Rembulan purnama bersinar terang malam itu. Cahaya lembutnya menempa wajah oriental seorang lelaki yang baru saja tiba di sebuah kota kecil.
Skia mengamati kondisi di sekeliling kota itu. Hanya ada beberapa puluh rumah saja, semuanya penginapan dan rumah makan.
Sebuah penginapan yang terbesar terlihat ramai. Pasukan pengawal menjaganya dengan ketat.
Setelah mengaktifkan lagi kemampuan menghilangnya, Skia menyusup ke dalam penginapan itu.
Sambil mencari kamar sang walikota pengganti, ia menguping percakapan pengawal. Mereka tengah mengkhawatirkan teman-temannya yang belum kembali dari hutan.
"Aku rasa mereka sudah mati!" Ujar seorang pengawal.
"Sial! Aku tidak menyangka ada bandit sehebat itu!" Tanggap pengawal yang lain.
"Kau salah! Tidak mungkin bandit punya kemampuan memanah sebaik itu. Yang menyerang kita pasti kelompok pembunuh bayaran terlatih."
Dalam wujud yang tak kasat matanya, Skia tersenyum. "Teruslah beranggapan. Takutlah, dan pergilah," gumam Skia dalam benaknya.