Bai Ran masih berkeinginan untuk mencari cincin yang hilang di bawah guyuran hujan yang begitu deras. Apa aura percaya diri yang Bai Ran pancarkan di meja perjudian tadi telah ia lempar untuk dimakan anjing? Bahkan, Quan Rui juga harus mengakui bahwa wanita ini berbeda dari semua wanita yang pernah ia temui. Bai Ran sangat istimewa.
Bai Ran sebenarnya tidak berpikir begitu banyak. Ia hanya tahu bahwa ia tidak boleh menghilangkan cincin itu. Namun, sekarang hujan turun begitu deras sehingga ia benar-benar tidak tahu apakah cincin itu akan hilang begitu saja jika ia tidak cepat-cepat menemukannya. Hujan deras itu membuat taman rumput menjadi penuh lumpur dan digenangi air lumpur kuning kecoklatan. Namun, Bai Ran tidak peduli sama sekali dan merendam lututnya begitu saja di dalam lumpur. Rok putihnya basah kuyup dan menempel lengket di kulitnya hingga menampakkan lekuk tubuhnya yang sempurna itu.
Mata Quan Rui melihat Bai Ran sekilas dan akhirnya terus memandangi wanita itu. Namun, ia bukan lagi anak kecil atau remaja tanggung yang tidak bisa berpaling setelah melihat seorang wanita. Quan Rui yang sekarang adalah pria yang sudah cukup dewasa. Ia maju selangkah, lalu mengangkat payung di atas kepala Bai Ran untuk melindungi wanita itu dari hujan deras.
Bai Ran tidak menyangka bahwa dalam hujan sederas ini masih akan ada orang yang memegangkan payung untuknya. Saat Bai Ran mendongak, ia menatap pria yang berdiri di depannya dengan tidak percaya. Quan Rui? Mengapa dia bisa datang kemari? batinnya. Bai Ran mengerutkan kening dan pikirannya mendadak kosong untuk sesaat. "Apa yang sedang kamu lakukan?" tanyanya.
"Cincin itu benar-benar begitu penting?" Quan Rui balik bertanya pada Bai Ran sambil mengangkat alis.
"Penting," Bai Ran mengangguk.
Bai Ran melihat Quan Rui yang hanya berdiri diam seperti ini dan tidak membantunya. Ia pun mengira bahwa mungkin Quan Rui menganggap ia hanya bercanda. Padahal, Quan Rui bisa mendengar dengan jelas perkataan Bai Ran. Ia menurunkan matanya untuk melihat Bai Ran. Wajah mungilnya begitu pucat karena diguyur hujan untuk waktu yang begitu lama sampai tampak menakutkan. Bai Ran tidak sakit, mungkin itu adalah sebuah keajaiban.
Bai Ran masih mengangkat kepala untuk melihat Quan Rui. Air hujan yang dingin mengalir turun dari pipinya. Ia kini terlihat seperti seekor anjing peliharaan yang tidak punya rumah untuk pulang. Entah bagaimana, Quan Rui tiba-tiba teringat bahwa saat kecil ia bertemu dengan seekor anjing liar di luar pintu sekolah. Ia selalu ingin membawa anjing itu pulang ke rumah, tapi ibunya tidak pernah mengizinkan. Sampai sekarang, ia kadang-kadang masih bisa mengingat anjing liar yang menatapnya dengan penuh memohon.
Memori tidak menyenangkan itu masih tersimpan di lubuk hati Quan Rui. Memang sedikit tidak pantas jika Quan Rui membandingkan Bai Ran dengan anjing itu, tapi Bai Ran membuatnya mengingat tentang penyesalannya yang dulu. Jika Quan Rui sekarang melewatkan Bai Ran, apakah ia akan menyesal untuk dua puluh tahun lagi? Ia tidak tahu jika ia sebenarnya tidak memikirkan apapun atau mungkin ia selalu bertahan hidup di tempat yang tinggi sesuai aturan selama beberapa tahun terakhir. Ketika Quan Rui pertama kali melihat Bai Ran, hatinya sedikit tersentuh.
"Aku akan membantumu," kata Quan Rui. Lalu, ia juga berjongkok dan mengulurkan tangan untuk mulai meraba-raba di tanah berlumpur.
Quan Rui sudah mengatakan sebelumnya bahwa ia akan membantu Bai Ran. Sebenarnya mencari sebuah cincin juga bukanlah hal yang sulit. Quan Rui membawa banyak pengawal juga di luar sehingga ia pun memanggil mereka untuk datang dan membantu mencari bersama-sama. Seharusnya jika semakin banyak yang mencari maka akan semakin cepat juga cincin itu ditemukan. Seperti kata pepatah, orang banyak membawa kekuatan besar.
Quan Rui justru tidak banyak berpikir. Ia langsung ikut berjongkok tanpa mempedulikan statusnya yang terhormat. Jika harus berkata jujur, ketika Bai Ran melihat Quan Rui seperti ini, ia merasa hatinya seperti dipukul oleh palu godam yang kuat. Perasaan itu tidak sepenuhnya menyenangkan bagi Bai Ran. Dari dulu, tidak ada seorang pun yang akan melakukan ini untuknya. Semua orang yang melihat Bai Ran berlutut dan mencari di lumpur mencari mengira ia adalah orang gila. Semuanya memandang rendah Bai Ran. Namun, lain halnya dengan Quan Rui…