sinar matahari pagi yang sangat terik menyorot para santri yang sedang menjalankan rutinitas di pagi hari untuk pergi ke madrasah.
kringgg..
saat bell masuk berbunyi semua santri wan dan santri wati bergegas untuk mengambil air wudhu dan kemudian melaksanakan solat duha berjamaah di aula pondk pesantren. nama ku Lia, aku adalah santri kelas vii yang baru masuk ke pesantren, aku bukan termasuk santri yang rajin dalam beribadah maupun belajar, tapi karena aku adalah murid baru jadi aku mematuhi aturan-aturan yang sudah ada di pesantren. Aku juga mempunyai dua orang sahabat yang bernama wulan dan ismi.
ketika aku masih berada di kelas yang sama di mts dopondok pesantren. Saat itu aku mulai mengenal cinta monyet, karena anak seusiaku harus bercampur dengan anak sma yang sudah sewajarnya mengenal hal seperti itu. Kemudian aku melihat seorang lelaki yang baru saja pindah sekolah ke pondok pesantrenku, setelah ku lihat dan ku amati, ternyata dia adalah teman sewaktu kecilku, dia adalah kakak kelasku saat aku berada di Sekolah Dasar, dia pindah sewaktu aku berusia 8 tahun. Dia bernama deni, yang menurutku sangat tampan dan sangat lembut dalam berbicara. Semakin lama dia berada di pondok pesantren ternyata aku semakin suka terhadap dirinya, ntah itu rasa kagum atau itu adalah cinta monyet. sebagai wanita aku hanya memendam perasaan jika dia tak mengungkapkan.
Tak kusadari aku seringkali disindir halus oleh kakak tingkat ku karena dia juga menyukai teman kecilku. Karena aku adalah adik kelasnya, aku berusaha menghormatinya dan tetap diam saat dia berbicara apapun tentangku yang menyinggung perasaan ku.
Pondok oesantrenku adalah pondok pesantren yang sangat mengutamakan sekolah pondok, yang terlaksana dari sore hingga malam hari. Deni bukan santri yang tinggal di asrama seperri kami, karena lokasi rumahnya yang lumayan dekat dari pondok, jadi dia pulang pergi dari rumah. Deni jarang sekali berangkat ke sekolah sore dan mengaji, dan hingga pada ahirnya Deni harus dikeluarka dari pondok pesantren. Aku mapun kakak kelasku tak ada yang mengetahui perasaan Deni berhenti untuk siapa. Aku hanya bisa belajar melupakannya dan fokus untuk belajar bertahan di pondok pesantren yang sama sekali aku tidak betah tinggal didalamnya.