Chereads / Raflesia Magic / Chapter 2 - 2. Mimpi Yang Menjadi Nyata

Chapter 2 - 2. Mimpi Yang Menjadi Nyata

Setibanya aku di asrama, aku melatih lagi sihir yang aku pelajari dari sekolahan siang tadi. Karena di minggu depan akan ada ujian latih tanding antar pelajar yang akan di pilih secara acak dari kelas S sampai kelas C. Aku manusia yang benci kekalahan. Terlintas di pikiranku ingin aku mempelajari sihir tingkat lanjut dan tingkat atas, walaupun aku masih kesulitan untuk mengontrol mana. Terfikir untuk meminjam buku buku sihir di perpustakaan sekolahan ku. Bergegaslah aku menuju perpustakaan untuk meminjam beberapa buku buku sihir tingkat lanjut dan tingkat atas. Sesudah aku meminjam buku itu aku menuju ke lapangan terbuka di belakang asrama untuk mempelajari beberapa mantra yang berada di dalam buku tersebut. Mengingat aku memiliki sihir elemen alam, jadi aku mempelajari sihir elemen dasar angin. Mulai ku baca manteranya "wahai angin yang berhebus di padang pasir, datanglah dengan membawa badai seperti di lautan, ombang ambing lah musuhku dalam ketakutan, lenyapkan lah dan bawalah ia kepada kehancuran, GREAT WIND!!!!!!!". Ku lemparkan sihir tersebut kearah pohon pohon yang berada di sekelilingku. Terlihat hancur berkeping keping setelah terkena sihir itu, bahkan lenyap dan tak ada yang tersisa sedikitpun. Karena aku masih memiliki kontrol mana yang buruk, efek samping dari sihir itu yang menguras habis mana ku. Pandanganku mulai kabur, terlihat bintang mengelilingi kepalaku, badanku roboh dan aku pingsan di tempat. Pada saat aku pingsan, aku bermimpi lagi bertemu dengan kakek tua yang memakai jubah putih tersebut. Dia memberiku sebuah pilihan yang mana aku harus memilih yang di bawa oleh kakek itu. Sebuh tongkat sihir dan pedang sihir yang di tawarkan kepadaku. Tanpa pikir panjang aku mengambil pedang sihir tersebut, aku mengambil pedang itu karena bentuknya keren dan tongkat sihir itu berbentuk tengkorak yang membuatku takut karena seram melihat wajahnya. Sebuah pedang panjang yang memiliki gagang berbentuk naga dengan ujung pedang yang sangat tajam seperti ekor naga. Kakek itu berpesan "Kau telah memilih pedang ini, sekarang aku jelaskan kepadamu pedang ini adalah pedang ksatria yang di tempah khusus oleh klan naga dan memiliki energi sihir yang besar. Pedang ini juga dapat berubah wujud menjadi seekor naga api yang kuat, jika ia menyemburkan api dari mulutnya akan binasa yang di kenainya. Kontrol lah pedang ini sebaik mungkin jangan kau salah gunakan pedang ini untuk kejahatan, karena pedang ini akan melahap pemiliknya saat ia digunakan untuk kejahatan. Kau bisa ambil pedang ini dari buku yang kau temukan di belakang kelas saat kau makan siang.gunakan mana mu untuk menarik pedang ini.".

Kemudian kakek itu pergi dari pandanganku secara tiba tiba, sehingga membuatku tak sempat untuk mengucapkan satu kata pun. Setelah menghilangnya kakek tadi aku terbangun saat tangah malam. aku terkejut karena masih berada di lapangan. Aku bergegas pulang ke asrama dan aku coba untuk menarik pedang dari buku yang dibicarakan kakek itu. Setibanya aku di asrama, saat aku mencari buku itu di dalam tas, baru teringat kalau bukunya tertinggal di lapangan bersama buku buku sihir yang aku pinjam dari perpustakaan sekolahan itu. Kemudian aku berlari menuju lapangan bersyukur buku buku itu tak hilang dan masih acak acakan. Aku rapikan dan ku bawa ke kamar asramaku, setengah berlari aku menuju asrama dan membeli minuman karena haus. Setibanya di dalam kamar, mulailah aku untuk mengambil pedang tersebut. "Wahai buku yang lusuh, perlihatkanlah pedang naga yang dijanjikan kepadaku, karena sekarang aku adalah pemilik pedang yang baru muncullah dan keluarlah dari buku". Pedang tersebut keluar dari buku dalam bentuk naga, naga tersebut terbang dan mengobrak abrik isi kamarku. Sedikit demi sedikit aku bisa mengontrol pedang tersebut, karena sudah 460 tahun tak memiliki tuan, naga tersebut menjadi liar dan sulit untuk dikendalikan. Aku transfer mana ku ke naga tersebut, secara tiba tiba naga itu terdiam dan berubah menjadi pedang yang indah. Lagi lagi aku pingsan karena kehabisan mana, karena mana ku di kuras habis oleh pedang tersebut, satu hari mana ku habis tak tersisa. Aku butuh istirahat untuk memulihkan mana ku.