"No loe bawa apa aja...?" Fariq bertanya sambil memperhatikan apa yang sepupunya lakukan.
"ya elah... kaya gak pernah sekolah aja... bawa buku lah..." katanya sambil memilah - milah buku.
"gue penasaran nanti sekolah kita kaya gimana..." Fariq berhenti sejenak dari pekerjaannya.
"nanti kalau ada kesempatan buat masuk tim badminton gue harus ikut.." kata Dino berazam.
"kenapa loe niat banget buat masuk tim badminton?"
"ada deh..! loe nanti juga tau.." katanya sambil senyum - senyum sendiri.
Fariq geli melihat sepupunya itu.
_____
"jadi siapa yang entar ikut lomba itu.." Halda semangat menunjuk - nunjuk ke arah mading.
"hmm... gimana ya.. aku sih orangnya males cekcok, adu mulut..." kata Asya setelah diam sejenak.
"Asya emang males adu mulut, tapi udah sekalinya marah... uh... semua langsung baku hantam" ujar Halda bak petinju saja.
"aku sih mau, tapi..." aku masih ragu.
"ini bisa jadi kesempatan emas buat kelas kita. kita tunjukan bahwa kelas 10 MIPA - 2 juga memiliki potensi..!" seru Halda semangat 45.
"iya sih.. tapi..." aku masih ragu
"gimana kalau kita obrolin bareng Miss Eli aja..." usul Asya sambil menyeruput sisa minuman terakhirnya.
"boleh - boleh..."
suara nyaring dan ramah yang biasa kami jumpai setiap harinya. Itu Miss Eli!
"eheheh... Miss..." aku menyalami Miss Eli bergantian dengan Asya dan Halda.
"jadi gimana rencana kalian...?" Miss Eli menunggu jawaban kami.
"iya itu..." Halda menjawab setengah setengah.
"Sebenarnya Miss udah diskusikan ini dengan ketua kelas kalian... siapa itu.. Miss lupa..?"
"RAFI...!" serentak mata Asya dan Halda mengarah kepadaku.
aku terperangah melihatnya.
"oh iya itu..." Miss Eli bergurau.
"Jadi nanti kita bahas selesai jam terakhir...Tolong kalian beritahu teman yang lain jangan dulu pulang..."
"baik Miss nantin kami sampaikan " seru kami kompak.
"Ok! Miss ada jam lagi setelah ini. Miss duluan ya... Assalamu'alaikum" tutur Miss Eli seraya pergi.
"Wa'laikumsalam" kompak kami lagi.
"eh masuk kelas yuk!" Ajak Halda.
kami pun berdiri dari tempat kami, dan berjalan beriringan menuju kelas. Sampai di depan pintun, aku hampir bertabrakan dengan seorang laki-laki. ia tampak sibuk dengan tumpukan kertas ditangannya.
"eh... sorry... sorry... gak sengaja" katanya yang ternyata Rafi
"it's ok! kamu kayanya sibuk ya.." kataku mencairkan suasana yang hampir beku.
"heheh.. iya sedikit! oh ya Fia... besok ada rapat ruhiyah. acaranya setelah pulang sekolah di masjid tolong kasih tahu yang lain ya..."
"oh... ok! kamu yakin gak butuh bantuan?" aku iba kepadanya.
"gak apa apa! kalau gitu... aku duluan ya..!" katanya bergegas.
"ish... ish... ish... kita yang ada disamping Fia masa gak keliatan.."
"biasalah orang pacaran...!"
Mereka mulai meledek.
"siapa juga yang minat pacaran..! orang cuma nawarin bantuan kok!" kataku mulai naik darah.
Mereka hanya tertawa cekikikan.