Pakaian yang semalam Gu Xiaoxiao kenakan sudah hilang entah kemana. Dalam kekacauan, dia menangkap tangan Chu Yichen yang masuk ke dalam selimut dan wajahnya mendadak menjadi merah padam.
"Hari sudah terang," kata Gu Xiaoxiao dengan suara pelan yang bahkan hampir tidak bisa didengar Chi Yichen.
Chu Yichen mengangkat alisnya dengan ringan dan langsung mengerti maksud Gu Xiaoxiao. Tiga ratus ribu dalam satu malam dan hari sudah terang. Jadi, aku sudah tidak bisa menyentuhnya. Ya, kan? pikirnya. Chu Yichen tersenyum dengan aneh hingga membuat Gu Xiaoxiao panik. Iia merasa bahwa pria di depannya ini sangat sulit untuk ditebak.
"Apa aku sudah bilang bahwa aku yang membelimu?" tanya Chu Yichen. Ekspresi Gu Xiaoxiao terlihat begitu penasaran dan Chu Yichen cukup puas melihat reaksinya. Ia pun berkata, "Kamu yang datang dan memohon padaku untuk membawamu. Tadi malam, di ranjang ini, kamu terus memohon padaku untuk tidak pergi. Sekarang setelah hari sudah terang, kamu bukanlah dirimu yang seperti tadi malam, hm?"
Gu Xiaoxiao sangat marah dan ia menarik napas dalam-dalam untuk bersiap membantah Chu Yichen. Namun, ia bahkan tidak bisa mengatakan sepatah kata pun karena dihadapkan dengan memorinya sendiri yang kosong, kebencian karena dikhianati oleh Mu Yunfan, dan kesedihan karena hilangnya kepolosan. Semua hal itu menimpanya sekaligus dengan bertubi-tubi.
Chu Yichen bisa melihat rasa kehilangan Gu Xiaoxiao dan ia ingin membiarkannya pergi. Ia sejenak meninggalkan kamar, kemudian kembali dengan membawa pakaian di tangannya. Gu Xiaoxiao menerima pakaian itu dan baunya masih hangat karena baru saja dikeringkan. Setelah memandang tampak punggung Chu Yichen yang berjalan pergi, Gu Xiaoxiao buru-buru mengenakan pakaiannya dan berjalan keluar dari kamar.
Di ruang tamu, Chu Yichen berdiri di balkon sambil berbicara di telepon. Saat ia mendengar langkah kaki Gu Xiaoxiao, ia berbalik dan menatap Gu Xiaoxiao yang melambai pada dirinya dan bersiap hendak pergi. Lalu, ia pun langsung menutup telepon dan bertanya, "Mau langsung pergi begitu saja?"
Gu Xiaoxiao memandang pria yang bertanya padanya itu dengan bingung dan balik bertanya, "Lalu? Memangnya mau apa lagi?"
Setelah itu, Gu Xiaoxiao seperti sejenak memikirkan sesuatu lalu mengambil sesuatu di tasnya sebelum berjalan kembali ke arah Chu Yichen, "Aku hanya punya sebanyak ini." Ia menyerahkan uang di tangannya pada Chu Yichen, namun ia merasa bahwa wajah pria itu jadi berubah sedikit konyol. "Jika kamu rasa ini tidak cukup, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Kamu adalah seorang pria dewasa dan kamu tidak akan menderita setelah mengalami ini."
Meskipun Gu Xiaoxiao tidak mengatakannya secara langsung, tindakannya telah menunjukkan bahwa ia menganggap Chu Yichen sebagai seorang lelaki bayaran. Chu Yichen hanya menatap benda kecil di depannya dan tak bisa berkata apa-apa.
"Tidak mau?" Gu Xiaoxiao perlahan menarik tangannya. "Baiklah. Kalau begitu, aku pergi dulu."
Di bawah tatapan Chu Yichen, Gu Xiaoxiao kembali berjalan ke arah pintu. Saat ia membungkuk untuk mengenakan sepatunya, tiba-tiba sesuatu terlintas di benaknya. Kemudian, ia kembali menatap Chu Yichen seolah-olah pria itu adalah seorang penjahat. "Apakah kamu sudah menikah?"
Chu Yichen tidak menduga wanita itu akan mengajukan pertanyaan seperti itu dengan begitu tiba-tiba sehingga ia terkejut dan langsung menggelengkan kepalanya. Gu Xiaoxiao pun bertanya lagi, "Kalau begitu, maukah kamu menikah denganku?"
Pertanyaan kedua Gu Xiaoxiao bahkan lebih tak terduga daripada yang pertama. Chu Yichen menatapnya dan memperhatikannya sebentar. Ketika Gu Xiaoxiao hendak bergegas pergi, Chu Yichen akhirnya perlahan membuka mulutnya. "Kamu yakin mau menikah denganku?"
Setelah menggiring bebek masuk ke dalam kandang
Chu Yichen melihat jam tangannya dan berpikir sejenak, kemudian berkata, "Aku akan mengantarmu kembali untuk mengambil dokumen, lalu kita pergi ke Kantor Catatan Sipil."
Gu Xiaoxiao kontan hanya bisa terdiam karena kehilangan kata-kata dan menatap Chu Yichen dengan aneh. Pria itu menanggapi tawarannya dengan gembira sehingga membuatnya merasa seakan ia baru saja jatuh ke dalam lubang besar. Apalagi, baru-baru ini ia selalu membawa formulir pendaftaran domisili permanen di dalam tasnya untuk mengajukan beberapa sertifikat. Karenanya, ketika Gu Xiaoxiao mendengar perkataan Chu Yichen, sebuah perasaan yang menyesakkan tiba-tiba memenuhi tenggorokannya dan membuatnya merasa seperti sudah mati.