Nizam tersentak. Maniknya menatap langit-langit kamar dengan sendu. Hatinya kian tercekam sakit. Dia semakin tak paham dengan rencana Tuhan. Nizam membatalkan lamarannya, karena tidak mau menikahi Zahro, sebab virus yang bersarang di dalam tubuh. Namun, kenapa Allah terus memberikan mimpi yang membuat Nizam kian goyah dengan keputusan yang telah diambil?
"Apa rencana-Mu sebenarnya ya Allah?" Irisnya kian sayu berpendar menatap plafon bilik tidur. Nizam masih setia terlentang, merenung. Kemudian teringat kembali pesan Fatimah semalam. "Apa aku harus memberi tahu Zahro tentang penyakitku? Itukah mau-Mu, ya, Allah?" lirihnya.
Nizam belum mempunyai keberanian untuk memberi tahu Zahro. Teringat kebodohannya dahulu yang dengan lantang mengatakan kepada gadis itu kalau hidup bebas merupakan kehidupan impiannya. Gaya hidup yang membuat dirinya bahagia, sebab tidak terikat dengan aturan dan lepas.
Nizam selalu berhubungan dengan setiap wanita atas dasar suka sama suka. Jadi, dia tidak pernah merasa bersalah setiap kali selesai melakukan persetubuhan dengan mereka. Toh semua itu dilakukan demi memenuhi kebutuhan dan kepuasan bersama. Manusiawi katanya.
Nizam tidak pernah menyangka kalau akan seperti ini ujungnya. Padahal banyak dari kawan-kawannya yang liar dan nakal di masa muda, tetapi kini baik-baik saja, bahkan sudah menikah dan berkeluarga. Terkadang dia merasa kalau Tuhan tidak adil. Namun, Nizam kembali mendapatkan keyakinannya. Jikalau dia sehat dan tidak terkena virus HIV, bukan tidak mungkin kalau Nizam takkan pernah berubah. Dia akan tetap menjadi Nizam yang dulu, pengonsumsi narkoba dan penganut seks bebas. Naudzubillah min dzalik.
Berawal dari kenakalan remaja. Terbiasa membangkang, karena merasa diri paling benar. Merasa mempunyai hak dan kuasa sepenuhnya atas tubuh sendiri. Lupa siapa yang menciptakan dirinya dan apa tujuan dia diciptakan. Enggan mendengarkan nasihat orang tua. Otaknya beku, hatinya membatu. Nizam selalu salah menafsirkan kalau ketegasan ayahnya dahulu, karena tidak menyayanginya. Hidup dikekang dan segala serba diatur. Nizam tidak suka. Namun, kini hanyalah penyesalan yang tersisa setiap kali mengingat masa itu.
Nizam mengepalkan kedua tangannya dengan rahang mengeras. Dia merasa marah kepada dirinya sendiri, kepada keadaan, dan kepada ketidakberdayaannya. Nizam kian kepayahan ditelan penyesalan. Dia tahu kalau itu takkan memberikan penyelesaian. Namun, Nizam tak paham harus berbuat apa supaya dia berhenti meratapi penyakitnya. Alhasil Nizam pun hanya bisa meracau. "Maafkan saya Zahro. Maaf karena saya masih dengan lancang mencintaimu setelah menyakitimu. Saya memang bodoh!"
Ketentuan Allah adalah misteri bagi manusia. Hamba-Nya tidak diizinkan untuk mengeluh. Yang harus anak cucu adam lakukan hanya tawakal dan istikhamah di jalan Allah, sebab sesungguhnya sebaik-baiknya hamba Allah itu ialah yang selalu bersadrah dan memohon pertolongan-Nya.
Nizam bersujud di atas sajadah. Ibadah dengan perasaan yang tenang dan pasrah. Dia selalu mampu mengenali dirinya jikalau tengah salat. Betapa kecilnya Nizam dan tak memiliki daya upaya untuk menentang kuasa-Nya.
Lepas meminta penguatan kepada Tuhan, Nizam kembali mendapatkan keyakinan untuk memberi tahu Zahro tentang keadaannya kini. Dia ingin jujur kepada gadis itu tentang perasaan dan penyakitnya. Nizam berharap dia akan tenang setelah melakukan itu. "Bismillah. Jika ini rencana-Mu, aku mohon lancarkanlah aku saat berbicara dengan Zahro nanti."
Tuntas, Nizam pun memutuskan untuk menelepon Zahro, membuat janji temu. Dia mengambil ponsel di atas nakas lalu duduk di bibir ranjang. Namun, Nizam malah membeku kala keberaniannya tiba-tiba saja menciut. Teringat perkataan kasar Nizam terhadap Zahro hari kemarin. Hal itu membuatnya serba salah. Nizam pun kembali menaruh ponselnya di tempat semula.
Beberapa detik kemudian, dia kembali meraih telepon genggamnya. "Telepon, jangan?" gumam Nizam bingung. Lalu teringat lagi nasihat Fatimah kemarin. Benar yang dikatakan wanita itu. Nizam harus memberi tahu Zahro supaya gadis itu berhenti mengharap. Tidak adil bagi Zahro kalau tidak diberi tahu apa alasan Nizam membatalkan pinangannya. "Bismillah." Dia pun memberanikan diri menyentuh menu panggil. Tak selang lama, telepon pun tersambung.
"Assalamualaikum." Suara Zahro dari sambungan telepon menjamah indra pendengarannya.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Zahro …." Nizam meremas jari dengan gelisah. Seketika nyalinya kembali kecil kala mendengar suara merdu Zahro.
"Iya, ada apa, Azam?"
Nizam menghela napas panjang lalu menghembuskannya. "Saya ingin bertemu denganmu, bisa?"
"Ada perlu apa?"
"Saya tidak bisa menjelaskannya di telepon."
"Baiklah, siang ini aku ada waktu."
"Oke, kita bertemu di kafe waktu itu."
"Bisa."
Usai menelepon, Nizam memegangi dadanya yang berdegup kencang. Semakin dia memikirkan pertemuan nanti, debar jantungnya kian tak menentu. Apa tanggapan Zahro setelah mengetahui penyakit Nizam? Apakah dia akan menjauh?
"Ya Allah, aku mohon penuhi keberanianku. Lancarkan lidah ini saat nanti menjelaskan keadaanku kepada Zahro." Nizam berdoa. Dia kembali melamun. Angannya melayang ke masa lampau.
"Azam!" Zahro memeluk Nizam erat. Saat itu dia masih berstatus mahasiswa dan Zahro siswi SMA yang sebentar lagi akan lulus.
Zahro menangis meraung-raung seraya memeluk Nizam kencang dengan Nizam yang mencoba menenangkan. "Sudahlah. Kamu sudah baik-baik saja. Ayo aku antarkan pulang." Dia mengelus punggung Zahro lembut. Tubuh gadis itu gemetar hebat dengan mimik ketakutan yang liar pekat melekat.
Setelah kejadian itu, Zahro selalu menempel pada Nizam. Gadis itu jatuh cinta, karena sikap heroik pemuda itu yang dengan berani membela dirinya. Teringat bagaimana Zahro mengungkapkan perasaan kepada Nizam. Namun, ditolak, sebab Nizam tidak suka berpacaran dengan gadis polos. Tapi tampaknya kini standar itu sudah tidak berlaku lagi. Zahro sudah berhasil menaklukan hati Nizam dan membuat lelaki itu teramat mencintainya.
Zahro selalu mengingat nasihat pamannya kala menceritakan penolakan cinta Nizam. "Apa kamu ingat kisah Zulaikha dan Nabi Yusuf As? Saat Zulaikha mati-matian mengejar cinta Nabi Yusuf, tak sedikitpun Nabi Yusuf melihatnya. Namun, saat Zulaikha mengejar cinta Allah, Allah menggerakan hati Nabi Yusuf untuk mencintainya."
Zahro pun selalu mengingat nasihat itu dan memutuskan untuk mencintai Nizam dalam diam. Tak luput dia berdoa kepada Allah untuk menjodohkan lelaki yang dia cintai dengan dirinya.
Cinta Zahro untuk Nizam amat tulus dan suci, begitupun cinta Nizam. Lelaki itu bahkan rela mundur demi kebaikan wanita yang dicintainya. Nizam amat menyayangi Zahro.
Nizam mengusap wajahnya lalu beranjak berpakaian. Dia pergi bekerja dan menjalankan aktivitas seperti biasa. Nizam bergelut fokus dengan berkas-berkas di meja kerja. Sesekali Nizam akan tersentak lalu berdebar-debar saat mengingat pertemuannya nanti dengan Zahro. "Ya Allah." Dia mengusap wajahnya.
Nizam berusaha untuk fokus lagi, sebab banyak fail yang harus ditandatangani dan pelajari. Nizam kadang sedikit kewalahan dengan pekerjaan ini. Dia pikir, menjadi pengusaha besi tua tidak akan sesibuk ini. Tidak akan terlalu banyak berkas pembukuan dan berbagai laporan seperti di bidang industri lain. Namun, ternyata Nizam salah. Perusahaan apa pun jenis produksinya, yang namanya industri pasti tidak akan jauh-jauh dari organize, plan, manage, lead, dan folder serta arsip.
Pusat Nizam bekerja hingga tak terasa jam sudah menunjukan pukul 11 siang. Titik waktu itu membuat dia kembali gugup bahkan gelisah, tetapi tidak menyurutkan tekadnya untuk menemui Zahro. Nizam sangat peduli akan kebahagiaan wanita itu. Namun, saat dia bangkit dari duduk, tiba-tiba saja pintu ruangannya dibuka.
"Zahro?" Nizam membeku menatap wanita yang kini berdiri di lawang.
"Assalamualaikum, Azam."
Assalamuallaikum, Kaka-kaka.
Maaf, yah, update-nya lama, soalnya aku sibuk sama proses terbit Diamanti dan open pre order-nya.
Semoga aku bisa update dalam waktu dekat lagi, yah. Jangan lupa tinggalkan vote dan komen. Makasih.❤️🙏