Pintu kamar terbuka saat Robert menendangnya. Bunyi gaduh segera terdengar sampai Persia terkejut bukan main, tapi untuk mengetahui siapa saja yang mendengar Persia tidak sanggup bahkan tangannya terus memaut seolah tidak ingin lepas dari bahu lebar yang membawanya masuk lebih dalam menuju kamar. Bukan hanya cara kasar Robert membuka pintu, tapi juga Persia tidak menyangka jika Robert melemparnya ke ranjang. Tentu tubuh Persia mengikuti tekstur tempat tidur yang empuk, ia juga mendapatkan tatapan mengerikan dari Robert lalu pria berkumis tipis itu berpaling untuk menutup kembali pintu besar kamarnya.
Hampir tidak peduli jika semua penghuni akan terbangun karena permasalahan baritonnya, itu semua karena bagi Robert terlalu lama jika harus bermain lembut sedangkan gairah itu sudah diujung kepala. Sesaat Robert meninggalkan tubuh seksi itu di atas ranjang untuk mengunci pintu lalu Robert berjalan lagi menyamakan tatapan mereka saling terikat, detak jantung saling berebut irama karena Robert melihat dada itu membusung indah saat menarik napas.
Bermain dengan waktu tidak akan ditempuh karena Robert mulai membungkuk untuk menangkap jari-jari kaki Persia, menjilat kemudian menarik salah satunya tanpa melepas pandangan ke wajah Persia. Ia tahu jika caranya membuat Persia memburu napas tapi Robert rasa itu sensasi pada awal sesi permainan, Robert meratakan lumatan dari ujung kaki hingga merayap tegas keatas. Hidungnya sengaja menyentuh kemudian lidahnya mencicip kulit mulus hingga berujung pada paha Persia. Mengecup, menari di sana dengan pandangan rakus dan tidak ingin melewatkan satu inci pun tubuh mengenakan gaun tidur berwarna merah muda.
"Hmmhhbb..." Persia membanting punggungnya saat lidah Robert semakin menjalar, bahkan sangat dekat dengan sensor seksualitas.
Lebih sengaja lagi Robert kembali pada betis Persia, meratakan kecupan dan jilatan hangat pada paha Persia. Tangannya pelan membuka kedua paha Persia lebar-lebar tanpa melepas jilatan yang menjelaskan kenikmatan, celana dalam tipis itu membaurkan aroma tubuh memabukkan dan Robert menjulurkan lidahnya tepat di atasnya. Ia menatap wajah Persia nampak frustasi, napas yang mulai tersengal bahkan Persia mulai meremasi kain sprei. Baiklah, Robert harus bersabar sebentar untuk mengurung gairah, ia menghirup dalam-dalam ruas tubuh yang masih terlindungi celana dalam dan Robert memainkan jari telunjuk di atasnya. Meraba, menggeser tiap jarak lembut mulai lembab dan Robert tersenyum kecil saat Persia berusaha berpaling dan menghalangi wajah Robert.
"Aku bersedia menjadi lelaki hidung belang untukmu, Baby." Robert mengulangi lidahnya melekat di sana, tanpa membuka pelindung itu membuat miliknya semakin kuat dan ingin dibebaskan.
Telinga Persia menangkap percakapan aneh dari Robert tapi ia tidak tahu untuk melawan bahkan sekedar bangkit saja Persia tidak berdaya. Tubuhnya terasa lemas apalagi sentuhan Robert mulai memperdaya dan mengoyak penolakan Persia dengan rayuan.
"Kau tidak ingin mendesis dan membuatku dungu hm?" Robert mulai membuka celana dalam Persia. "Menunggu aku untuk ini?"
"Annghh..." tentu Persia menggeliat hebat saat Robert menjilat bahkan seakan menyeruput bagian yang membuat Persia tidak karuan.
Semakin mendapat penolakan, Robert bersikeras merebut tubuh itu untuk dikuasai. Ia menarik kedua tangan Persia hingga bangun dan tanpa mendengar kata lagi Robert menyudutkan tubuh Persia di depan cermin besar, menanggalkan gaun merangsang birahi sebatas memperlihatkan dada besar Persia. Lalu tangan Robert mengunci satu paha Persia untuk terangkat, karena tak ingin rugi Robert menyandarkan kaki Persia di lengan kemudian tangan Robert meremas hingga memilin ujung mungil dada Persia. Satu tangan Robert kembali rakus meraba bahkan menembuskan jemarinya di celah nikmat Persia.
"Ennghh... Aghhmmb..." Persia menahan jeritan saat jemari besar itu memperoleh kesenangan.
"Teriaklah sayang! Tidak ada yang akan mendengar karena kamar ini kedap suara." bisik Robert menggigit daun telinga Persia, kedua tangannya berperan menguasai dua sentuhan saat meremasi buah dada Persia dan jemari yang menggasak kenikmatan.
Pasokan udara dalam pernapasan sudah terkuras oleh tenaga Persia menahan tubuh dan pandangan di depan cermin, Persia mampu melihat dengan jelas bahwa Robert tengah berkuasa atas dirinya tanpa basa-basi sudah membeberkan sensasi panas saat Persia melihat bagian bawah pada pantulan cermin. Apalagi saat tangan Robert memberikan sesasi paling sulit untuk diterima atau Persia tolak, pertama Persia melihat jemari Robert menerobos sangat cepat bahkan dari gesekan tangan itu menimbulkan suara khas pertemuan anggota tubuh. Persia kemudian mengerjap dan saat ia menoleh ke arah Robert, bibir Persia sudah gagal untuk bebas dan suara desahannya sudah terpenjara dalam mulut Robert, tubuhnya berada dalam kungkungan tangan Robert kemudian Persia meraih rambut Robert. Meremas bahkan membuat berantakan.
Kain tipis di tubuh Persia sengaja Robert biarkan dan pantulan cermin seolah memutar adegan seksi untuk Robert nikmati secara live. Mempermainkan bentuk sintal dan warna merekah di bawah sana sudah cukup mengabutkan pandangan Robert, saat Persia benar-benar bergerak tak karuan berada di pelukannya ia pun menjilat bahkan meninggalkan jejak merah di tengkuk Persia. Posisi itu sengaja Robert tunjukkan di depan Persia, agar wanita yang sedang membuat Robert gila tahu betapa sesi ini sangat menggoda.
"Lihat tubuhmu, Baby!" bergantian Robert memasukkan dua jari tangan ke dalam milik Persia, mencabut kemudian membenamkannya kembali dan meninggalkan jejak basah di jari-jari besar Robert.
Persia terbelakak sekaligus merasa malu ketika Robert menjilat sisa lendir di jemari, tersenyum kemudian menempatkan bibirnya saling bersentuhan.
"Manis." Robert mengklaim jika aroma dan rasanya menggiurkan.
Persia merasa takut sekaligus pening saat tatapan Robert liar memburu miliknya lagi. "K...kau... Gila!"
"Oh ya?" Robert membenamkan jemarinya semakin dalam hingga Persia tersengal dengan mata terbelalak. "Itu salahmu Baby, kau sudah lancang membuatku bergairah dan wajahmu terlalu sialan untuk aku tolak, aku juga ingin terus menyetubuhimu."
"Ahh, Robert... AAHHH..." Tangan Persia mencengkeram kuat pundak kemudian meremasi rambut Robert saat titik nikmat itu di ujung gairah kepuasan.
"Yeah Baby, rasakan semuanya sayang!" Robert terus meremas dada dan menggerakkan jemarinya keluar masuk sangat cepat hingga Persia mulai meregang.
Teriakan Persia tertahan oleh napas dan juga rasa itu telah melumpuhkan tenaga, Persia mendesah dan mendongakkan kepala dan seketika Robert memburu kulit mulus Persia dengan lidahnya. Tubuh Persia terkulai dan ia menggerakkan pinggul karena gelenyar yang terlalu mengurung rasa, pandangan pada pantulan cermin memperlihatkan setengah telanjang sempat membuat Persia ngeri tapi ia terlalu bodoh saat mencapai orgasme. Semakin terasa bahkan miliknya sudah berkedut semakin hebat.
Sejenak desiran darah dalam tubuh terasa hangat dan keringat mulai mengucur dari pelipis dan juga dada Persia. Hasil itu membuat tubuh Persia nampak mengkilat terutama di depan cermin dan Robert menuntun jemari Persia membelai miliknya. Perbuatan Robert sulit diterima oleh Persia tapi ia tidak peduli dan memperdaya Persia meremas-remas bentuk kekar berukuran besar memiliki panjang sekitar dua puluh tiga sentimeter.
"Hm... Telapak tanganmu berputar seperti ini Baby," Robert menggerakkan pergelangan tangan Persia memutar-mutar untuk memijat miliknya. "Jangan malu sayang, senjataku ini sudah menjadi milikmu!"
Gila! Persia tidak sanggup mendengar ucapan yang tidak pernah ia dengar sebelumnya. Apalagi kata-kata Robert semakin binal dan Persia merasa frustasi saat menguasai bentuk keras yang sedikit bergerak-gerak 'ya ampun segini ukurannya? Pantes punyaku seperti dihantam' dan itu membuat jantung Persia semakin berdebar, sekaligus perihatin jika guratan otot itu akan mengoyak gairah. Semalaman? Oh yang benar saja?
Meski sentuhan tangan Persia tidak sehebat yang Robert idamkan tapi ia tidak mempermasalahkan dan Robert merasa tidak sabar harus mengulur waktu lebih lama. Tanpa ragu dan mulai memikirkan kepuasan Robert melepas seluruh pakaiannya, merunduk kembali untuk mengecup punggung Persia sebentar lalu Robert menarik tubuh Persia lebih dekat. Robert mengangkat satu paha Persia kembali dan mulai melekatkan miliknya di dasar celah nikmat yang sudah basah, satu menit sampai dua menit Robert melapisi ujung vitalnya dengan cairan di labia mayor.
"Mari bermain-main denganku, Baby! Kau boleh membuatku tuli dan gila asal aku tidak mendengar kata 'tidak' dari bibir seksi mu ini. Dan peluk aku sayang!" pinta Robert membawa tubuh Persia ke atas, punggung Persia lebih dekat dengan dadanya.
Depan cermin, sensasi itu dimulai saat Robert begitu rakus menjilati sisi wajah Persia kemudian ia sedikit mengangkat tubuh yang memunggunginya agar milik Robert bebas menerkam di bawah sana. Perlahan saat bentuk panjang itu mulai terbenam Robert melenguh dan terus menatap tubuh di genggaman menggeliat, meregang hingga mencengkeram kuat tengkuk Robert.
"Aaahh... aahhh..." desah Persia saat bentuk kekar itu menusuk lebih dalam, tegas mendominasi kekuatan oleh dorongan nafsu.
Tidak hanya membuat Persia terbelalak tapi Robert juga menyentakkan miliknya lebih dalam, menariknya keluar dan menjerumuskan kembali menggemari permainan sesi bridal style. Suara khas tubuh saling melekat terdengar dan desahan mereka menyatu dalam pandangan mengabut, Robert berjalan pelan kemudian menempatkan tubuh Persia di atas meja pada sofa di kamarnya. Tanpa melepas yang sudah terlanjut terjerumus Robert menekan punggung Persia hingga membungkuk, kini terlihat kulit mulus dengan tulang ekor sedikit terpampang, meremasi pangkal paha Persia karena melihat miliknya tertelan habis Robert begitu bernafsu. Mengganti sensasi menjadi doggy style membentang kecantikan itu saat Robert meraih kedua tangan Persia, ia menghirup aroma buah pada rambut dan gairah di leher Persia ketika membungkuk.
"Uggh... Milikmu sangat nikmat, Baby." Robert tidak peduli akan keyakinan tentang bahwa ia tidak akan pernah tertarik dengan Persia.
"Yaahh... Terus Baby, kau mampu menghisapnya hm? Belajar hal itu dari mana sayang?" imbuh Robert ketika dinding rahim itu mulai memberi ekstasi.
Persia menggigit bibir bawahnya sembari memikirkan apa yang dimaksud oleh Robert. Yang Persia tahu setiap kali bisikan terdengar sentuhan Robert selalu berbeda, lembut bahkan pergerakannya mampu Persia rasakan, hangat tangan Robert membara dengan nafsu yang berkobar. Disusul saat Robert semakin mengguncnag tubuh Persia, melakukan petting yang benar-benar dahsyat sehingga Persia pasrah pada lengan yang dijadikan sebagai pegangan.
Sentakannya semakin tegas dan berambisi saat tubuh Persia hampir terkulai seperti tadi, Robert mencoba memahami lalu ia menyandarkan punggung Persia ke dadanya. Menahan pinggang Persia agar tetap bertahan dengan gerakan Robert menekan kemudian melepas lagi hingga terhenti saat meraup udara dalam napas. Tak lama Robert membawa tubuh Persia menuju ranjang dan Robert menyentakkan tubuh seksi itu telentang, tanpa basa-basi untuk membuat pemicu karena Robert sudah tidak bisa menahan terlalu lama ia merayap di atas tubuh Persia. Melumat dada Persia kemudian memburu bibir dan wajah Persia tanpa ampunan.
"Eemmh...," Persia mencengkram lengan Robert. "Berhenti! Aku... lelah..."
Sekali lagi. Tidak ada kata penolakan atau sekedar mengecoh untuk menghentikan apa yang Robert damba, ia tetap memburu leher dan kali ini Robert mengunci kedua tangan Persia dibarengi saat miliknya terus melata di bawah sana. Semakin dalam. Memenuhi rongga nikmat itu. Tidak terelakkan oleh tenaga Persia yang mulai terkulai karena sebenarnya kondisi tubuh kurang sehat tapi Robert terlalu egois jika gairah itu telah meninggi, membobol rasa kemudian Robert terus mencumbui Persia.
Desahan Persia berubah menjadi rintihan, remasan tangan berubah menjadi sekedar sentuhan di sisi wajah Robert karena Persia sudah tidak bertenaga lagi untuk memeluk namun Robert masih bertahan dan terus mengguncang tubuh Persia. Terutama saat Robert hampir mencapai klimaks, napas itu semakin memburu dan Robert menerjang leher Persia tanpa durasi. Melawan hawanya memang tidak pandai dan Robert melimpahkan keinginan di ujung rasa nikmat bercinta, ia menuangkan kepuasan sekaligus cairan cintanya ke dalam tubuh yang kini hanya bisa mengerjap pelan.
"Ochh... Ssshh... Yaahh..," Robert masih menggerakkan pinggulnya. "Ini nikmat Baby, kau sangat memuaskan."
Ucapan itu memang terdengar gila di telinga Persia, tapi untuk protes saja Persia tidak mampu dan hanya mengikuti wajah Robert berada di belahan dadanya. Menjulurkan lidah kemudian melahap bongkahannya untuk menciptakan jejak merah di sana. Berlanjut lagi Persia merasa ngeri ketika Robert menatap tajam seperti itu lagi, seolah dirinya adalah mangsa.
"Masih sakit hm?" Robert menggendong tubuh Persia tanpa beranjak dari tempat tidur. Persia tidak menjawab. Pertanyaan itu terlalu vulgar bagi Persia.
"Tentu saja tidak, kau akan lebih terbiasa lagi dengan ukuran ku ini Baby. Jadi tidak perlu takut dan satu lagi," Robert mengecup kening Persia. "Jangan menolak takdir gairah suamimu ini."
Suami? Persia masih gagal mencari arti dari hak dan status itu untuk Robert. Rasa kagum memang benar ada, tapi sesuatu yang istimewa dalam hati Persia rasa itu tidak benar. Tapi perlakuan Robert semakin berubah ketika waktu saling menyatukan mereka.
"Good night and nice dream my Sweet Sinner." tutur Robert menaruh tubuh mereka saling memeluk terlindungi oleh kain tebal selimut dan Robert tanpa henti membelai lembut wajah dan rambut Persia sampai ia terlelap.
Napas panjang itu terus ia amati dan bulu lentik berwarna hitam pekat sudah menyembunyikan mata elang milik Robert. Persia tidak mengerti mengapa semua terjadi begitu cepat, tragedi bahkan sikap Robert yang semakin berubah namun Persia takut. Ya, ia takut jika tidak mampu membalas semua kebaikan. Hatinya terpenjara terlalu dalam untuk Edo, tapi sikap dan moral itu tidak bisa Persia terima dengan mengatasnamakan rasa cinta. Tapi justru pria yang kini ia belai wajahnya mulai memberi harapan. Bukan. Memberi arah pada dua jalur yang baru untuk Persia tempuh, tetap tinggal atau pergi meninggalkan jejak luka.