Bos Zhou awalnya sangat marah. Namun, ketika ia melihat Su Mohan, nyalinya tiba-tiba menciut begitu saja seperti bola yang kempes. Ia ingin menggigit lidahnya sendiri dan menelan kata-kata yang baru saja ia katakan.
"Tu… Tuan Su…"
Kaki Bos Zhou sang pemilik pegadaian terasa lemas setelah melihat Su Mohan. Ia langsung bangkit dari kursinya. Tapi, karena terlalu takut, ia malah terjatuh dan jadi berlutut di tanah. "Tu… Tuan Su…"
Su Mohan belum angkat bicara. Bos Zhou sama sekali tidak mengerti kapan, di mana, dan bagaimana ia telah menyinggung perasaan Su Mohan. Di bawah tekanan yang mengerikan, keringat mulai menetes dari dahi Bos Zhou.
Su Mohan berdiri di tempat yang lebih tinggi dan memandang dua orang yang ada di bawah seperti dewa yang menghakimi setiap makhluk. Ye Fei merasa bahwa tatapan Su Mohan sangat dingin dan ketika pria itu menatapnya, perasaan dingin langsung menembus ke dalam sumsum tulangnya. Su Mohan memberi kesan seakan ia lah yang paling benar sehingga Ye Fei harus menundukkan kepalanya seperti burung unta. Mau tak mau, ia membatin, Sialan. Apakah kamu harus membuatku seputus asa ini?!
Waktu terus berjalan selagi suasana diselimuti kesunyian yang aneh. Ye Fei terus menundukkan kepala dan bermain dengan jari-jarinya. Suasana terasa canggung untuk sementara waktu. Sepuluh menit kemudian, Ye Fei mulai memikirkan tentang cara untuk menjelaskannya ke Su Mohan. Namun, ia tetap tidak menemukan alasan yang masuk akal setelah memikirkannya. Ia diam-diam mendongak ingin melihat wajah pria itu, tapi ia tidak menemukan sosok Su Mohan. Entah sejak kapan pria berwajah cemberut itu pergi.
Hati Ye Fei menjadi lega, tapi perasaannya terus saja naik turun secara misterius. Tampaknya ia masih gagal mendapatkan tempat di hati Su Mohan setelah dua bulan kerja keras. Ia pun menghela napas panjang dan merasa sedikit frustasi. Ia mulai khawatir jika usahanya sebelumnya akan berakhir sia-sia dan pria itu malah menjatuhkan hukuman mati padanya. Tidak bisa, pikirnya. Ye Fei harus meminta Su Mohan untuk memberinya kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Mau Su Mohan peduli atau tidak, Ye Fei harus bertemu langsung dengannya untuk menjelaskan semuanya dengan jelas.
Sementara itu, Bos Zhou terus-menerusan menyeka keringat di wajahnya. Tatapannya kosong dan dia terhuyung saat berusaha berdiri. Ia tidak lagi peduli, tidak berbicara dengan Ye Fei lagi, dan langsung pergi dengan tergesa-gesa. Tidak mungkin. Aku harus meminta seseorang untuk bertanya dan mencari tahu dari mana aku telah menyinggung perasaan Tuan Su! Pikirnya Bos Zhou. Jika kesalahpahaman ini tidak segera diluruskan, ia khawatir tidak akan bisa berkeliaran di ibukota lagi.
"Hei, Bos Zhou!' Ye Fei berteriak cemas saat ia melihat pria itu berbalik dan pergi.
"Nona Xu, kita akan membicarakan hal ini nanti. Hari ini saya aku masih punya urusan, jadi saya pergi dulu."
Ye Fei tidak segera menghentikan Bos Zhou karena kebetulan ia juga mengkhawatirkan sikap Su Mohan. Ia pun memanggil seorang pelayan dan bertanya, "Maaf, kamar nomor berapa yang ditempati Su Mohan?"
"Maaf, Nona. Perusahaan memiliki peraturan untuk wajib merahasiakan keberadaan Presiden."
Ye Fei mau tak mau memutar bola matanya dengan jengah. Ternyata Hotel Wan Xin juga dimiliki oleh keluarga Su. Tak heran jika Su Mohan bisa muncul di sini.
"Saya benar-benar memiliki keperluan mendesak dan harus menemuinya," kata Ye Fei lagi.
Pelayan itu mengamati Ye Fei dari atas hingga ke bawah, kemudian tertunduk sambil berkata, "Setiap wanita yang mencari Tuan Su pasti memiliki keperluan mendesak, tapi kami tetap tidak bisa memberitahu mereka."
Amarah Ye Fei hampir saja meledak. Namun, manajer yang tadi bersama Su Mohan kemudian datang dari arah belakang Ye Fei sambil memandangnya dan berkata, "Tuan Su tinggal di 1888."
Ye Fei mengucapkan terima kasih dan langsung menuju ke lift. Ia samar-samar mendengar percakapan antara pelayan dan manajer di belakangnya, "Manajer Qian, bagaimana bisa Anda memberitahu keberadaan Tuan Su pada wanita itu…"
"Diam dan lakukan pekerjaanmu dengan benar…"