Chella kembali naik turun diatasnya. Memutar pinggang sehingga mendengar desahan dari mulut seksi itu. Sesekali menekan lebih dalam miliknya di dalam sana.
"Ooh..shit"
Sederatan sumpah di keluarkan Leo.
Dia semakin bersemangat membuat Leo mengerang karena dirinya. Milik Leo selalu membuat dirinya kecanduan dan selalu pas di dalam sana.
"Stop honey. Kau akan semakin menyiksaku" setelah mengatakannya Leo langsung mengeluarkan miliknya dan menyuruh Chella untuk berbalik.
Leo kembali memasukan miliknya dan kedua tangan Chella di pegang dari belakang. Setiap gerakan dari miliknya membuat dia semakin melayang.
"Emh... Sayang" Leo mencium leher Chella dari belakang.
Dia membawa Chella ke sofa pojok dekat jendela. Dia duduk lalu mendudukan Chella membelakanginya. Chella juga menggerakan bokongnya naik turun dan sesekali menekan cepat dan mendiamkan beberapa detik sebelum menggoyang lagi.
Mereka terus memompa. Chella menolehkan kepala ke belakang untuk mencari bibir Leo. Leo mengerti maksudnya dan menyambar bibir manisnya.
Desahan itu keluar saat Chella menikmati bibir seksi Leo. Bibir yang selalu mengelurkan kata-kata mesum. Bibir yang selalu membuatnya seperti kecanduan.
Dan sengatan listrik itu kembali. Tanda bahwa Chella sudah akan keluar lagi.
"Lee.." Chella bergairah.
Leo mengerti maksudnya, dia kembali membalikan tubuh Chella tanpa melepaskan miliknya. Tangan Chella bertumpu pada sandaran sofa.
Desahan Chella serta cengkaramannya di sofa semakin erat karena hujaman Leo semakin cepat dan tajam. Teriakan itu keluar bersamaan saat cairan panas memenuhi bagian di bawah sana.
Beberapa saat Leo masih memebenamkan miliknya didalam sana.
"Apakah masih bisa, sayang ?" tanya Leo mengelurkan miliknya.
"Aku selalu bisa karena itu denganmu"
"Oh sial honey. Kau terlalu jujur"
"Tidak akan pernah berbohong" Chella mengerling nakal pada Leo.
"Dengan jawabanmu seperti itu, aku ingin selalu menikam, menusuk dan berputar di dalam sana" Leo berkata tegas.
"Dan aku tidak meragukan hal itu. Besok kau tidak bisa berjalan dan harus menghabiskan seharian penuh di rumah" lanjutnya lagi membuat Chella cemberut.
"Sial Lee. Aku tidak ingin dikurung dirumah"
Sebelum dia bangkit untuk menuju kamar mandi. Leo sudah lebih dulu menggendongnya dan bisa dipastikan mereka kembali bercinta sekali lagi di dalam kamar mandi.
Selesai mandi, Chella masuk ke dapur untuk mengambil air minum.
"Lee... Kau dimana ??"
Teriakan Chella menggema di ruang makan.
Bibirnya mencebik kesal "Hmph"
"Lee..."
"Di belakang, Sayang"
Kaki Chella melangkah gesit melewati pintu "Apa yang kau lakukan ?"
"Lihat"
Chella melihat tangan tangkas Leo saat memupuk dan memotong sebagian daun mawar.
"Apakah kau benar-benar akan melakukannya sendiri"
"Tentu saja"
"Kau sangat menyukai mereka"
Nada menggoda Chella membuat lelaki itu tersenyum senang.
"Tentu saja aku sangat menyukaimu, Princess"
"Hmph"
"Ada apa sekarang. Bukankah kau ingin membangun taman bunga ?"
"Aku ingin banyak"
"Baik"
"Yang luas"
"Tentu"
"Banyak warna"
"Oke"
Senyum Chella semakin lebar, tangannya menepuk pelan pundak pria itu.
"Apakah anda bisa, Tuan"
Senyum Leo menegang "Omong kosong. Apa yang tidak bisa aku lakukan. Aku bahkan bisa membuatmu mendesah setiap saat"
Kali ini giliran wajah Chella yang semakin memanas "Sungguh pria jahat"
"Ada apa? Kau mengakuinya"
"Bukankah kau yang selalu meminta lagi"
"Istri, itu adalah tubuh seksimu yang semakin bergoyang semangat"
"Suami, juniormu yang selalu bangun"
"Dia selalu bangun saat melihat air di bawah sana"
Chella hampir tersedak air liur "Bukankah saat ini kita membahas taman"
"Benar"
"Lalu kenapa semuanya terasa salah"
"Apa yang salah"
Tangan Leo masih bekerja memperluas tanah untuk memasukan bibit-bibit bunga. Hanya siapa yang tahu seringian di bibirnya semakin lebar dan lebar.
"Kau mengacaukanku" dengus Chella.
"Keluarkan airnya, Sweety"
"Ah..."
Chella terpaku kosong, dia tiba-tiba lupa berpikir untuk sesaat.
"Apakah di sini" bisiknya malu.
"Tentu saja harus di sini"
"La..lu, lalu bagaimana jika ada yang melihat"
Tawa Leo hampir keluar saat mengintip wajah merah istrinya. Dia hampir tidak bisa memegang sekop dengan benar.
"Sayang"
"Hmm"
"Apa yang kau pikirkan ?"
Jika ada yang melihat sesuatu, maka akan ada kepulan asap yang perlahan keluar dari kepala Chella. Senyum marahnya membuat Leo tertawa canggung.
"Bukankah kau ingin, AIR"
"AIR" tegasnya.
"AIR" geram Chella.
"Sayang, kenapa wajahmu semakin merah"
Chella masih berusaha mempertahankan ke polosannya "AIR, apa yang kau maksud ?"
"Air untuk menyiram bibit ini" Leo menepuk gundukan tanah dan tersenyum dengan lebih jelas.
"Bisakah kau mengatakannya dengan jelas" marah Chella.
"Bukankah aku memintamu mengeluarkan air ?"
"Lebih jelas" frustasi Chella.
"Seperti"
"Ambilkan, air"
"Ah... Bukankah mengambil dan mengeluarkan masih sangat jelas"
"Tapi sesuatu yang kau bicarakan sangat jelas sangat berbeda jika itu keluar dari mulutmu"
"Sweety, apakah kau baru saja memikirkan hal-hal kotor"
"Persetan" teriak Chella.
Kakinya melangkah dan menginjak kesal gundukan tanah yang baru saja di tutup Leo.
"Sayang, jangan marah" Tangan Leo melingkari pinggangnya.
"Kau..."
"Berbicaralah jika kau ingin melanjutkan olahraga panas kita"
"Omong kosong"
Tawa lepas Leo semakin naik saat kaki Chella masih menginjak dan mulai menghancurkan pekerjaan yang hampir dia selesaikan.
"Sungguh wanita jahat"
"Siapa ?" tantang Chella.
Leo pura-pura berpikir "bukankah wanita yang menjual benih dan bunga ini jahat. Dia berhasil membuat wajahmu merah karena marah"
"Apakah kau ingin mengacaukanku lagi"
Leo menggigit pelan bibir bawah wanita yang berusaha keluar dari pelukannya.
"Siapa yang berani"
"Baru saja"
"Aku tidak"
"Leo, percayalah aku bisa menarik junior sekarang dan memanaskannya di bawah sinar matahari"
Leo menatap wajah cantik di depannya, dagu yang terangkat tinggi dengan sombong.
"Kau yakin"
"Tentu saja"
Tangan Leo dengan santai membuka celana pendeknya.
"KAU..." Chella meraung keras.
"Ayo, sweety"
"SIALAN"
Chella berbalik dan berlari masuk ke dalam rumah meninggalkan tawa jahat di belakangnya. Memasuki kamar mandi dan membantingnya dengan keras.
Tangannya masih memegang handuk saat berkeliaran mencari Leo.
"Lee..."
Chella kesal karena pria itu tiba-tiba menghilang setelah dia keluar dari kamar mandi. Dia lapar dan ingin membuat makan.
Berusaha mencari pisau dapur yang tidak tahu di mana Leo menyimpannya. Karena satu kali terluka Leo tidak pernah mengijinkannya berada di dapur. Meskipun dia selalu diam-diam memasak.
Saat medapatkan pisau. Chella langsung memotong wortel dengan lihai. Hei, saat itu dia terluka karena tidak fokus. Hanya jari telunjuknya saja dan sedikit goresan tapi setelah itu dia langsung di larikan kerumah sakit dengan 5 dokter spesialis yang sudah menunggu.
Chella hanya bisa menatap mereka dengan horor dan tidak ingin lagi berhubungan dengan darah dan rumah sakit. Setelah kejadian tersebut, semuanya tidak pernah membiarkan dirinya berada di dapur dengan alat-alat dapur yang bermata tajam.
Dia merasa seperti seorang princess yang selalu di manjakan dalam tingkatan yang tiada batas.