pengembara yang memiliki tujuan untuk menghancurkan raja Oistrad.

Dua hari perjalanan menunggang kuda tanpa tidur, Serena berharap cepat menuju ke kerajaan Oistrad. Sesekali Serena istirahat untuk makan dan minum. Malam ketiga Serena memutuskan untuk mencari penginapan di sebuah desa kecil bernama Glaitek. Jarak desa tersebut dengan kerajaan Oistrad berkisar 15 hari.

"Aku pesan satu kamar" Serena menyodorkan uang kepada dua gadis di hadapannya.

"Wah.... Maaf kakak... kita tidak punya kamar kosong" Dua gadis itu menangkupkan kedua tanganya di dada dan dengan nada bicara manja dan centil.

"Baiklah aku akan cari tempat lain saja" Serena sambil memutar badan hendak pergi.

"Tunggu nona" Suara laki-laki menghentikan langkah kaki Serena.

"Kau kelihatan habis dari perjalanan jauh. Jika kamu berkenan ada satu kamar tapi masih kotor. Kami akan segera mempersiapkannya" Laki-laki paruh baya itu mendekat ke Serena.

"Baiklah aku mau, dan tolong jaga kuda ku juga" Serena merasa lega karena mendapat tempat istirahat.

"Silakan tunggu dulu disini nona, kamarnya masih kami persiapkan" Lelaki paruh baya itu mempersilakan Serena untuk duduk menunggu di sebuah bar.

Beberapa menit kemudian Serena dipersilakan untuk beristirahat di kamar yang sudah dipersiapkan. Kamar berdinding kayu ukuran 3X2 meter. Kamar ini terlihat sangat kecil dibandingkan dengan kamar Serena yang dulu. Kini Serena harus mulai terbiasa dengan tempat-tempat yang berbeda jauh dengan istana.

"Silakan beristirahat nona, jika nona butuh sesuatu silakan panggil saya" Pelayan itu langsung undur diri tapi Serena segera menghentikannya

"Tuan... dimana aku dapat membersihkan diri?" Serena bertanya mengenai tempat mandi.

"Maafkan kami, kami tidak menyediakan tempat mandi. Jika nona ingin membersihkan diri, nona harus berjalan keluar ke utara kira-kira 5 meter dari sini. Disitu ada pemandian air panas yang besar" Pelayan itu berkata sambil membungkuk.

"Baiklah terima kasih" Serena masuk kembali ke dalam kamar. Serena bahkan harus terbiasa menahan diri untuk tidak mandi. Ia teringat saat di istana, dulu mandi beberapa kali dan dengan bantuan beberapa dayang istana.

Keesokan harinya pukul 04.00 pagi Serena bangun dan menuju pemandian yang dimaksud pelayan kemarin malam. Pemandian disana sangat luas karena dipergunakan untuk umum. Saat Serena sampai di pemandian tersebut tidak ada seorangpun yang datang. Semua orang masih belum bangun pada jam empat pagi. Serena berendam di air panas dan menikmati pemandian itu sendirian. Sepulang dari pemandian Serena segera bersiap untuk melanjutkan perjalanannya. Serena membayar penginapan tersebut dengan uang yang diberi oleh Olin. Serena juga berburu saat di hutan untuk mendapat uang.

Perjalanan selanjutnya menuju desa yang tidak jauh dari desa Glatiek. Desa tersebut adalah desa Burne jaraknya tiga hari menunggang kuda dari desa Glatiek.

"Desa ini ramai sekali" Kata Serena di dalam hati sambil mengenang ibukotanya dulu di Negeri Thresen. Perlahan Beni berjalan melintasi kerumunan warga. "Beni berhenti" Serena segera turun dan menyuruh Beni untuk menunggunya. "Ben, tunggu disini, aku akan melihat keadaan dan mencari penginapan murah untuk tempat tinggal kita nanti" Serena berkata sambil mengelus kepala Beni.

Beberapa menit kemudian, Serena memanggil Beni. Kuda pintar itu segera berlari ke Serena. Serena menunggang kuda menuju ke penginapan yang dimaksud oleh kakek yang ia temui tadi.

"Kata kakek tadi disini ada penginapan murah untuk para pengembara Beni" Serena saat turun dari Beni.

Kemudian Serena bertanya kepada seseorang yang berada di dekatnya mengenai penginapan murah di desa tersebut.

"Selamat datang..." Pemilik penginapan menyambutnya dengan hangat.

"Uhm... aku ingin tinggal beberapa hari di desa ini jadi aku butuh kamar dan kandang untuk temanku. Eh... maksudku adalah kudaku" Serena menjelaskan keperluannya kepada pemilik penginapan.

"Veir... antar nona manis ini ke ruangnya" Pemilik penginapan menunjuk salah satu pelayan perempuannya untuk melayani Serena.

"Silakan nona" Pelayan itu mempersilakan dengan ramah.

"Nona, apakah nona seorang pengelana dari negeri jauh?" Pelayan mencoba memulai pembicaraan.

"Iya" Jawab Serena singkat.

"Aku ingin seperti nona bisa bebas melihat dunia kemana aja. Oh ya non, perkenalkan, aku Veir kein. Aku berumur 13 tahun. Dan cita-citaku berkelana" Pelayan itu sangat ceria dan manis.

"Aku Se.. uhm .... aku Sulasmi dari Negeri Jawi umurku 15 tahun. Senang berkenalan denganmu dan mulai sekarang tolong panggil aku Asmi" Serena tersenyum. Serena menyembunyikan identitasnya agar tidak ada yang mengenalinya.

"Veir.... apakah disini ada tempat untuk....." Kata Serena terputus

Pelayan itu tiba-tiba saja berkata "Pemandian kan?".

Serena terkejut "Bagaimana kamu tau?" Serena heran.

"Hehehe.. tentu. Kan aku hebat. Di ruang Asmi sudah ada pemandian khusus untuk Asmi dan aku adalah pelayan khusus yang akan memenuhi kebutuhan Asmi, membantu Asmi dan menemani Asmi kapanpun dan dimanapun sampai Asmi keluar dari penginapan ini" Pelayan itu tersenyum manis

"Baiklah kalau begitu mohon bantuannya ya Veir" Serena membalas senyum Veir.

"Asmi, ini ruangan kamu. Silakan membersihkan diri terlebih dahulu, aku akan menyiapkan baju ganti untukmu" Pelayan itu undur diri untuk menyiapkan baju untuk Serena. Penginapan tersebut memiliki baju ganti untuk para pengelana seperti Serena.

Beberapa saat kemudian "Wahh .... Asmi kamu cantik sekali pakai baju itu. Sini biar aku rapikan rambutmu" Pelayan itu mendandani Serena dan kemudian mengajaknya untuk turun makan bersama yang lain.

"Waow... nona .... anda sangat cocok sekali memakai busana itu" Puji pemilik penginapan.

"Terima kasih" Serena tersenyum malu.

"Siapa dulu yang melayaninya, VEIR...KEIN!!" Pelayan itu membanggakan kemampuannya.

"Mari non, kami sudah siapkan makan malam untukmu" Pemilik penginapan mengajak Serena menjauhi Veir yang sedang membanggakan dirinya.

"Maafkan kami jika masakannya tidak cocok di lidah nona" Koki penginapan tersebut merendahkan diri.

"Oh... makanannya enak sekali. Aku senang berada di sini. Kalian sangat ramah dan hangat sekali" Serena senang dengan kehangatan di penginapan tersebut.

"Kami sangat senang dan bangga apabila anda merasa demikian. Namun, kami masih perlu memperbaiki diri lagi" Pemilik penginapan merendahkan hati.

Hari itu Serena dan seluruh anggota di penginapan berbincang-bincang dan mereka terlihat sangat akrab. Serena senang karena dapat berjumpa dengan orang-orang baik seperti mereka.

Tujuh hari Serena merasa nyaman di penginapan tersebut tapi Serena tak terlena dengan kenyamanan tersebut. Ia tetap berlatih pedang dan bela diri untuk mengasah kemampuannya.

"VEIR!!" Pemilik penginapan berteriak keras sehingga membuat Serena terkejut. Setelah mendengar suara pemilik penginapan memanggil Veir pun segera datang.

"Veir, ada para perompak tengkorak hitam. Cepatlah bersembunyi bersama nona di tempat yang aman" Pemilik penginapan ketakutan. Segera Veir membawah Serena bersembunyi di ruang Serena.

Beberapa saat kemudian perompak itu membawa laki-laki yang bapak belur masuk ke penginapan "Tolong, ampuni saya" Laki-laki tersebut ketakutan.

"Whoi! Siapa pemilik penginapan ini" Kapten tersebut bertanya dengan garang.

"Sss...ssa...saya" Tuan pemilik penginapan gemetar ketakutan.

Segera kapten tersebut mengangkat tubuh pemilik penginapan dengan kedua tangan. "Katakan dimana gadis cantik yang kamu sembunyikan, atau kau akan ku lempar"

"Aam.....ampun tuan. Saya tidak memiliki gadis cantik" Pemilik penginapan tersebut berbohong, akibatnya ia dilempar dan menghantam pilar.

Kapten tersebut tidak percaya dengan ucapan pemilik penginapan karena ia telah mendengar berita dari orang pertama yang ia hajar sampai babak belur bahwa di penginapan tersebut ada dua gadis muda yang sangat cantik. Satu diantara mereka adalah seorang pengelana yang singgah beberapa hari.

"Hoi! Cepat cari gadis itu dan jangan lewatkan lubang tikus sekalipun" Kapten tersebut berseru kepada seluruh anak buahnya.

Segera anak buah kapten bajak laut itu pun berlari berkeliaran ke seluruh penjuru penginapan dan menghancurkan semua barang yang ada disana.

"Veir, kenapa kita bersembunyi?" Tanya Serena

"Asmi perompak itu mencari gadis desa ini dan dijadikan budak. Tuan ingin kita bersembunyi untuk sementara" Veir ketakutan.

"Kenapa kita tidak melawan?" Tanya Serena lagi

"Melawan? Melawan bearti mati. Mereka terkenal sangat bengis dan kejam" Veir menekan intonasi bicaranya. Ia mencoba menahan suaranya agar tidak ketahuan oleh para perompak.

"Lalu bagaimana dengan Tuan pemilik penginapan? Apakah kita akan bersembunyi saja sedangkan tuan bisa saja mati di luar sana" Serena tidak ingin kenangan buruk itu terulang lagi. Serena segera berdiri dan ingin keluar dari persembunyiannya

"Tunggu Asmi. Kamu mau kemana?" Veir khawatir.

"Kamu tunggu disini. Aku akan melihat keadaan tuan dan jika perlu aku akan melawan mereka" Serena mengambil pedang dan belati kuku macan.

"Jika kamu keluar maka aku juga akan ikut, karena aku sudah berjanji kepada tuan atas keselamatan dan kenyamananmu" Veir mencoba berdiri tegap.

"Tapi aku tidak bisa menjamin keselamatanmu" Serena keluar dari persembunyiannya bersama Veir menemui pemilik penginapan.

Saat akan menuruni tangga Serena berpapasan dengan anak buah perompak. "Veir...tetap berada dibelakangku. Aku akan mengurus mereka" Serena memainkan pedangnya dan berhasil ke lantai bawah menemui pemilik penginapan yang terkapar di lantai.

"Ve...Veir lariah... bersama nona...! Se..lamatkan nona....!!!" Pemilik penginapan menahan sakit.

"Aku tidak akan kemana-mana tanpa tuan" Serena menjawab perkataan Tuan pemilik penginapan dengan wajah serius.

"Whahaha... baru kali ini aku melihat gadis yang sangat cantik dan pemberani" Kapten mengelus-elus jenggotnya.

"Enyah kau dari penginapan ini" Bentak Serena.

"Bwahaha... hadapi kami dulu baru kami pergi" Kapten itu menantang Serena.

"Dengan senang hati" Serena menerima tantangan tersebut.

Serena bertarung sendirian mengalakan anak buah perompak dan dalam sekejap penginapan menjadi lautan darah perompak. "Sekarang anak buahmu sudah habis. Aku akan membiarkanmu hidup jika kau pergi dari sini sekarang juga" Serena mengacungkan pedang.

"Hahaha..... boleh juga nyalimu. Tapi jangan sombong gadis tengik" Kapten beraduh pedang dengan Serena tapi kapten dapat menjatuhkan pedang Serena dengan mudah.

"Haahaha..... hanya segitu kemampuanmu? Sekarang menyerahlah gadis tengik" Kapten tersebut puas melihat Serena kehilangan pedangnya.

"Tertawalah sepuasmu sebelum mulutmu ku robek" Serena geram

"Hohoho... ternyata gadis tengik sepertimu masih punya nyali" Kapten menyerang Serena dengan pedangnya dan Serena menyerang kapten menggunakan belati kuku macan.

Serena beberapa kali mendapat sebetan pedang ditangan namun Serena tak gentar ia berusaha menemukan cela untuk merobek kulit kotor perompak itu. Sekarang Serena harus bisa melindungi orang-orang yang ada di sekitarnya. Mereka sudah sangat baik kepada Serena dan Serena tidak ingin kehilangan mereka seperti ia kehilangan kedua orang tua dan rakyatnya. Bagaimanapun juga Serena harus menang melawan kapten bajak laut tersebut. Kemudian Serena berhasil merobek kedua paha dan lengan perompak tersebut dan kini dengan cepat belati kuku macan Serena sudah berada di dalam mulut perompak dan siap merobek.

"Baiah aau aan egi dai singi." Kata perompak ketakutan dan memutuskan untuk pergi dari penginapan tersebut.

Serena melepaskan perompak tersebut dan menyuruhnya pergi tapi, perompak tersebut menyandra Veir. "Buang senjatamu atau anak ini akan terbujur kaku" Serena terkejut dan marah, dengan terpaksa ia membuang senjatanya. Serena tidak ingin melihat Veir disakiti oleh kapten bajak laut itu.

"Sekarang kau ikut aku ke kapal bhawaahahaha..." Serena mengikuti kata kapten perompak tersebut dan saat di atas kapal Serena dan Veir diikat dan disekap oleh anak buah perompak yang lain.

"Hahaha... kembangkan layarnya! Sekarang kita mendapat tangkapan besar" Kapten mengacungkan pedang ditangannya.

"Hoi! Hari ini aku akan istirahat, jangan ada yang mengganggu. Jaga baik-baik mereka" Kapten segera masuk ke dalam kabin.

Sebelum kapal berangkat, ada seseorang yang menyelinap masuk ke dalam kapal dan melumpuhkan satu anak buah perompak. Ia kemudian menyamar menjadi salah satu awak kapal tersebut. Semua awak di kapal tidak ada yang menyadari hal itu.

Langit yang berubah menjadi gelap dengan cepat berganti warna menjadi lembayung. "Hoaaamm....." Kapten keluar dari kabin dan segera melihat arah bintang dan mengukur lama perjalanan

"Oi oi oi! Perjalanan kita harus cepat. Kita harus mencapai tujuan dalam 10 hari" Kapten segera mempercepat laju kapal dan anak buahnya segera mengebangkan layar tambahan.

Kapal perompak melaju cepat membelah lautan. "Hari sudah agak siang, aku akan bermain dengan tangkapanku dulu" Kapten meninggalkan ruang kemudi dan dua awak mengeluarkan para budak.

"Bhwahaha... kita akan dapat uang banyak dari pasar" Kapten memeriksa para budak

"Tuan, tolong lepaskan aku" Suara budak berambut pirang dan bermata coklat itu bergetar ketakutan.

Kapten itu mencengkram rahang wanita tersebut "BERANI SEKALI KAU MENATAPKU DAN MEMERINTAHKU"

Budak wanita itupun semakin ketakutan "Ampuni aku tuan".

Kapten segera melepas ikatan wanita itu dan menatap para awak tanda memberi isyarat. "Sekarang aku sudah melepas ikatanmu. Larilah jika kau bisa"

Budak wanita itu lari membebaskan diri tapi para awak menghadang wanita tersebut. Ia lari kearah lain tapi satu awak berhasil menangkap dan merobek baju dibagian lengan kanan. Beberapa detik berlari, baju wanita itu hanya mampu menutupi dada hingga paha bagian atas saja. Mereka bergantian merobek baju gadis tersebut, gadis itu merasa ketakutan tapi ia ingin berjuang untuk dapat melarikan diri dari kapal bajak laut itu.

Melihat hal tersebut, Serena menjadi geram, ia segera berusaha melepaskan ikatannya. Setelah ikatannya lepas, ia berlari ke wanita tersebut dan menyelimuti tubuh wanita itu dengan kain yang digunakan untuk menutupi kotak cadangan makanan. "Jangan takut, tenanglah" Serena memegang wajah wanita itu dengan lembut dan mengusap air matanya.

"ARGGGHH!! KAU MENGGANGGU SAJA" Kapten marah dan segera meletakan pedangnya di leher Serena.

"Nona.... duduklah dengan yang lain. Aku akan menghadapi si nafas bau ini" Serena memberi isyarat kepada wanita di belakangnya.

Wanita itu berlari dan duduk dengan yang lain, tapi kapten semakin marah dan segera menantang Serena adu pedang. Pertarungan pedang antara Serena dan kapten tidak terelakan. Kapten tersebut bermain kotor, ia menyuruh anak buahnya untuk mengambil Veir. "Bhahahaha..... lihatlah temanmu" Kapten mengarahkan pedang ke arah Veir.

"Jangan ganggu Veir" Serena berteriak lantang.

"Sekarang kau pilih dia atau kau yang akan aku hukum?" Tanya kapten kepada Serena.

"AKU" Teriakan Veir membuat semua mata tertuju padanya

"Ijinkan aku yang mendapat hukuman" Pinta Veir kepada kapten bajak laut tersebut.

"Tidak Veir. Ini adalah salahku jadi biar aku yang menerima hukuman" Serena mencoba menyakinkan Veir.

"Asmi..... ini janjiku kepada tuan" Veir menangis karena ketakutan.

Serena segera dibekuk oleh anak buah perompak. Veir diikat ditiang lalu dicambuk lima kali dengan keras, Serena hanya bisa berteriak dan menangis. Saat ikatan Veir dilepas, Veir langsung jatuh pingsan. Melihat hal tersebut Serena melepaskan diri dan berlari memeluk Veir.

"Veir bangun Veir.... maafkan aku" Serena menangis sembari membawa Veir ke ruang budak.

Setelah kejadian itu, semua budak tidak ada yang berani melawan atau merengek untuk dibebaskan. Keesokan harinya, Veir yang masih sakit diseret keluar dari ruang budak.

"Apa yang kau lakukan pada Veir? Dia masih sakit" Serena berteriak kepada kapten.

"Aku tidak akan menyakiti temanmu, kalau kau menuruti apa mauku" Kapten duduk di kursi sambil menyilangkan kaki.

"Apa yang kau mau?" Serena bertanya dengan lantang.

Serena terjebak dalam rencana busuk kapten. "Bhawahaha.... pertama pijat kakiku" Kapten mengacungkan kaki kirinya ke Serena. Serena mencoba memijat kaki kapten, setelah beberapa pijatan tiba-tiba kapten menendang Serena hingga jatuh tersungkur ke lantai kapal "Pijatanmu tidak enak! Kau mau temanmu menderita hah?!" Sekali lagi ancaman kapten berhasil

"JANGAN! M... maafkan aku" Serena menunduk tidak berdaya.

"Kemarilah kau kotoran anjing!!" Telunjuk kapten memberi tanda pada Serena

"Suapi aku buah apel itu" Serena mendekat dan menyuapi kapten

"Bhawahahah..... jeruk" Kapten minta disuapi lagi tapi Serena tidak mengindahkan perkataannya dengan berani Serena mengajuhkan penawaran kepada kapten "Aku akan menuruti semua perkataanmu tapi lepaskan Veir dan jangan pernah kau sentuh Veir". Kapten membebaskan Veir dan memberikan obat pada Veir.

"Sekarang apa kau sudah puas?" Tanya kapten.

Setiap hari Serena keluar dari ruang budak untuk melayani kapten, kapten pun sering mencoba untuk menyentuh Serena. Sungguh perjalanan yang sangat lama sekali bagi Serena.

"Dengarkan aku! tak lama lagi, kita akan sampai di pelabuhan. Jual semua budak yang kita punya tapi aku tidak akan menjual wanita nakal ini" Kapten memeluk Serena.

Serena dan Veir terkejut mendengar hal tersebut "Aku tidak akan pernah meninggalkan Asmi sampai dia benar-benar aman" Teriak Veir yang berdiri diantara para budak.

"Hohohoho.... memangnya apa yang akan kau lakukan kalau kau bersama dia?" Kapten berjalan mendekati Veir

"Aku akan melindungi Asmi dari perbuatan busukmu" Veir memberanikan diri.

"Bwahaha.... mari kita lihat apa yang akan kau lakukan untuk menyelamatkannya" Segera anak buah perompak mengikat Serena di tiang setelah melihat isyarat kapten.

"Baiklah! Gadis dungu tunjukan nyalimu. Hahaha..." Kapten melayangkan beberapa pukulan kepada Serena.

Veir yang tidak tega segera menyingkirkan kapten dengan mendorong kapten dengan sekuat tenaga. Namun kapten tersebut tidak bergeming, ia mendorong Veir hingga tidak sadarkan diri, seketika itu Serena berteriak "VEIR!!!".

"Ohw!! Ada apa dengan wajahmu gadis tengil?" Kapten menggoda Serena dengan memegang dagu Serena.

"Jangan sakiti dia. Jika kau....." Ucapan Serena tertahan saat kapten menggoyangkan jari telunjuknya

"Oh...oh....oh... bukan begitu caranya untuk berbicara. Tambahkan kata tolong dan jangan mengancam, mungkin dengan begitu aku akan berbaik hati. Jika tidak maka aku akan menghajar gadis itu" Kapten menyeringai dan berjalan menuju Veir

"SATU!"

"DUA!"

"TIGA!" Kapten melayangkan kaki kekarnya ke perut Veir yang sedang tidak sadar.

"TIDAK... HENTIKAN... AKU MOHON HENTIKAN... TOLONG JANGAN SIKSA VEIR" Teriakan Serena menghentikan kapten, kapten pun mendekati Serena.

"Ada satu syarat, mau???" Kapten tersenyum licik.

"Mau" Jawab Serena tegas.

"Bhwahahaha... cepat sekali kau menjawab. Baiklah syaratnya adalah kamu harus... jadi... WA...NI..TA...KU. BHWAHAHA..."

Serena bingung harus menjawab bagaimana jika Serena tidak menyetujuinya maka Veir dalam bahaya tapi jika Serena menyetujuinya maka ia menjadi wanita kapten busuk tersebut. Pernyataan kapten itu tidak hanya mengejutkan Serena tapi juga seseorang yang bersembunyi di dalam kapal.

"Kapten, kita sudah sampai" Teriak salah satu awak.

"Lakukan apa yang seharusnya kamu lakukan. Kenapa kau menggangguku saat aku bersenang-senang?" Kapten itu melempar pedang yang ia bawa ke awak kapal tersebut.

Pedang kapten berhasil menggores telinga awak kapal tersebut. Melihat hal itu para perompak lain segera berhamburan menjual budak sedangkan sang kapten meneruskan urusannya dengan Serena. Saat kapten ingin menyentuh Serena dengan tangan kotornya, penyelinap tersebut segera meletakan pedang ke leher kapten "Jauhkan tangan kotormu itu dari Serena"

"OLIN....." Serena terkejut dengan kedatangan Olin di kapal.

Olin memberi belati kecil ke tangan Serena menggunakan tangan lain. Serena segera melepaskan diri dan berlari untuk menolong Veir. Sang kapten yang geram dan marah segera berbalik dan bertarung dengan Olin, ditengah pertarungan sengit antara Olin dan kapten, ada lelaki terlihat seperti bangsawan dan satu orang yang terlihat seperti pengawal datang untuk meringkus kapten. "Rei, bawa kapten perompak itu ke penjara istana dan pastikan jangan sampai ia kabur. Sampaikan kepada kepala penjara, aku yang akan mengintrogasinya sendiri orang ini"

Olin segera berlari ke Serena dan membantu membawa Veir. "Sekarang kalian bebas, dan teman budak kalian yang lain juga demikian. Tapi kau! Aku ingin bertanya sesuatu" Orang itu menunjuk Olin yang sedang menggendong Veir. "Kenapa kau bertarung dengan kaptenmu?"

Olin dengan tegas berkata "Aku bukan bagian dari kelompok bedebah ini, aku menyelinap untuk menyelamatkan temanku saja".

Orang tersebut percaya dengan ucapan Olin karena Serena mengiyakan perkataan Olin. "Baiklah jika demikian. Jika kalian berkenan ikutlah dengan ku. Aku akan antarkan kalian ke perumahan untuk beristirahat dan menyembuhkan luka kalian".

Akhirnya Olin dan Serena membawa Veir mengikuti orang tersebut. "Ini kamar kalian dan tabib akan segera datang kesini, jadi lebih baik kalian membersihkan diri terlebih dahulu sebelum tabib tiba." "Dan tuan, kamarmu disana" Olin dan Serena merasa sangat tertolong sekali bertemu orang yang baik seperti dia. Orang tersebut tersenyum dan segera pergi.

֎֎֎֎֎֎֎֎֎