"Wanita murahan," rambut Fan Huanran ditarik paksa oleh lelaki yang selama ini ia percayai, Tao Yuwen. Tidak ada kesempatan bagi Huanran untuk menjelaskan pada Yuwen masalah sebenarnya. Ia hanya tau kemarin ada yang melapor pada Yuwen kalau kekasihnya itu telah naik ke ranjang pria lain padahal pernikahan sudah didepan mata.
"Aku sungguh tidak melakukannya Hiks... Hikss...." tangis Huanran pecah, padahal Yuwen yang selama ini ia kenal adalah pria yang lembut dan perhatian, tidak ia sangka ia memiliki setan dalam sisi dirinya yang lain.
"Tidak usah mengarang cerita lagi... Kamu tau aku sudah muak dengan wajahmu, kamu mempermalukan keluarga kerajaan."
PLAK....
Tamparan keras ia dapatkan dari Yuwen, air mata serta keterkejutan membuatnya bingung, apa Yuwen memang pria yang kasar seperti ini.
"Aku bersumpah, tidak melakukan hal itu, ini fitnah... Ini fitnah!" jerit Huanran, siksaan yang Yuwen berikan padanya tidak berkurang. Yuwen mendengus melihat wanita yang selama ini ia cintai telah berpaling darinya.
Fan Huanran adalah wanita sederhana tanpa ada hubungan dengan keluarga-keluarga besar. Ia awalnya adalah yatim piatu yang kemudian mengenal putra kedua kerajaan Tao dan tumbuhlah cinta diantara mereka. Antara Yuwen dan Huanran tidak pernah ada konflik, Yuwen sangat mempercayai Huanran dan begitu pula sebaliknya.
Masa anak-anak hingga mereka remaja, Yuwen lah yang selama ini memenuhi kebutuhan Huanran, bahkan gadis itu juga ditempatkan sebagai pelayan pribadi ibu suri serta tinggal di dalam kerajaan. Kisah cinta yang unik antara mereka telah menyedot banyak perhatian publik dan mengakibatkan kecemburuan bagi para putri keluarga bangsawan lain melihat serasinya pasangan ini.
Tao Yuwen telah tumbuh sebagai pangeran yang tampan dan rupawan, fisiknya bagai pahatan seniman ternama, tak ada yang akan menampik pangeran kedua yang popularitasnya bahkan menembus kerajaan lain. Bahkan dalam usia belia ia telah menembus kultivasi tingkat merah dan sekarang ia telah menuju tingkat kuning yang setara dengan putra mahkota dan juga panglima kerajaan.
"Masuk dan renungkan segala kesalahanmu." Yuwen menarik paksa Huanran menuju kamar gelap dan lembab, ia segera mengunci Huanran didalamnya dan pergi.
"Yuwen, jangan tinggalkan aku sendirian, aku mohon...." isak tangis masih terdengar sampai telinga prajurit yang berjaga disekitar paviliun kosong ini. Namun, pangeran Yuwen telah memerintahkan mereka agar tetap diposisi masing-masing dengan wajah gelap dan aura kekuningan yang sangat menindas jiwa mereka.
Huanran berhenti memanggil Yuwen dan sekarang mengeluh perutnya sakit, sangat sakit sekali. Ia jatuh memegangi perutnya, meronta-ronta memanggil nama Yuwen namun tak ada yang datang. Pandangannya semakin kabur dan ia jatuh pingsan.
"Aku tidak mau mati--tolong, aku masih harus menjelaskan padanya." Huanran merasakan jiwanya yang bergerak bebas, melayang-layang. Ia tidak menerima kalau ia harus meninggal.
"Pegang tanganku dan aku akan menyelamatkanmu," suara kecil dan halus itu mengusiknya. Sebuah tangan putih salju mengarah padanya, Huanran mengernyit namun ia sangat ingin kembali.
"Bawa aku kembali." bisiknya dan meraih tangan kecil itu.
"Akan kulakukan." perlahan jiwa lain masuk dalam tubuhnya, menghimpit jiwa Huanran dan ia sekarang terkekang tak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri.