Sejenak, ia terhenti dari derap larinya di gelap malam itu. Berharap sosok bayangan yang muncul diatas beranda dan memegang jerat kawat besi itu menghilang jauh, atau bertemu kembali dengan ketiga temannya yang tersisa malam itu. Sayang, ia tak memperhatikan langkah kaki. Tak sengaja ia malah menginjak sebuah simpul tali. Menariknya kencang dengan kaki diatas kearah batang pohon sukun tua sepertu tempat ia dulu biasa berkumpul kala istirahat siang. Namun kali ini berbeda, bukan batang kering seperti sandaran musim ujian dahulu, sudah terpasang sebuah bilah bambu sederhana, tajam, tak terserut. Deva sadar ia seharusnya beruntung karena jebakan itu dipasang mengincar titik tepat diantara kedua matanya, menyebabkan kematian singkat. Namun tidak lebih baik, karena justru menusuk tepat di tenggorokannya.
Sesak
Darah bersama desis sakit keluar dari ujung bibir.
"percayalah, bukan kematian cepat seperti mereka yang berhak kalian dapatkan", sosok itu sedikit tergelak sambil memainkan ujung kawatnya.
"giliranmu baru akan dimulai, kawan"
Teriakan Deva hilang bersama dengan potongan kecil lidah di ujung bilah bambu tak berserut itu.