"Hmm... Ternyata besok ya berangkat ke Bangkanya" Rizal menggumam sambil menyeruput es teh.
"Hill.. kok bengong sih..." sambil menyentikan sedotan dikepalaku
"Iya... Kamu tadi ngomong apa"Jawabku sambil meraih kentang goreng dihadapan ku.
"Kamu besok ya berangkat ke Bangkanya?" Rizal mengulangi pertanyaannya.
"Iya..., Kenapa?
"Kamu nggak mau ngajak aku gitu?"
"Nggak... Ngganggu aja"
"Jahatnya..."
"Jadi kamu mau apa ngajak ketemu" aku bertanya dengan nada ketus.
"Aku masih sayang sama kamu Hil" sambil menatapku, entah apa yang dipikirkannya, aku sama sekali tidak tersentuh dengan rayuannya.
"Kayaknya kamu nggak ngerti bahasaku ya Zal?" aku sangat kecewa dan putus asa bagaimana menghadapi Rizal, aku benar-benar merasa bodoh sudah mau datang kesini, aku tak akan membela diri, memang seharusnya aku tidak perlu menemuinya lagi.
"Aku nggak bisa kalo nggak kamu, Aku sungguh masih mencintaimu Hil" Dia mulai memelas..
Aku diam saja, malas meladeni ucapannya. Rizal itu mantan pacarku, kami sepakat untuk berteman meski sudah putus. Sebenarnya aku bukan tipe orang yang bisa berteman dengan mantan pacar. Harusnya aku menolak ajakannya berteman, akupun tau itu cuma modusnya agar tetap bisa dekat denganku. Kalian pasti menganggapku bodoh, aku tidak akan membela diri, memang begitulah adanya.
"Aku mau pulang" tiba-tiba aku ingat, aku belum berkemas dan sadar sudah membuang-buang waktu.
"Nantilah.. sebentar lagi..."
"Yudah.. aku naik ojek aja" sambil meraih tas aku berdiri
"Iya iya... Jangan ngambek dong"
Aku Cuma melirik kearahnya sedikit dan mulai berjalan keparkiran, Rizal mengikutiku.
Kami diam diperjalanan, Rizal mengantarku sampai kost ku, aku segera turun dari motornya setelah sampai, menyerahkan helm, melambaikan tangan seadanya dan melangkah masuk kost.
"Hila.. tunggu" Rizal merogo-rogoh tasnya mencari sesuatu. Dan menyerahkan padaku sebatang coklat putih.
"Ah... aku nggak suka coklat putih" sambil berpaling kekost.
"Eit...."Rizal menarik ranselku dan menyelipkan coklat disaku samping tasku..
"Yaudah makasih" sekali lagi aku melambaikan tangan.
Brremmmm.... Suara motor Rizal menjauh dan berlahan menghilang.
Ini yang membuatku tidak cocok dengan Rizal, dia hanya memberiku apa yang dia suka, bukan yang aku suka. Dan aku sering tidak menyukai pemberiannya. Bukan aku tidak tau terimaksih. Tapi memang aku tidak suka kadang memang tidak butuh.
Seperti contoh aku sangat menyukai Dark chocolate, Rizal pun tau itu, tapi dia selalu memberiku white chocolate.
"Kamu kan tau aku nggak suka coklat putih"
"Nanti juga kamu tau artinya" Dia ambil tersenyum-senyum nggak jelas, dan sampai sekarang pun aku tak tau apa artinya dan sejujurnya aku tidak tertarik.
"Makanan tu yang penting lidah kita bilang enak, masa suruh nyari arti, kenapa nggak ngasih kamus aja sekalian"
Satu tahun yang lalu kami putus karena Rizal selingkuh dengan teman SMA ku. Mila namanya, kami satu meja selama tiga tahun seklolah. Aku mengenal Rizal pun karena Mila, dia mengajakku makan mie ayam, yang kukira hanya berdua, ternyata ada pacarnya dan satu orang laki-laki lagi, teman pacarnya yaitu Rizal.
Hari H putus
"Yaudah kalo itu emang keputusanmu" balasan Rizal di sms, iya, aku memutuskannya lewat SMS, aku merasa dikhianati, jadi aku merasa nggak perlu harus menghormatinya.
H +3 putus
"Hil.. aku minta maaf, aku kepikiran kamu terus, cuma kamu yang tulus sayang sama aku"
"Gila itu orang, enak aja bilang kayak gitu, awas kalo kamu terima lagi" Jana berapi-api ngomel didepan mukaku sambil menunjuk-nunjuk mukaku.
"Sini..." Jana merebut HP ku dan mengetik dengan keras.
"Heh... nggak usah ganggu Hila lagi, bahagia aja sana sama selingkuhanmu, Hila nggak butuh kamu lagi" Jana mengembalikan HP ku dan pergi kedapur dengan tersungut-sungut.
Aku diam, pernahkah kalian tiba-tiba mengerti, satu-persatu ingatan berkelebat seperti potongan-potongan puzle bergabung satu-persatu teka-teki sebab akibat.
"Maaf Hil.. aku nggak bisa hari ini ada kerjaan"
itu sms Rizal dua bulan sebelum kami putus, itu hari sabtu Rizal libur, dan dia tidak pernah lembur dihari libur.
"Maaf Hil.. kita ke pantainya dicencel dulu ya, aku ada acara keluarga" belakangan aku tau dia pergi dengan Mila nonton bioskop, aku tau dari Instagram Mila, ada tas Rizal sedikit terlihat diujung foto, mungkin dia tidak sadar atau sengaja menunjukkannya.
"Ayok makan dulu, nanti lagi galaunya" Jana membawa panci penuh mie rebus panas mengepul
***
Aku mulai berkemas, sebenarnya aku agak cemas dan gugup, Jana mempercayakan Dress dan makeup resepsi pernikannya padaku. Aku sudah membuatkan Dress soft pink dengan detail bunga dan manik-manik sederhana lengkap dengan hand bouqet dan cepit rambut kecil dan belum pernah mencobakan langsung pada jana.
"Huftt.... mudah-mudahan cocok" gumamku, aku grogi sendiri.
Sudah dua tahun aku belajar menjahit dan aku juga suka mendesain baju terlebih baju perempuan, aku hampir tidak berpengalaman membuat baju laki-laki. Aku hanya bisa membuat kemeja dan celana sekolah. Aku hanya fokus untuk baju-baju perempuan yang menurutku lebih banyak fariasi. Aku sangat suka membuat baju-baju perempuan yang penuh pernak-pernik, tapi aku tidak pernah percaya diri untuk memakainya, aku hanya memakai baju dengan desain sederhana dan warnanya cenderung gelap. Beruntung aku ada Jana yang bisa aku jadikan manequin dan bahan percobaan. Hihi..
Aku mulai mengepak untuk ku bawa perjalanan besok, satu koper besar berisi satu kotak wedding dress, celana dan kemeja, satu kotak lagi berisi peralatan makeup dan acsessories.
Untuk keperluanku, aku hanya membawa empat setel baju, peralayan mandi, snekers bertabur blink-blink untuk resepsi nanti.
"Akhirnya... Selesai juga.." Aku membereskan dipan dan bersiap-siap tidur.
Kling... Suara pesan hp ku berbunyi
"Hila.. besok hati-hati dijalan ya.." Pesan dari Rizal
Tidak ku balas, ku matikan hp dan ku carger. Aku kembali tidur.
Tepat pukul 4:30 pagi aku terbangun, mandi bersiap-siap berangkat.
Kling...
"Jangan lupa sarapan"
Sungguh aku tidak lagi tersentuh dengan perhatian Rizal, aku rasa aku sudah merelakannya.
Aku sudah selesai chek in, penerbanganku masih 40 menit lagi.
***
Oiya... Namaku Mahila Reena, biasa dipanggil Hila. Umurku 25 tahun, tinggi 160, bb 45kg, rambut pendek sedikit diatas bahu.
Kata orang kulitku putih, tapi menurutku kulitku cenderung kuning, mungkin kuning langsat. Aku punya butik kecil yang menjual baju hasil desain dan jahitanku sendiri. Ini adalah kisahku dan sedikit kisah sahabatku Jana Ariana. Kami bertemu semasa kuliah dan kami tanpa sadar sudah bersahabat selama tujuh tahun. Kini Jana sudah menemukan teman hidupnya Abang Zikry, nanti akan aku ceritakan juga kisah mereka.
Kling...
"Udah nyampe mana Hil?" Pesan dari Jana
"Jakarta Na, 30 mnt lagi berangkat"
"Oke... nanti langsung aja ke tempat Ayuk Lia ya"
"Siap"
Aku buka aplikasi Webnovel dan membaca novel kesukaanku, ku abaikan pesan Rizal yang dari tadi menghujaniku dengan perhatiannya yang menurutku tidak tulus itu.
"Biarlah... toh memang kita sudah putus, tidak ada lagi kewajibanku membalas perhatiannya"
Pengumuman keberangkatan terdengar, aku segera berkemas dan menuju pesawat. Aku berangkat ke pulau seberang, pulau Bangka.