Chereads / TENTANG DIA / Chapter 6 - Tak Pantas Bahagia

Chapter 6 - Tak Pantas Bahagia

Prang…

Sebuah guci melayang diudara sebelum akhirnya menabrak tembok dan berubah menjadi serpihan-serpihan kecil yang menyeramkan yang mampu membuat orang terluka.

Ruangan besar itu tampak sunyi setelah beberapa bunyi pecahan. Dilantai sudah berserakan pecahan-pecahan kaca atau mungkin keramik. Nasib mereka semua malang karena harus jadi pelampiasan emosi seorang manusia yang tak berakal budi.

"Mereka nggak sepantasnya merasakan kebahagiaan itu! Dia nggak berhak bahagia, sementara gue, gue harus nanggung akibat atas perbuatannya. Gue nggak terima. Lo liat aja… sebentar lagi, gue akan ambil semua kebahagiaan lo. Gue akan buat lo ngerasain apa yang gue rasain."

"Lo duduk disini, Jo?"

Serius, setelah beberapa hari lewat Jessica baru menyadari kalau Johan duduk tepat dibelakangnya. Kenapa kemarin-kemarin dia tidak menyadarinya?

"Kenapa?" Johan mendudukan pantatnya ke bangku yang ada di belakang Jessica. "Jangan bilang lo baru sadar gue disini. Jess, gue duduk disini sejak hari pertama masuk. Kelewatan kalau memang lo nggak sadar gue yang duduk disini."

Jessica hanya memberikan cengiran dan menaruh tasnya. Mohon dimaklum ya.

"Kalau mejanya muat buat berdua, pas pilih tempat duduk gue pasti pilih meja lo. Kayaknya cuma lo doing yang cuekin gue dihari pertama gue masuk."

Untung nya ini bukan jaman satu meja berdua. Mereka punya kursi dan meja masing-masing. Jessica tesenyum lega. Apa itu barusan? Apakah Johan sedang menggodanya?

Senyuman itu segera luntur saat melihat Aldo dan Karin masuk ke ruang kelas.

"Jelasin ke gue, kenapa Johan bisa tiba-tiba gandeng lo gitu aja." Grace menagih penjelasan dari Jessica atas kejadian tadi pagi.

"Nggak ada penjelasan buat satu fenomena itu. Gue nggak punya alasan apa pun buat lo Grace."

"Nggak mungkin, kalian itu kan baru kenal. Kok dia mau-mau aja sih ngegandeng cewek ngggak jelas kayak lo?"

"Sorry ya gue bukan cewek nggak jelas. Gue, ya kebetulan aja kan."

"Nggak, gue nggak percaya kebetulan kayak gitu, Jessie! Kalian pasti ada apa-apa." Kejadian itu jelas masih tidak dapat diterima oleh akal Grace. Jika bukan Jessica dan Johan ada sesuatu.

"Yaudah, kalau lo nggak mau ngaku sekarang. Tapi kalau lo sampai ada apa-apa sama dia, jangan cari gue."

"Yah, ko gitu sih ngancemnya nggak enak nih. Lagian kalau gue sama Johan memang ada apa-apa kenapa gue harus cari lo?"

"Lo kan selalu cari gue kalau ada apa-apa sama Aldo." Upsss !

"Apa gue se-hopless gitu ya Grace ?" Jessica mendorong mangkuk mie ayam di depannya. Napsu makannya hilang seketika. Apakah gambaran dirinya begitu menyedihkan di depan Grace ?

Grace secara tidak sadar menyinggung tentang Aldo, "Sorry, Je. Maksud gue bukan begitu, Jes."

Jessica tahu Grace mungkin tidak sengaja, tapi rasanya memang dia begitu menyedihkan. Apa dia memang tak pantas merasa bahagia? "Tenang aja, Grace. Gue nggak akan ada apa-apa sama Johan atau siapa pun jadi lo bisa tenang sekarang."

"Tapi… Je!" Jessica sudah pergi meninggalkannya sendiri. Grace merasa semakin bersalah karena Jessica pergi tanpa harapan.

"Sayang… ! "

"Babe… ! "

"Aldo !"

Entah sudah berapa kali Karin memanggil-manggil pacar kesayangnya itu. Namun tidak ada jawaban dari cowok yang satu itu. Pikiran Aldo seperti tidak pada tempatnya. Ada sesuatu yang mengganggunya sejak pagi tadi.

"Aldo, sayang ! Kamu kenapa sih ? Kamu lagi pikirin apa sampe kamu cuekin aku begitu huh ?"

"Aku nggak cuekin kamu kok, Rin. Maaf tadi kepikiran tes dadakan pak Umin aja. Aku sama sekali nggak ada persiapan apa pun soalnya." Aldo setengah berimprovisasi.

Dia tidak bohong soal rasa takutnya mengenai tes dadakan. Tapi jelas ada sesuatu lain dalam pikirannya yang mengganggu.

"Ya elah, sayangku, Aldo. Yang begitu kenapa di pikirin sih? Yang tadi itu kan cuma kuis. Nggak akan berpengaruh sama nilai kamu kok, aku percaya walau pun kamu nggak ada persiapan apa pun nilai kuis kamu hari ini nggak akan kurang dari angka 9."

Memang benar, Aldo sama sekali tidak berpikir dia akan dapat nilai yang buruk. Meskipun reputasinya sebagai the most wanted guy in school turun drastis setelah skandal yang dia ciptakan dengan Karin, tetap saja seantero sekolah akan mengenalnya sebagai cowok tampan dan pintar. Salah satu kebanggaan sekolah mereka.

Ini juga salah satu alasan mengapa Karin menyukai Aldo. Sebagai cewek dengan brain rata-rata boleh di bilang Aldo telah memberinya efek magis. Sepert kata pepatah orang bijak, kalau lo bergaul dengan tukang jual parfum maka lo bakal ketepaan wanginya. Entah bagaimana nilai akademis Karin juga perlahan membaik setelah dia jadian dengan Aldo.

"Aldo sayang, kamu nggak perlu khawatir sama nilai kamu. Gantengnya aku sekarang ini harus makan yang bener, aaa…." Karin sudah siap dengan sesendok penuh penuh makanan di tangannya.

Dengan telaten dia menyuapi Aldo yang sedari tadi sibuk dengan pikiran liarnya.

Aldo mengunyah makan siangnya dengan gembira. Ada perasaan bersalah yang menyelusup ke hatinya. Dia punya seseorang yang begitu perhatian padanya, tetapi kenapa pikirannya dengan mudah berkhianat dengan memikirkan wanita lain.

Pemandangan Aldo dan Karin sudah menjadi hal biasa bagi anak-anak Mardi Yuana, tetapi tidak bagi sepasang mata nanar ini. Rasanya pemandangan itu begitu tidak adil. Seharusnya tidak begitu.

"Kalian nggak sepantasnya bahagia."

Sudah cukup la kedua matanya ini memperhatikan Aldo dan Karin.

"Lo bahkan nggak pantes buat Karin."

- 13 April 2021 -