Chereads / Tawaran Tuan Quan / Chapter 4 - Kata Seekor Anjing yang Kehilangan Tuannya

Chapter 4 - Kata Seekor Anjing yang Kehilangan Tuannya

Quan Rui hanya sibuk mengagumi pemandangan indah yang tak jauh dari tempatnya duduk dan tidak mempedulikan hal-hal yang ada di depannya. Meng Fan bahkan belum pernah ditatap langsung oleh Quan Rui dan Quan Rui hanya sesekali meliriknya sehingga ia merasa tidak dihormati dan diremehkan. Jelas bahwa Quan Rui memandang rendah diriku, bukan? Hah! pikir Meng Fan. ia merasakan penghinaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Meng Fan melihat sekilas Quan Rui yang duduk di sampingnya dan bertanya dengan nada menantang, "Mengapa? Tuan Quan bahkan tidak perlu melihat kartu? Tuan begitu percaya diri? Atau... Sudah berencana menyerah?"

Sekali Meng Fan berbicara, kata-katanya terdengar penuh kebencian. Namun, Quan Rui tidak menarik kembali pandangannya. Sudut bibirnya yang dingin terbuka dan ia hanya berkata singkat. "Orang yang melihat kartu untukku masih belum datang."

Setelah berbicara, Quan Rui tidak menoleh dan langsung berjalan keluar pintu. Semua orang yang mengelilingi meja judi tidak berani menghentikan Quan Rui dan otomatis mundur untuk memberikan jalan. Ketiga orang di meja judi benar-benar tercengang dibuatnya. Jiang Hao juga kehilangan kata-kata, lalu ia mendekatkan mulut ke telinga Jiang Bangyuan dan berbisik, "Kakak, cepatlah ikut keluar dan melihat-lihat. Dia tadi masih baik-baik saja, tapi mengapa tiba-tiba pergi begitu? Ada banyak temanku di sini! Jangan membuatku kesulitan begini!"

Jiang Bangyuan mengangguk setelah mendengar kata-kata Jiang Hao, lalu berdiri dan mengikuti Quan Rui keluar. Meskipun ia dan Quan Rui sudah dijodohkan untuk menikah sejak kecil, kedua orang itu sebenarnya tidak punya kesempatan untuk bersama. Mereka sering bertemu sejak kecil, tapi sampai sekarang Jiang Bangyuan masih tidak bisa menyentuh hati pria itu.

Sementara Jiang Bangyuan keluar untuk mengejar Quanrui, Meng Fan yang ditinggal hingga terabaikan di meja judi itu merasa marah sampai rasanya nadi di dahinya nyaris meledak. Ia mengepalkan tangannya dengan sangat erat sampai sendi tulangnya terdengar gemeretak.

Sekarang, drama apa lagi yang terjadi di taman rumput di luar vila?

Bai Ran sudah mencari di taman rumput sampai hampir setengah jam, tapi ia masih tidak menemukan apa pun. "Jatuh ke mana? Aku lihat jelas, tadi dilempar di dekat sini..." Bai Ran sedikit cemas sampai kesabarannya hampir habis. Barang yang jatuh di sini sangat penting bagi Bai Ran. Bahkan, ia sampai tidak peduli meskipun gaun putihnya ternoda oleh lumpur. Ia terus berlutut di atas rumput sambil membungkuk dan tangannya tak kunjung berhenti meraba-raba rumput.

Seorang pria dan seorang wanita mendekati Bai Ran yang sedang berlutut meraba-raba di taman rumput berlumpur sambil tertawa mengejek. Wanita itu mengenakan rok kuning berpotongan lurus dan kalung mutiara besar sambil menggamit lengan pria di sampingnya yang mengenakan setelan. Lalu, wanita itu berbicara kepada Bai Ran yang berlutut di rumput dengan begitu arogan, "Bai Ran, Chenglin sudah putus denganmu. Orang yang dia cintai itu aku. Untuk apa kamu masih memungut cincin pertunangan kalian? Tidakkah kamu merasa bahwa sekarang kamu terlihat seperti pepatah seekor anjing yang kehilangan tuannya?"

Wanita itu tertawa, namun Xu Chenglin yang sedang dipeluknya tampak sedikit khawatir. Lalu, Xu Chenglin menoleh dan berkata, "Cukup, Yueping. Bagaimanapun juga, Ranran ini adikmu."

Xu Chenglin sedikit tidak tahan saat sekilas melihat Bai Ran yang berlutut di rumput. Tidak mungkin ia mengakui dalam hati bahwa ia tidak peduli pada Bai Ran. Ia sempat bertunangan dengan Bai Ran selama sebulan dan gadis itu selalu sangat baik padanya. Xu Chenglin tidak bisa memikirkan cara untuk membujuk wanita yang ada di sampingnya untuk meredakan amarahnya. Namun, sebaliknya ia malah menyuarakan penolakan dengan lebih lantang.

"Adik apa? Kamu cari tahu yang jelas sana! Aku, Jiang Yueping, adalah anak perempuan ketiga keluarga Jiang! Apa itu Bai Ran? Dia bukan putri yang sah!" seru Jiang Yueping, lalu mengangkat dagunya dengan bangga. Ia melihat Bai Ran dengan mata yang penuh memancarkan penghinaan dan kebencian.