"See ...you good!" Vern menggerakkan pinggul dan bahunya dengan arah berlawanan sambil bersenandung riang. Lebih tepatnya dia berusaha riang.
The Arctic Team sudah tiga bulan diskorsing. Setiap hari Vern dilanda kebosanan. Menonton Netflix sampai puas, melihat situs hot movie dan menjadi member premium tanpa membayar. Dia memasuki situs itu dengan mudah. Menyadap ponsel teman satu tim-nya hanya demi membunuh kebosanan, ingin tahu apa yang mereka lakukan dengan waktu luang mereka.
Vern terus menari lagu demi lagu, dia melangkah ke dapur mengambil whiskey dari lemari kabinet, memasukkan es ke dalam gelas lalu menuangkan whiskey ke dalamnya. Dia menyesapnya, musik masih mengalun keras memecah kesunyian di dalam flat-nya. Dia sudah mendesain apartemennya kedap suara sehingga suara sekeras apapun tidak akan keluar.
Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Vern menghela napas panjang, flat ini dimilikinya dua tahun yang lalu saat dia mendapatkan bonus akhir tahun. Apartemen berkualitas menengah. Dia masih harus membayar cicilan apartemen ini dua tahun lagi. Ini apartemen pribadi, bukan untuk bekerja yang biasanya disediakan Interpol. Dia tidak terlahir dari keluarga kaya. Dia hanyalah anak seorang petani gandum yang memiliki kepintaran di atas rata-rata hingga dia mencoba ikut tes beasiswa di universitas terbaik. Beruntungnya dia lulus.
Vern cemas dia akan kehilangan apartemennya karena tidak mampu membayar cicilannya. Dia memiliki uang tabungan, tapi setiap hari digunakan tanpa pemasukan? Semuanya akan habis tidak lama lagi.
"I Love you and i don't wanna let you go." Vern mendesah kesal memikirkan apartemennya akan dilelang.
"Mungkin aku bisa mengajar, aku lulusan terbaik dengan hasil cum laude." Vern menyesap whiskey-nya.
Dia melangkah ke ruang tengah. Tempat itu ruang kerjanya. Dia memandangi tiga layar LED besar menempel di dinding terkoneksi dengan tiga komputer, "Hello, Baby. Sayang sekali kalian harus menganggur." Vern memandangi seperangkat komputer canggihnya dengan perasaan sedih.
Vern duduk di kursi putar ruang kerjanya, "Keraskan musiknya!" ucap Vern nyaring. Musik secara otomatis menaikkan volume-nya. Flat Vern sudah didesain mengenali perintah suaranya. Siapa yang mengaturnya? Tentu saja dirinya sendiri. Tidak! Tidak sedramatis itu. Alat itu sudah ada di pasaran. Dan bukan dia yang menciptakannya.
Vern berselancar di dunia maya, melihat informasi terbaru dari situs berita online. Saat itu dia melihat ada iklan yang tiba-tiba muncul menawarkan jasa pengiriman barang cepat dan private. Satu kurir hanya satu pengirim barang.
Terbesit ide Vern. Bagaimana jika dia membuat iklan The Arctic Team? Tim investigasi swasta? Vern segera membuat halaman web The Arctic Team. Dia membuat iklan melayani penyelidikan atas permintaan pelanggan. Dia menyebarkannya ke semua jejaring sosial dan halaman pencarian. Jika ada yang membutuhkan, tinggal "Klik" mereka akan segera terhubung langsung ke situs yang dibuat Vern.
Dia juga sudah mengatur program jika ada yang menghubungi sistem akan melakukan tanya-jawab mendasar dengan klien hingga tarif yang harus mereka bayarkan bila berminat menggunakan jasa mereka. Jika mereka setuju dan "mengklik" jawaban setuju maka otomatis akan langsung tersambung ke ponsel Vern, sehingga dia tidak perlu menjawab pertanyaan iseng atau penasaran dari orang-orang, atau juga dari seseorang yang tidak mampu membayar mereka.
Vern mengatakan lebih dulu, pembayaran 50% di depan saat Arktik tim setuju untuk menangani kasus dan 50%-nya saat hasil dan bukti penyelidikan mereka diserahkan kepada klien. Harga itu tidak termasuk biaya penginapan, tiket pesawat jika di luar kota. Biaya yang diminta untuk kebutuhan transportasi dan akomodasi akan ditagihkan kepada klien. Sungguh! Itu bukan uang yang sedikit, tapi si Rubah berjanji uang kembali jika kasus tidak dapat dipecahkan.
Vern tersenyum saat memberikan garansi uang kembali, dia yakin itu tidak berlebihan. Arktik tim adalah sekumpulan orang-orang terbaik dalam penyelidikan. Mereka menyusup tanpa terdeteksi.
Kita lihat keberuntungan kita teman-teman! Vern yakin mereka akan kembali beraksi. Mereka terbiasa bekerja dengan aksi yang memacu adrenalin, bekerja seperti orang normal kebanyakan tentu akan membosankan bagi mereka.
***
Baca kisah lengkapnya di aplikasi sebelah yaaaa. Jadi satu sama novel Kidnap Me Softly