Chereads / Tawaran Tuan Quan / Chapter 10 - Hubungan Apa yang Kamu Rasa Paling Cocok?

Chapter 10 - Hubungan Apa yang Kamu Rasa Paling Cocok?

Amarah dalam hati Jiang Bangyuan mulai membuncah sampai rasanya asap hampir keluar dari puncak kepalanya. Namun, ia harus tetap berhati-hati dan tetap menjaga namanya sebagai putri keluarga Jiang. Ia pun menghentakkan sepatu haknya yang setinggi sepuluh inci, lalu berjalan ke depan Quan Rui dan Bai Ran. Ia berusaha tetap tenang dan bertanya pada mereka, "Rui, kamu dan dia… Apa hubungan kalian?"

Bai Ran merasa sakit kepala saat mendengar suara Jiang Bangyuan. Wanita ini sangat sulit untuk dihadapi. Tetapi, kali ini Bai Ran tidak perlu berbicara karena Quan Rui yang berada di sampingnya segera membantunya. "Sedang memikirkannya. Hubungan apa yang kamu rasa paling cocok? Teman? Teman dekat? Kekasih?" Quan Rui tersenyum penuh makna dalam senyumannya dan di sela-sela perkataannya, ia menoleh dan melirik Bai Ran lagi. Kemudian, ia mengganti nada suaranya dan berkata lagi dengan serius, "Atau… istri?"

Jiang Bangyuan dan Jiang Yueping sebenarnya masih tidak terlalu saat mendengar paruh pertama kalimat Quan Rui. Dalam hati, mereka berpikir, Tuan Quan sungguh adalah Tuan Quan! Baginya, wanita seperti pakaian yang bisa dibuang setelah dipakai dan tidak perlu disimpan lagi. Bagaimana mungkin orang seperti Quan Rui bisa tertarik dengan Bai Ran yang tidak punya kelebihan apa pun? Mereka baru saja mulai merasa lega ketika kata-kata terakhir Quan Rui tiba-tiba mengejutkan mereka lagi. Istri? Candaan macam apa itu?

Wajah Jiang Bangyuan langsung memucat dan ia menggertakkan giginya dengan kuat hingga seluruh tubuh nyaris membatu. Quan Rui tadi mengatakan bahwa ia mau menjadikan Bai Ran sebagai istrinya? Kalau begitu, bagaimana denganku? Aku ini calon istri Quan Rui. Bagaimana bisa Quan Rui dengan mudah mengatakan kata-kata seperti itu di hadapanku? pikirnya geram. Jiang Bangyuan sangat marah, tapi ia tidak bisa mengatakan apapun.

Jiang Yueping yang tidak bisa menahan amarahnya langsung maju dan berteriak, "Kakak Ipar! Mana boleh kamu berkata seperti ini? Bukannya kamu mau menikahi kakakku? Bai Ran ini hanya orang dengan posisi terendah di keluarga kami!"

Jiang Bangyuan sangat cemas hingga langsung bicara dengan berantakan tanpa berpikir pandang dan tidak bisa mempertimbangkan situasi. Beruntung, sebelum ia menyelesaikan kata-katanya, Xu Chenglin menariknya untuk mengingatkannya agar tidak mengatakan apapun lagi. Namun, Jiang Yueping mengabaikan peringatan Xu Chenglin. Sekali sindrom tuan putrinya kambuh, siapapun tidak akan bisa menghentikannya. Jiang Yueping pun mengalihkan amarahnya pada Xu Chenglin dan Bai Ran.

"Kamu yang ber-IQ rendah! Dia sudah bilang dia mau memutuskan kontrak pernikahan denganmu, jadi untuk apa kamu masih membantunya? Dia sekarang sedang merayu kakak iparku!" teriak Jiang Yueping pada Xu Chenglin. Kemudian, ia mulai menuduh Bai Ran lagi, "Satunya idiot dan satunya lagi tukang selingkuh! Begitu cepatnya kamu merayu kakak iparku? Kamu tidak punya cermin untuk melihat dirimu sendiri seperti apa? Bebek jelek kecil juga ingin menjadi angsa, tapi kamu masih terlalu pagi seratus tahun!"

Bai Ran sering mendengar perkataan kasar Jiang Yueping yang seperti ini. Namun, karena ia sendiri masih merasakan amarahnya yang sebelumnya, ia pasti tidak akan membiarkan Jiang Yueping menindasnya begitu saja. Ayahnya, satu-satunya yang bisa membantunya dalam keluarga ini, telah meninggal dan ia tidak ingin menyebabkan masalah untuk ibunya. Bai Ran bisa memandang hal-hal kecil sebagai hal yang terbaik. Namun, kesabaran seseorang juga tetap ada batasnya.

Bai Ran memandang Jiang Yueping dan baru saja ingin mengejek wanita yang tidak masuk akal ini, namun ia mendengar sebuah suara dingin yang datang dari sampingnya. Suara itu terdengar tenang, namun membawa dominasi yang tidak terbantahkan, "Aku benar-benar tidak menyangka bahwa anak ketiga keluarga Jiang begitu fasih? Apa lagi yang bisa aku katakan?"

Perkataan Quan Rui sebenarnya tidak ada apa-apanya dan bahkan nada bicaranya juga tidak berat. Namun, saat ia berkata begitu, Jiang Bangyuan yang sedari tadi berdiri diam di samping tidak mengatakan sepatah katapun dan langsung menampar wajah Jiang Yueping. Suara tamparan itu memecah keheningan di malam yang gelap.