Monna yang gugup, memberikan peringatan keras secara spontanitas.
"Kakak hanya memberikan waktu untuk bicara! Dan bukan hal yang lain!" tukasnya tajam.
Namun Belhart malah menjawab.
"Lalu, bagaimana jika aku menginginkan hal yang lain?"
Menarik sudut bibirnya. Belhart yang nampak puas berhasil kembali mencium aroma khas tubuh Monna yang harum dan memabukkan. Merasakan sensasi kehidupan baru dalam napasnya. Layak sesosok zombie yang baru saja mendapatkan asupan darah sebagai penyambung nyawa.
"Aku rindu padamu, Catty. Sangat rindu. Sampai sepertinya aku akan gila jika aku tidak menemuimu langsung. Aku beruntung karena Asraff tiba-tiba saja muncul dan memberikan jalan,"
Menyentuh wajah itu lembut. Monna sama sekali tidak berusaha menjauh.
"Yang Mulia.." ucapnya tanpa kuasa.
"Cintai aku sekali lagi, Catty. Cintai aku seperti dulu. Dan berikan kesempatan terakhir untukku," pinta Belhart dengan tanpa ancar-ancar.
Monna sontak menelan salivanya susah payah.