Chereads / Tawaran Tuan Quan / Chapter 29 - Aku Harus Menepati Janjiku Padanya.

Chapter 29 - Aku Harus Menepati Janjiku Padanya.

"Maksudmu, kamu juga mengakui bahwa Jiang Yuexi adalah adikmu?" tanya Quan Rui dengan suara yang naik satu oktaf. Ia berbicara sambil melemparkan dokumen di tangannya ke depan Jiang Hao.

Jiang Hao membeku. Lalu, ia menurunkan matanya untuk melihat dokumen yang dilempar Quan Rui dan akhirnya menyadari bahwa lembar pertama dokumen itu adalah hasil tes paternitas DNA yang menyatakan bahwa Jiang Yuanshan adalah ayah kandung Bai Ran. Ini… Kapan Quan Rui mendapat barang ini? pikir Jiang Hao yang sejenak diliputi keraguan. Setelah ia mengambil hasil tes paternitas itu, ekspresinya pelan-pelan berubah.

Jiang Bangyuan turut menyadari bahwa ada sesuatu yang salah dan cepat-cepat melihat sekilas ke dokumen yang dipegang Jiang Hao. Ia seketika membeku, tapi kemudian ia menggertakkan giginya dan berkata pada Quan Rui, "Rui, karena kamu punya ini, mengapa kamu malah masih begitu dekat dengan Bai Ran? Apa kamu tidak ingat bahwa kita sudah dijodohkan sejak sebelum lahir?"

Jiang Bangyuan benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya dipikirkan Quan Rui. Ia sebenarnya tidak berencana untuk menghadapi Quan Rui di tempat umum, tapi ia merasa bahwa Quan Rui sudah keterlaluan. Jika Jiang Bangyuan tidak maju dan membela dirinya sendiri, bisa jadi orang-orang yang ada di sana semakin tidak menghargainya nanti. Bai Ran sialan itu! Aku benar-benar tidak tahu sejak kapan ia berhubungan dengan Quan Rui! pikir Jiang Bangyuan.

Bai Ran sepertinya masih belum menunjukkan reaksi apapun meskipun kini ia sedang berhadapan langsung dengan Jiang Bangyuan. Namun, Jiang Hao sudah mendahuluinya dan memulai masalah lagi. "Bai Ran, kamu sebenarnya putri keluarga Jiang, bukan? Pria kakak tertuamu pun mau kamu rebut. Kamu benar-benar tidak tahu malu!" kata Jiang Hao pada Bai Ran. Sejak awal Jiang Hao selalu membela Jiang Bangyuan dan sepertinya opininya tidak berubah sama sekali.

Bai Ran awalnya tidak merasakan apa-apa. Namun, ia akhirnya mendengus getis saat mendengar perkataan Jiang Hao. Sekarang Jiang Hao baru tahu bahwa Bai Ran juga salah satu putri keluarga Jiang? Padahal, selama sepuluh tahun terakhir mereka tidak pernah menganggapnya sebagai bagian dari keluarga Jiang? Hah! Jika membicarakan hal yang tidak penting, mereka melakukannya dengan sangat lancar, batin Bai Ran.

Bai Ran menyipitkan matanya, lalu sengaja semakin bersandar ke arah Quan Rui dan mengalungkan lengannya di leher Quan Rui. "Tuan Quan, kamu tadi telah berjanji padaku. Jika aku menang, kamu tidak boleh menikah bersama Jiang Bangyuan. Kamu masih ingat?" tanya Bai Ran pada Quan Rui dengan suara keras. Kemudian, ia membatin, Karena mereka menuduhku tidak tahu malu, sekalian saja aku tunjukkan pada mereka seperti apa itu yang namanya tidak tahu malu! Lihat wajah siapa yang akan dikalahkan duluan!

"Jelas saja masih ingat," Quan Rui mengangguk. Ia sangat puas karena Bai Ran berinisiatif memeluknya. Wanita mungil ini sangat kurus dan terasa hampir tidak berbobot di dalam pelukannya. Namun, tubuh Bai Ran yang bersandar di dalam pelukannya sangat lembut, hangat, dan harum… Harumnya membuat Quan Rui langsung ketagihan.

Setelah mendengar jawaban Quan Rui, Bai Ran kembali menatap Jiang Bangyuan dan mengedikkan bahunya dengan sangat tidak berdaya. "Maaf, Tuan Quan sekarang tidak akan menikahimu. Dari mana kamu bilang aku merebut tunanganmu?" tanya Bai Ran dengan ironis. Ia tahu bahwa bagi Jiang Bangyuan, kontrak pernikahannya dengan Quan Rui adalah hal yang paling membanggakan untuk dipamerkan. Jika Jiang Bangyuan tidak lagi memiliki kontrak pernikahan itu, apa lagi yang masih bisa ia pamerkan?

Percakapan Bai Ran dan Quan Rui sungguh membuat Jiang Bangyuan marah. Ia pun menatap Quan Rui dengan tidak percaya dan ia ingin mendengar Quan Rui sendiri yang bicara padanya. "Rui? Apa maksudmu? Kontrak pernikahan kita dibuat oleh orang tua kita. Bagaimana kamu boleh…"

"Memang telah ditetapkan oleh orang tua kita. Tapi... Seperti yang kamu dengar, Ranran sudah menang. Aku harus menepati janjiku padanya," kata Quan Rui dengan sangat polos tanpa dosa.