Chereads / KAIDEN'S SECRETS / Chapter 3 - Rahasia?

Chapter 3 - Rahasia?

Vera tidak terlalu mahir memasak. Biasanya ia memakai resep ngawur. Akan tetapi berhubungan pacarnya akan datang, ia lagi-lagi menonton tutorial di YouTube seperti sekarang.

Malam ini ia membuat nasi goreng seafood. Kelihatannya sederhana bagi orang lain. Namun bagi gadis ini tampak sedikit rumit membuatnya.

Vera sebenarnya sedikit alergi seafoo, tapi Deva sangat menyukainya. Banyak hal berlainan dari mereka. Vera menyukai kacang, sementara Deva alergi. Dulu sering sekali mereka terkena alergi karena masih belum memahami satu sama lain.

TOK...TOK...TOK..

Suara ketukan pintu yang buru-buru. Deva tidak mungkin mengetuk pintu seperti itu.

Ketika Vera membukanya, ternyata memang benar bukan dia, melainkan Kai. Ia tidak suka basa-basi malam-malam di saat rumah sedang sepi. Jadi ia langsung saja tanya, "Mau apa?"

Kai mendorongnya agar masuk ke dalam rumah. Lalu berjalan masuk bersamanya sambil bertanya, "Kamu tidak penasaran bagaimana caraku menemukan rumahmu?"

"Tenang saja, orang asing sok kenal sepertimu banyak di lingkunganku. Jadi mau apa kemari? maling?"

"Takut ya?"

Vera memperhatikan jalan di luar rumahnya, cukup ramai kendaraan dan tetangga. Dia sedikit tenang karena situasi itu.

"Aku sering diganggu cowok, Deva sering digangguin cewek. Biasa saja," jawabnya kemudian.

"Oke, tidak perlu tegang begitu, aku tidak berniat berbuat jahat," goda Kai malah menutup pintu karena tahu Vera mengamati keluar terus. Setelah jeda sejenak, ia melanjutkan ucapannya, "aku kemari karena membawa banyak kabar untukmu, Love. Setidaknya sambut aku sebagai tamu yang baik."

"Keluar dari rumahku!" perintah Vera yang resah di ruang tamu hanya berdua.

"Yakin tidak mau mendengar dimana Frei?"

"Bohong!" bentak Vera menghela napas panjang untuk mengurangi ketakutannya, "Keluar saja dari sini!"

Kai tiba-tiba menerangkan isi pikirannya, "Aku mendadak terobsesi padamu, Love. Sepertinya kamu membuat makan malam, ayo kita makan, jangan menunggu pacarmu.. dia itu selingkuh."

"Terobsesi? Maksudnmu terobsesi padaku itu apa? Terobsesi ingin mengerjaiku terus menerus?"

Kai masuk ke dalam rumah sembari mengendus aroma lezat dari masakan di dapur.

Vera mengejarnya, lalu menarik belakang kemejanya, "Jangan masuk! Keluar sana!"

"Jangan menyentuhku! terakhir cewek menyentuhku, aku tidak sengaja mematahkan tangannya," ancam Kai berhenti berjalan, menoleh ke arah Vera hanya demi memberikan tatapan intimidasi. Ia kelihatan benar-benar tidak suka saat dikasari oleh seorang perempuan.

Vera mundur mendengarkan tekanan suaranya yang dingin sekali itu.

Kai tersenyum palsu sambil meralat ucapannya dengan nada normal kembali, "Maaf, Veronique, aku sangat sensitif dengan sentuhan seseorang, terutama kamu."

Lalu dia berjalan lagi ke dalam.

Vera mengikutinya dengan cepat, "Kumohon keluar saja dari rumahku, Kai!"

"Aku mau keluar, di dalam kamu," gurau Kai malah menertawai dirinya sendiri.

"Menjijikan!"

Kai memakan nasi goreng yang sudah Ver siapkan di atas meja dengan seenaknya. Lalu mengacak lemari pendingin disana, meminum soda tanpa ijin.

"Dengar, Frei itu sedang berpacaran. Kamu tahu tidak, anggota kelompok L.O.V.E itu sangat unik, mereka semua kurang belaian.." jelasnya sambil berkali-kali meneguk soda. Dia melebarkan senyuman di bibirnya sambil meneruskan, "maksudku ya.. bukan kurang belaian begitu.. mungkin sedikit kurang waras."

"Kamu mau bilang kalau temanku tidak waras?" Tanya Vera sedikit keberatan dengan pernyataannya.

"Begini, Sayang, tidak waras itu banyak artinya. Pertama dia memang gila, kedua dia.. tidak bisa bersikap selayaknya orang biasa. Orang bilang cinta itu sumber kekuatan, tapi ada juga yang bilang kalau cinta itu sumber kesialan."

"Kamu ini ngomong apaan? Frei? Tidak waras? Cinta? Frei tidak waras karena cinta hah?"

"Aku terobsesi padamu," ucap Kai mengatakan hal ini lagi.

"Maksudnya itu apa?"

"Cari di kamus, obsesi itu apa.."

"Aku tahu apa itu obsesi, Bodoh!"

Kai tertawa lirih sambil menaruh bekas botol soda di atas meja. Kemudian mendekat dengan langkah pelan sambil mengatakan hal dengan suara lirih, "Kamu berani menyentuhku saat itu.. lalu kamu memata-mataiku.."

Vera mundur, "Menyentuh?"

"Tunggu sebentar, My Love," pinta Kai mulai berani mencengkeram lengan Vera, "Frei itu sedang berpacaran, tapi itu hanya halusinasi."

"Halusinasi? Dimana dia sebenarnya? Apa ini ulahmu?"

"Bukanlah, aku mana peduli dengan orang luar. Mungkin temanmu itu mulai menyadari kalau apa yang dikatakan Pak Dosen itu benar adanya, jadi mulai yakin kalau tindakannya benar."

"Tindakan apa?"

Kai kemudian menyentuh daguku sambil menawarkan, "Satu ciuman untuk rahasia temanmu, dua ciuman untuk rahasia pacarmu dan tiga ciuman untuk rahasiaku."

Belum sempat Ver menamparnya, pintu rumah diketuk seseorang.

TOK..TOK..

"Vera? Vera kamu kenapa, Sayang?" Panggil Devano dengan suara khawatir.

"Devano! Ada maling disini!" Teriak Vera tidak sabar.

Pacarnya langsung membuka paksa pintu itu. Ia tertegun kalan memperhatikan teman barunya sedang memegangi tangan Vera.

"Apa.." Deva lantas merebut tangan sang kekasih dari Kai. Lalu memperhatikannya baik-baik, "Kamu.." melihat Kai, "ngapain dengan.."

Kai memotong, "Kami barusan habis bersenang-senang. Kau telat."

Vera menggelengkan kepala, "Dia main masuk rumah lalu terus-terusan berkata kalau kamu selingkuh."

Deva masih kebingungan. Dia bukan tipikal orang yang langsung marah-marah tanpa jelas perkaranya. "Hah?"

Dia kemudian melirik Kai, "Ngapain kau disini?"

Vera terpaksa mengakui sesuatu padanya, "Sayang, sebenarnya dia yang mengangguku waktu itu. Dari kemarin dia terus mengatakan kalau kamu selingkuh. Lalu dia main masuk kesini.."

"Kenapa kamu tidak bilang?" tanya Deva melototi Vera, "Kai ini.."

"Aku benci cewek banyak bicara karena kedengarannya bohong di telingaku," sela Kai menatap Vera dengan beberapa kali mengedipkan mata.

"Bohong kamu bilang? Padahal itu kenyataannya!"

Namun anehnya, reaksi Deva malah mengacuhkannya, "Hiraukan dia, dia memang begitu.."

"Memang begitu? Artinya kamu mengenalnya sudah lama?"

"Bukan begitu, Vera, ya maksudku..."

"Vanessa," potong Kai mendadak menyebut nama seseorang.

Deva berubah menjadi serius. Dia langsung mendorong dada Kai sambil membentak, "Jauhi pacarku atau kau menyesal!"

Kai seolah memprovokasinya, "Pacar yang mana?"

Deva menyeret kemeja Kai dengan kasar. Dia membawanya keluar rumah sambil terus meghardik keras, "JAUHI VERA!"

Dia menghempaskan Kai keluar rumah.

Vera berdiri tepat di belakang punggung sang pacar, melihat Kai yang malah fokus memandangi dirinya.

"Sampai jumpa lagi, My love! Tawaranku tadi masih berlaku.." kata Kai menggigit bibir bawahnya, lalu segera pergi bergitu saja diiringi lambaian tangan khasnya.

Vera sedikit kecewa dengan Deva. Ia yakin Deva menahan diri pada Kai. Padahal sudah jelas, laki-laki itu butuh dihajar.

"Dev, kamu.. sudah kenal dia sejak lama ya?" Tanyanya menyelidik.

Jawabannya malah mengundang kecurigaan bagi Vera, "Tidak."

"Lalu Vanessa?"

"Sayang, sejak kapan kamu percaya orang lain ketimbang aku?" Tanya Deva mulai menatap Vera dalam-dalam sambil membelai kedua pipinya, "dia orang asing. Kalau dia mengganggu lagi, hubungi saja nomor yang sudah kutambahkan ke ponselmu atau kamu bawa saja stun gun milikku."

"Itu.. berlebihan.."

"Tidaklah! Jika dia menyentuhmu, mengatakan hal aneh, setrum saja. Jangan percaya padanya!" sentak Deva malah kelihatan marah, "jangan pernah!"

"Kenapa kamu marah?"

"Bukan begitu!"

Vera membisu karena sedikit sebal dengan ucapan Deva barusan.

Mungkin karena paham tatapan matanya, Deca meralat pernyataannya tadi, "Maafkan aku, Vera. Aku ingin mengakui sesuatu, tapi bukan berarti hal yang diucapkan Kai tadi itu benar. Kita perlu bicara serius sebentar."

Vera berusaha untuk tetap berpikir positif. Dia yakin ada hal serius yang terjadi di antara Deva dan Kai.

***