Dia berjalan sangat lambat, tetapi dia melompat-lompat di samping. Rok panjangnya seperti berubah menjadi indah oleh angin laut, yang merupakan keindahan yang belum pernah dilihatnya sebelumnya.
Sudut bibir Yin Shaolong menampilkan senyum yang sangat dangkal, dengan senyum puas.
Darah di pergelangan tangannya semakin banyak, dan secara bertahap mewarnai karpet yang luas.
Batang melati yang gundul memancarkan aroma yang samar, tetapi dengan cepat tertutup oleh hawa darah yang kental ini.
Yin Shaolong menunduk. Ingatannya tentang Alai semakin lama semakin banyak. Ia tidak bisa melupakan bahwa Alai pernah bersandar di pelukannya, juga tidak bisa melupakan bahwa keduanya sedang bersekongkol di dapur. Ia juga tidak bisa melupakan kegembiraan saat ia mengatakan bahwa ia sedang mengandung. Ia juga tidak bisa melupakan matanya yang pernah menangis.
Adegan demi adegan terjalin menjadi gambar yang singkat dan membuat orang berlama-lama.